34!

3.5K 262 7
                                    


"Love & War"


***


      "Argh! Cakra tolol!" Intan menjerit tertahan di balik lipatan kakinya, meremas rambut kesal, kemudian mendongak hendak menjerit lagi, namun niatnya tertahan oleh kehadiran seseorang di sebelahnya. "Ya Gusti, kaget gue!"

Farel tersenyum geli. "Kenapa kabur?"

Segera, Intan merapatkan bibir, memandang liar ke seluruh penjuru lapangan, mencari apa pun yang menarik perhatian meski orang di sebelahnya lebih menarik.

"Tan?" Farel menyolek bahunya, membuat Intan semakin ketar-ketir.

"Lo beneran?"

Detik itu juga Intan langsung melotot, membuat Farel lagi-lagi harus menahan tawa.

"Enggak! Cakra nggak usah didengerin. Lo 'kan tau sendiri dia itu tukang ngibul! Gue nggak mungkinlah, ya, suka sama lo. Ha-ha," ocehnya panik.

Farel mengerutkan dahi, pura-pura bingung. "Intan, lo kayaknya salah paham, deh. 'Beneran' maksud gue bukan dalam konteks itu."

"Hah? O-oh."

Melihat wajah pias sekaligus kikuk Intan, mau tak mau membuat pertahanan Farel jebol juga. Ia tertawa lepas, merasa terhibur. Intan pun cemberut.

"Lo ngerjain gue."

"Maaf-maaf, abis lo lucu." Farel mengambil nafas, meredakan tawanya dan mulai memokuskan diri pada Intan lagi. "Jadi, kalo emang lo nggak suka sama gue, kenapa kabur?"

"Lo itu nggak pernah ketemu cewek yang lagi malu gara-gara ke gap, ya?"

"Enggak," sahut Farel dengan senyum jahilnya yang mampu memberikan efek buruk pada Intan. "Jadi, lo malu gara-gara ke gap sama gue?"

Intan melengos. "Enggak. Gue nggak malu. Nggak usah ge-er, deh."

"Gue nggak perlu ngulangin apa yang tadi lo bilang, 'kan?" Suara Farel melunak. Ia tidak ingin membuat Intan merasa tertekan.

Gadis di sebelahnya memainkan jari, gugup. "Emang salah?" tanyanya pelan. "Emang ... salah kalo gue suka sama lo? 'Kan ... cuma ... suka."

Senyum tulus terukir di bibir Farel. Ia refleks mengusap rambut Intan sekilas. Hingga Intan terkesiap dan semburat merah timbul di pipinya.

"Gak salah. Malah gue mau bilang makasih karena udah sudi suka sama gue."

"Asal lo tau, ya. Yang suka sama lo itu banyak. Di kelas kita ada lima orang, tambah satu—gue, jadi enam," jelas Intan seraya mengisyaratkan dengan jari, namun yang Farel perhatikan justru ekspresi gadis itu yang menurutnya lucu.

"Pantes, ya, setiap ketemu gue, dari SMP, tingkah lo selalu nggak jelas," ucap Farel terkekeh.

"Makanya peka, dong!"

Keduanya tertawa, lalu tak lama kemudian saling terdiam, mengamati anak-anak lelaki yang asik bermain basket meski cuaca sedang terik—dengan pikiran tidak sinkron.

"Tapi, gue suka sama temen lo. Nggak apa-apa?"

Tubuh Intan menegang, menoleh dengan gerakan lambat. "Apa? Lo suka sama Alana? Serius?"

Sebelah alis Farel terangkat. Padahal ia pikir, Intan akan marah, namun aneh karena wajah gadis itu justru sumringah.

"Lo ... nggak marah?"

"Kenapa marah? Justru gue seneng kalo lo sama Alana," jawab Intan antusias. "Maksud gue gini. Alana itu 'kan baik, lo baik, jadi cocok. Daripada dia sama Cakra yang bisanya gombal idiot doang, mending sama lo."

Favorably (Complete)Where stories live. Discover now