Part 25: Cinderella

718 80 40
                                    

Chan Yeol memajukan kepalanya sambil menoleh ke kiri, sementara Joo Hyun bergerak mundur sambil menoleh ke kanan, sehingga tatapan mereka langsung bertemu.

1 detik..

2 detik..

3 detik..

4 detik..

5 detik..

Chan Yeol terus memajukan kepalanya hingga jarak antara mereka hanya tersisa 3 centi..

Dug.. dug.. dug..

Joo Hyun memejamkan kedua matanya perlahan. Ia dapat mendengar suara detak jantungnya sendiri. Dan.. hembusan nafas namja itu menerpa wajahnya dengan lembut.

2 centi lagi..

Dukk!!

"Arrghh!!"

"E-eoh, kau tidak apa-apa?"

Dasar, Joo Hyun sendiri yang memukul dahi Chan Yeol dengan dahinya sendiri dan menimbulkan suara yang cukup keras, namun pada akhirnya ia juga merasa bersalah.

"Apakah sesakit itu? Mian.." Ujar Joo Hyun kepada Chan Yeol yang memegang dahinya kesakitan.

"Kau..!!!!"

~•~

Joo Hyun berjalan di koridor rumah sakit sambil sesekali tersenyum sendiri.

Ya, benar. Dia sudah gila. Yeoja itu tidak bisa berhenti tersenyum ketika mrmbayangkan kejadian tadi pagi—saat ia terbangun dan mendapati Chan Yeol tidur dengan posisi yang sama seperti terakhir kali; saat ia pergi berbelanja dengan Chan Yeol; dan di saat mereka membuat sarapan dan makan bersama. Joo Hyun hendak meraih pintu ruang kerjanya saat seseorang menepuk bahunya dengan keras sambil mengeluarkan sebuah suara yang mengejutkan dirinya.

"BALALAAAAA!"

Joo Hyun berbalik dan menatap tajam namja yang telah berani membuat jantungnya nyaris merosot ke kaki dan merusak suasana indahnya, Byun.. Baek Hyun lagi.

"Cari mati?!" Umpat Joo Hyun kesal sambil melayangkan kepalan tangannya, sementara Baek Hyun hanya meringis.

"Ah.." Joo Hyun menurunkan tangannya begitu mengingat sesuatu. "Bagaimana pergelangan tanganmu?"

Baek Hyun menunjukkan pergelangan tangan kirinya yang diperban di balik jas dokternya.

"Heol.." Gumam Joo Hyun sambil mengamati tangan Baek Hyun lekat.

"Yeah. Mungkin aku akan memakainya beberapa hari." Jelas Baek Hyun.

"Ah, bagaimana dengan Jeong Guk? Kemarin aku melihat tangannya juga terluka."

Baek Hyun berkacak pinggang. "Apa kau mengkhawatirkannya karena dia kesakitan, atau kau mengkhawatirkannya karena dia terluka dan kesepian, atau kau mengkhawatirkannya karena takut keluarga kaya rayanya akan segera bertindak terhadap Hanshin karena telah melukai anaknya?"

"Yah.. ketiganya."

Baek Hyun menghela nafasnya. "Sekarang kita tidak perlu mengkhawatirkan Jeong Guk karena dia kesepian dan tidak ada satu pun dari keluarganya yang mendukungnya."

"Wae?"

"Apa kau tahu? Pemain piano bernama Kim Tae Hyung. Dia pernah menjadi pasienmu."

"Ah, Kim Tae Hyung? Dia masih ke rumah sakit beberapa kali untuk kontrol. Ada apa dengannya?"

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi Jeong Guk dan Tae Hyung sangat dekat. Akhir-akhir ini Tae Hyung bersikap seperti seorang hyung bagi Jeong Guk. Keren bukan?"

Incredible DestinyWhere stories live. Discover now