7!

4.6K 354 12
                                    


"Don't Let Me Down"

***

           Bagi yang beranggapan jika mereka berdua aman adalah salah. Nyatanya, kini Alana dan Cakra malah menjadi penghuni bawah tiang bendera. Sedang hormat dengan raut berbeda di wajah masing-masing. Cakra cemberut, dan Alana tidak beriak.

"Gue bener-bener bakal ngehajar lo, Dugong," desis Alana, membuat Cakra mengerling sekilas.

Laki-laki itu mendengus. "Kalo tadi lo nggak berisik juga kita nggak bakal kena! Jadi jangan nyalahin gue terus. Pengang kuping gue," Omelnya tidak terima.

Sejenak, Alana menurunkan tangan, berkacang pinggang menghadap Cakra. Tatapan matanya menyalang. "Eh, gimana gue nggak berisik kalo lo tiba-tiba meluk gue kenceng banget!"

"Ya, namanya orang panik! Lagian itu guru nggak pergi-pergi! Jangan ge-er, deh!"

"Hih! Siapa juga yang ge-er! Malah gue males deket-deket lo! Gatel-gatel badan gue," cibir Alana.

"Wah!" Cakra ikut menurunkan tangan, menunjuk-nunjuk wajah gadis itu kesal. "Nggak tau terima kasih, lo, ya!"

"Apanya yang perlu diucapin terima kasih dari tindakan lo barusan, hah?! 'Kan yang pertama bikin masalah juga lo!"

"Tapi, gue nolongin lo dengan nutupin kebohongan lo kalau lo telat! Nggak mikir, ya?"

Alana melengos. "Gue nggak butuh bantuan lo! Intinya, gue nggak salah apa-apa!"

"Terserah!"

Kejengkelan Cakra pun sudah sampai puncaknya. Dia kembali pada posisi semula, menganggap Alana angin lalu atau bahkan kotoran mata. Demi apa pun, Cakra muak di dekat gadis galak itu. Keras kepala, tidak mau mengalah, tidak tau diuntung, juga menyebalkan.

Dan, Alana pun sama kesalnya. Bahkan sejak Cakra bermain-main dengan tasnya sampai tiba-tiba memeluknya tanpa bilang-bilang. Cakra itu sumber masalah, juga pemicu lahar panas dalam kepalanya mendidih. Padahal, seumur hidupnya, tidak pernah ada orang yang bisa membuatnya semarah ini.

Wah! Cakra Redino memang yang terburuk!

"Kalian!" Suara Pak Yuda berteriak dari pinggir lapangan, membuat Alana dan Cakra menoleh. "Boleh masuk! Lain kali kalau mau pacaran jangan di sekolah! Paham?"

Entah Alana atau Cakra, keduanya tidak ada yang menyahut dan memilih segera berlalu.

Pacaran? Yang benar saja.

***

"Jam pertama kenapa lo bisa masuk bareng Alana?" bisik Farel ketika Cakra sedang asik bermain game di ponsel Faisal.

Yang dibisiki pun melirik singkat, menjawab culas, "tenang, gue nggak ngapa-ngapain sama gebetan lo."

"Hah? Gebetan? Siapa?" Itu dari Aldo.

Dan, dengan gemas, Faisal menepak punggung Aldo hingga laki-laki itu meringis, mendelik. "Ngapain, sih, lo?"

"Jangan suka ikut campur urusan orang," ucap Faisal, sok bijak. Kemudian menatap Cakra dari seberang meja. "Emang siapa gebetan Farel?"

Aldo yang mendengar itu lantas memutar bola mata. "Anak siapa, sih, lo, Satan!"

Bergantian, Aldo dan Galang menyiksa Faisal. Namun, bukannya marah atau membalas, Faisal malah tertawa seperti orang bodoh, menarik perhatian siapa saja yang ada di kantin dengan dahi berlipat.

Favorably (Complete)Where stories live. Discover now