9!

4.2K 358 8
                                    


"Take Cover"

***

Diraya Angelina : maaf ya, cakra, malam ini aku nggak jadi kerumah kamu. Soalnya ada tmen yg dtg kerumah. Bilangin tante tamara ya?

           Tidak ada senyum atau ekspresi apa pun di wajah Cakra. Laki-laki itu melempar ponselnya ke ranjang dan beranjak keluar kamar dengan gontai, menghampiri mamanya yang sedang sibuk di dapur. Memasak untuk makan malam.

"Ma, nggak usah masak banyak. Dira nggak jadi dateng," katanya setelah berada di samping Mama.

"Ya, udah."

Cakra tercenung, lalu mengangguk singkat dan berjalan lagi ke ruang tamu, mendekati keluarganya yang seperti biasa sibuk pada kegiatannya masing-masing. Kecuali Mahen yang nampak serius belajar di bawah sofa.

"Kenapa kamu?"

"Mahen kalo belajar di kamar. Di sini berisik sama Adis nonton tv," Cakra memperingatkan adiknya dan mengabaikan pertanyaan Papa di sebelahnya.

"Cakra? Ditanya juga."

Dengan lesu, Cakra melirik Papa sekilas, lalu menatap televisi bersama pikiran yang tidak di tempatnya. "Nggak tau, Pa. Cakra badmood."

Baru Papa ingin menyahut, suara Mama dari dapur memotongnya, "makan malam udah siap! Sini pada ke meja makan!"

"Yey! Makan!" seru sambil Adis melompat girang, kemudian berlari ke dapur.

Pria berusia kepala empat di samping Cakra mendesah, tidak jadi bertanya. Bangkit dari sofa seraya mengacak lembut rambut anak laki-laki tertuanya.

"Makan dulu, ayo. Biar badmood-nya ilang."

Cakra tersenyum sekilas, enggan mengikuti langkah sang papa. Ia tidak nafsu makan. Sekalipun perutnya sejak tadi berbunyi. Cakra tidak sedang PMS, tentu saja! Hanya ... saat ini ia merasa gelisah akan suatu hal.

Apa karna Dira tidak jadi ke sini? Bukan. Bahkan Cakra merasa buruk jauh sebelum kabar dari pacarnya datang.

"Bang Cakra kenapa?"

Dahi Cakra lantas mengerut, heran mengetahui adiknya yang masih duduk di bangku SMP kelas satu itu, tetap di tempatnya, memandang kakaknya ingin tau.

"Kok, masih di sini?" tanyanya.

"Abis Abang nggak banyak ngomong, Mahen jadi bingung juga," sahut polos anak itu.

Sudut bibir Cakra kontan tertarik, dia menepuk-nepuk sofa di sebelahnya, menyuruh Mahen duduk. Dan, adiknya itu menuruti.

"Tumben penasaran sama Abang."

"'Kan Mahen adek Abang. Emang nggak boleh tau?"

Cakra terkekeh. Mengacak rambut Mahen gemas. Adiknya itu jika sedang manis kadang menggemaskan.

"Nggak tau, abang kayak lagi sedih aja, tapi nggak jelas penyebabnya apa," jelas Cakra dengan tatapan lurus ke depan.

Mahen memiringkan kepala. "Karna cewek yang nggak jadi ke rumah?"

Terperangah, Cakra menoleh pada Mahen tanpa satu patah kata pun keluar dari mulutnya. Cakra termenung. Yang dimaksud itu Dira, 'kan? Bukan Alana? Tapi, jika Dira, Cakra tidak terlalu kecewa gadis itu tidak datang.

Seakan mengerti, Mahen melanjutkan, "maksud Mahen, Kak Alana. Abang sedih karna dia?"

Sedih, ya? Tapi, apa yang harus Cakra sedihkan?

Favorably (Complete)Where stories live. Discover now