29!

3.7K 293 24
                                    


"I Love You"


***

            Alana tersenyum melihat Intan yang juga tersenyum padanya di mulut pintu. Betapa Alana merindukan gadis cerewet itu!

"Lanaku sayang!" Intan serta merta berlari, menghampiri Alana di kursi belakang. Memeluknya dengan perasaan gembira. "Gue kangen, ih!"

"Sama," balas Alana tulus setelah melerai pelukan mereka. Intan segera mengambil duduk di samping Alana.

"Gue duduk di sini sekarang. Soalnya gue udah beli ini." Intan menunjukkan kacamata pada Alana. "Jadi gue nggak perlu sedih-sedihan lagi karena beda bangku sama lo." Kemudian, gadis itu memeluk Alana lagi, dari samping.

Sementara yang dipeluk hanya geleng kepala, meski sebenarnya ia senang juga.

"Eh, Lan, gue punya sesuatu buat lo."

Perhatian Alana kini sepenuhnya pada Intan yang sedang merogoh tasnya, mengeluarkan plastik berisi buku tulis satu pack lalu disodorkan ke arahnya.

"Ini ... buat gue?" Tanya Alana sembari menunjuk diri.

Intan mengangguk dengan senyuman. "Kemaren lusa gue ke Gramed. Eh, inget lo."

"Makasih, ya, Intan."

"Gue beliin ini karena gue tau buku-buku lo udah pada abis. Lo 'kan kalo nyatet rajin banget," gurau Intan yang disambut tawa haru dari Alana.

"Gue nggak tau harus bales semua kebaikan lo pake apa." Alana menggenggam sebelah tangan Intan, dan langsung dibalas oleh temannya itu.

Intan menggeleng pelan. "Gue nggak butuh dibales pake materi. Cukup lo jadi temen gue aja, Lan. Selalu di samping gue."

Alana menyeringai, lalu menaruh jari tangan yang membentuk ceklis di dagunya. "Gampang," sahutnya jenaka, membuat Intan tertawa karena melihat Alana bertingkah lucu untuk pertama kali di hadapannya.

***

"Eh, Galang, idung lo makin blesek aja!"

"Lo juga Aldo! Aduh, lesung pipinya nggak nahan, Bo!"

"Eh, Cakra, udah berenti jadi sok ganteng belum?"

"Wah, Bang Farel, kenapa setiap ngeliat lo perasaan gue selalu adem, ya? Mungkin efek karena lo terlalu mempersona kali."

Datang-datang, Faisal sudah membuat heboh dengan segala macam ocehan tidak bermutunya. Mengomentari yang dikira bagus dan memojokkan yang dianggap jelek, seperti Galang serta Cakra yang jadi korbannya.

Dan tak segan, Galang memukul punggung laki-laki idiot tersebut dengan mulut tersumpal keripik kentang Farel.

"Sakit!" Jerit Faisal. Ia jadi menyesal memilih duduk di sebelah Galang.

Cakra geleng kepala. "Kapan, sih, lo nggak rasis? Perasaan, kalo gue sama Galang nggak pernah bagus ujungnya."

"Karena lo berdua juga nggak pernah memperlakukan gue dengan bagus," sahut Faisal tak acuh.

Suara tawa Farel dan Aldo terdengar.

"Pantat lo nggak pernah bagus," Galang menjeda kalimat dengan meminum air. "Dulu emang siapa yang nyelametin lo dari geng si Panji sialan itu? Gue sama Cakra!"

"Emang, nih, bocah nggak tau terima duit," selak Aldo.

"Terima kasih, Do," koreksi Farel sambil tertawa. Berada di tengah teman-temannya memang tidak pernah membosankan. Kemudian ia tidak sengaja menjatuhkan pandangan pada Cakra yang lebih banyak diam. "Ada masalah?"

Favorably (Complete)Where stories live. Discover now