46!

3.8K 299 22
                                    


"In The End"

***

          Intan menatap sendu Alana yang masih saja enggan berbicara dengannya. Berkali-kali bercanda seperti biasa pun, Alana tetap cuek, bahkan menganggap Intan seakan tidak ada. Ia sedih, tentu saja. Padahal bukan ini yang Intan mau.

"Lan, maafin gue kalo kesannya gue terlalu ikut campur. Gue cuma nggak suka lo disakitin sama Cakra."

Alana masih diam, membuat Intan ingin sekali mengeluarkan sesuatu yang sejak tadi ditahannya.

"Lan ... hiks."

Gadis yang tengah memegang kain pel itu pun menghela napas mendengar isakan yang keluar dari mulut Intan. Alana berbalik, menatap datar Intan di salah satu meja toko.

"Seharusnya lo nggak bertindak sejauh itu. Gue bisa ngurus semuanya sendirian, Tan!"

Suara keras Alana itu lantas menarik perhatian para pegawai SweetBread. Memandang penasaran dua teman tersebut, namun tidak berkata apa pun.

Intan mengusap air matanya dengan gemetar, hingga Alana tidak tega melihatnya. "Sorry ... hiks, gue bener-bener nggak bisa liat Cakra jalan sama Dira sementara lo sedih gara-gara itu."

Mengusap dahi, Alana memejamkan mata. "Gue nggak sedih. Nggak ada yang perlu gue sedihin dari hubungan mereka. Lo tau dari mana, sih, gue sedih? Jangan suka ngambil kesimpulan sendiri, deh," ucapnya lalu berbalik badan, melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

"Mulut lo ngomong begitu, tapi mata nggak bisa bohong, Lan."

Gerakkan Alana terhenti mendengar penuturan Intan. Kemudian tanpa menyahut ia melanjutkan kegiatan mengepelnya dengan perasaan campur aduk.

"Apa pun itu, pokoknya jangan peduliin hubungan gue. Sekalipun hancur, lo nggak perlu maju sejauh itu."

"Lan—"

Ting!

   Bunyi dentingan bel di atas pintu memotong pembicaraan Intan. Mereka kontan menoleh ke pintu utama. Dan ketika tau siapa yang datang, Alana merasakan tubuhnya menegang bersamaan dengan pegangannya yang menguat pada gagang pel.

"Alana," sapa orang itu, tersenyum canggung. Mau tak mau, Alana pun membalasnya sama kaku.

"Hey, Dira."

Dira melangkah pelan menuju meja di dekat Alana, di samping meja yang Intan duduki, sambil menatap Alana ragu-ragu. "Em ... gue boleh minta waktunya sebentar nggak?"

"Alana sibuk!"

Kepala Alana otomatis menoleh pada Intan yang sedang menatap tajam Dira. Mendengkus, Alana menoleh lagi pada Dira, tersenyum tipis. "Boleh," jawabnya.

Dira tersenyum lalu beralih menatap Intan, tak enak hati. "Gue pinjem Alana, ya?"

Yang ditanya tidak menjawab, hanya diam sambil cemberut. Intan nampak benar-benar tidak senang atas kehadiran Dira.

       Setelah menaruh pel dan ember di ujung ruangan, Alana duduk pun di depan Dira, menunduk seraya memainkan jemarinya. Melihat Dira entah kenapa Alana langsung mengingat perkataan Cakra kemarin.

"Cakra ... udah ke sini?"

Dan mendengar nama Cakra disebut oleh gadis itu, semakin menambah sesak di dada.

"Maaf, Dira, tapi apa nggak ada topik lain selain bahas dia?" Alana tersenyum kaku. "Gue lagi nggak pengen denger namanya."

Helaan napas lemah terdengar dari depannya. "Boleh ngobrol sambil pesen minuman sama roti?" tanyanya.

Favorably (Complete)Where stories live. Discover now