44!

3.2K 294 16
                                    


"I Hate U, I Love U"

***

         Alana mengusap air mata yang entah sudah berapa kali mengalir. Sesak di dada tidak kunjung mereda meski ia sudah melampiaskannya pada berbagai macam kegiatan. Alana bahkan tidak masuk sekolah demi menghindari seseorang yang sudah membuat luka lamanya itu kembali terbuka.

Ia bingung harus bagaimana lagi, Cakra benar-benar membuatnya kecewa.

"Ah, gue benci jadi lemah," gumam Alana seraya menghapus jejak air mata di pipi, sebersih mungkin.

Drrt!

Pandangan Alana beralih pada ponselnya di atas lemari baju. Tanpa berpikir, ia pun berdiri untuk mengambil ponsel, melihat siapa yang menghubungi. Ternyata Intan.

"Halo?"

"Lo kenapa nggak sekolah? Perut lo masih sakit?"

Senyum tipis terbit di bibir Alana. "Iya, masih."

"Bu Maryam ada di rumah nggak? Kalo ada, minta tolong bikinin kunyit aja, Lan."

"Bu Maryam sama Pelangi nggak ada. Biasa, nyari barang bekas dari pagi," jelas Alana. "Lo jangan khawatir, gue bisa nanganin ini, kok."

Suara desahan jengkel pun terdengar. "Berhenti sok baik-baik aja kalo kenyataannya nggak gitu!"

"Bawel."

"Alana, ih!"

Mendengar itu, Alana terkekeh. "Seriusan, gue oke. Gue bisa ngurus ini. Kayak biasanya."

"Bener, nih?" Alana menanggapi dengan anggukan meski Intan tidak bisa melihatnya. "Ya udah, gue tutup, ya, teleponnya? Besok harus sekolah, kalo nggak sekolah, gue bakal ke rumah."

Setelah menutup telepon, Alana kembali terdiam. Memandang sendu ponselnya, lebih tepatnya pada room chat-nya dengan Cakra yang akhir-akhir ini tidak terisi pembicaraan apa pun.

***

"Astaga! Lo ngagetin gue aja!"

Cakra hanya merespons keterkejutan Intan dengan dengkusan. Ia lalu duduk di samping gadis itu, di kursi kosong Alana, tanpa berbicara apa pun.

Dahi Intan berkerut melihat tingkah Cakra. "Lo ngapain lagi? Mau ngajak balikan?"

Tawa mencemooh pun seketika berderai. Cakra menoyor kepala Intan, jengkel. Dan dibalas jeritan oleh gadis di sampingnya. "Nggak usah mimpi kejauhan. Lo itu sama sekali udah nggak menarik buat gue," ucapnya menyeringai.

"Tai! Ya udah, terus ngapain di sini? Mau ngajak ribut?!"

"Bisa nggak, sih, sekali aja kalo ketemu gue, lo nggak ngurat?" tanya Cakra sambil menggaruk pangkal hidung, menahan diri untuk tidak menoyor Intan lagi.

Mata sang lawan bicara lantas melotot, membuat Cakra berdecak. Intan selama akan begitu.

"Nggak bisa!"

Tuh, 'kan!

"Lo itu cowok paling nyebelin di muka bumi ini. Masa bodo soal lo itu gebetan Alana atau temennya Farel atau bahkan mantan gue. Pokoknya gue tetep nggak suka sama lo! Gue sukanya sama—"

Favorably (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang