15!

4.4K 339 5
                                    


"Stay With Me"


***

Adelia : Lo nggak tau?

Lili : serius lo? Poor Dira sayanggg

Diraya : mungkin itu temennya.. posthink aja, girl

Adelia : gue berharap jga begitu,tpi lo udh tau blm yg mana orngnya?

Diraya : belum, klo ketemu kasih tau ya

Lili : lagian lo akhir2 ini sama juna terus sih, bey.. jdi cakra merasa gimana gitu hehe

        Tanpa tunggu waktu lama, Dira langsung menekan tombol tengah ponselnya, melempar asal ke sofa panjang tempatnya duduk. Pandangannya lurus pada televisi, namun tidak dengan pikirannya.

Mendadak, Dira merasa kacau. Ah, tidak, dia memang selalu kacau setiap detiknya. Gadis itu menarik poni panjangnya yang menutupi sisi wajah dengan jempol dan jari tengah.

Memang siapa cewek yang katanya selalu bersama Cakra? Apa dia cantik? Apa dia bisa membuat Cakra bersikap lembut seperti pada dirinya?

Apa istimewanya gadis itu?

"Nggak. Mereka pasti cuma temen. Cuma temen." Berulang kali, Dira meyakinkan diri. Tertawa hambar sembari geleng kepala.

Cakra hanya miliknya ... sejak dulu, sejak laki-laki itu memakaikan kalung di lehernya. Tidak ada yang bisa mengambil Cakra-nya. Sekalipun suatu saat nanti Dira diharuskan pergi karena alasan tertentu.

Tok! Tok! Tok!

Suara bel disusul ketukan pintu membuat kekacauan Dira teralihkan. Perlahan, bangkit dari kursi, berjalan beringsut membuka pintu.

Hal pertama yang Dira lihat adalah bunga. Mawar merah. Kesukaannya. Dan, hanya satu orang yang mengetahui hal itu. Senyum gadis tersebut perlahan merekah.

"Kamu datengnya lama banget, El."

***

        Alana masih tidak percaya jika apa yang ada di hadapannya itu nyata. Serius? Masa, sih? Waw!; adalah ungkapan antara bahagia dan terhatu dari dalam hatinya.

"Ini hape, buat bunda hubungin kalo ada apa-apa, begitu juga sebaliknya. Kalo kamu ada apa-apa, jangan ragu hubungin bunda. Pulsa selalu bunda isi, kok, jadi jangan pusing-pusing mikirin isi pulsa. Oke?"

"Eh, Bun, tapi--"

Bunda Aisyah menahan ucapan Alana dengan gelengan kepala. "Kamu kalo nggak dibilangin gitu, pasti susah payah nyari duit buat beli pulsa."

"Makasih, Bun, maaf juga selalu ngerepotin." Buku-buku jari Alana saling bertautan, tanda tak enak hati. "Aku janji, kalo suatu saat aku sukses, aku bakal bales semua kebaikan Bunda selama ini."

"Udah, kamu ini kayak sama siapa aja. Nggak usah mikirin apa pun. Pokoknya belajar yang bener biar bisa bikin Ibu bangga di sana."

Alana tersenyum. Memeluk Bunda Aisyah penuh kasih sayang.

"Ya udah, kalo gitu bunda pulang dulu. Anak-anak pasti pada nyariin di panti."

"Sekali lagi makasih, Bun, buat hapenya. Ini bagus banget. Aku suka," ucap Alana di mulut pintu. Bunda Aisyah mengangguk lalu mencium kening gadis itu cukup lama.

Favorably (Complete)Where stories live. Discover now