36!

3.6K 286 3
                                    


"Close To You"

***

        Cakra menghela nafas panjang ketika melihat Alana masih saja murung padahal sudah dua hari berlalu. Di tempatnya, Cakra bisa melihat Intan juga nampak berusaha membujuk Alana agar berhenti cemberut, namun tidak mempan karena gadis keras kepala itu malah menyembunyikan wajah di sela lipatan tangan.

Cakra berdecak, ia berpikir jika Intan kurang ahli menghibur Alana. Laki-laki itu kemudian menyenggol Farel yang tengah fokus mendengarkan materi dan lansung dibalas tatapan bertanya.

"Gue mau pindah, ke sebelah Alana. Lo sama Intan, ya?"

"Intannya mau?" tanya Farel selepas menatap Intan sekilas.

Cakra mengangguk yakin. "Pasti mau. Doi 'kan suka sama lo."

Farel memutar bola mata. "Terserah," katanya, kembali fokus pada materi.

Senyum Cakra mengembang. Perlahan ia bangkit dari kursi, berusaha agar tidak menimbulkan perhatian Bu Berta—guru mapel Geografi termengerikan di Jaya Bangsa. Ia melompati bangku teman-temannya dengan tidak tau diri hingga sampailah ia di samping meja Alana—yang masih saja menelungkup di atas meja. Cakra langsung berjongkok agar tidak ketahuan.

"Heh!"

Intan yang duduk di pinggir, melotot pada Cakra karena kaget. "Lo ngapain, Bolot?"

"Ke tempat Farel, sana," ucapnya berbisik sambil sesekali menoleh ke depan, "lo nggak guna duduk di situ."

Mendengar suara yang dikenalnya, Alana mengangkat kepala, memandang datar Cakra yang berdadah lucu padanya.

"Nggak mau, ah. Nanti ketauan Bu Berta, bisa dikeluarin dari kelas, gue," cicit Intan kesal, lalu menyempatkan diri menatap Farel yang ternyata tengah memandang ke arahnya, pipi gadis berkuncir ponytail itu memanas.

"Buru, Tan, Farel sudah menunggu," goda Cakra yang mana membuat Intan mau tak mau menuruti.

"Dasar kotoran kuda!"

Selepas kepergian Intan, Cakra langsung duduk di sebelah Alana, tersenyum lebar. "Hey, Lan."

"Ngapain, sih?"

"Kemurunganmu membuat kakanda tidak tenang, wahai Adinda," seloroh Cakra, membuat Alana menghela nafas lelah. Lelah karena tingkah laki-laki itu.

"Gue nggak murung," jawabnya.

"Coba senyum," tantang Cakra. Alana menuruti, namun tidak benar-benar tersenyum, membuat Cakra kecewa. "Maksa banget. Lo harus senyum yang tulus biar makin cantik, Lanaku Sayang."

Sekali lagi, Alana menghela nafas lalu menyandarkan kepala ke tembok, memperhatikan Bu Berta, mengabaikan Cakra.

Namun, laki-laki yang hari ini lupa menyisir rambut itu tidak kehabisan akal. Ia melirik pulpen Alana yang tergeletak kemudian mengeluarkan ponsel. Cakra pun memulai aksi gilanya. Menggambar kumis di atas bibirnya sendiri sembari mengaca di layar ponsel lalu beralih mencoret dagunya, membuat jenggot serta jambang.

"Lo ngapain?"

Cakra menoleh pada Alana dengan air muka melawak. "Saya adalah pengawal kerajaan yang diutus untuk menjaga Putri Alana, tapi lupa pake topi. Apakah kumis saya nampak indah? Hohoho," tanyanya seraya pura-pura memelintir ujung kumis, seolah nyata. Tertawa dengan suara dalam.

Favorably (Complete)Where stories live. Discover now