Bab 85

9.8K 1.2K 90
                                    

Setelah sebulan menempati posisi ke #3 dalam historical fiction. Kini WAR PRISONER berhasil menempati posisi ke #2 YEY!

Sumpah yah untuk menempati posisi #10 besar aja sangat susah. Dulu pas awal2 WAR PRISONER menempati posisi ke #800an. Sekarang, tau2 udah posisi #2 Bangganyaaa...  udah 3 hari ini diposisi #2 YEAYYYY

Ini posisi yang paling tinggi yg pernah ceritaku dapat (walau cuma trans)  dulu paling tinggi YEHO di posisi ke #9.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

Su Yi sangat kejutan. Tertegun, dia mengangkat kepalanya dan berkata, "Wan Yan, apa yang telah merasukimu?" 

.

Sebelum suaranya bahkan telah memudar, Wan Yan Xu telah meraihnya ke dalam pelukannya dan terus-menerus menanam ciuman di seluruh wajahnya, dahi, kedua matanya, hidungnya, pipinya, dan berlama lama menyesap bibirnya. Matanya menyala dan berkedip dengan penuh kegembiraan. 

.

Dengan suara keras dia berteriak, "Su Su kau dengar itu? Kelinci yang kakinya patah telah sembuh... telah sembuh..."

.

"Ya, aku juga mendengarnya." kata Su Yi dengan perasaan bingung.

.

Kekasihnya memang selalu gemar berburu tapi dia belum pernah memburu hewan-hewan kecil, sangat aneh ketika kekasihnya akan merasa sesenang ini pada kelinci kecil yang malang itu. 

.

Kaget, Su Yi tiba-tiba tersentak oleh sesuatu dan dia menatap langsung pada mata Wan Yan Xu dan berkata tergagap, "Kau... Kau bilang... kelinci yang kakinya patah sudah..." bahkan dia, orang yang tidak pernah menunjukkan ekspresi bahkan ketika menerima kehormatan atau penderitaan, tidak bisa menahan gelombang kesenangan di hatinya ketika mendengar berita ini. 

.

Jika dia tidak berada di dalam pelukan Wan Yan Xu saa ini, dia tidak bisa mengatakan apakah dia akan tetap mampu berdiri atau tidak.

.

"Tepat, Su Su..." Wan Yan Xu kembali menatapnya penuh kegembiraan, dengan cahaya matahari, Su Yi bisa melihat bahwa matanya telah dilapis oleh lapisan kabut berair. Karena berita ini, pria diktator ini benar-benar tersedak oleh emosi, kemudian dia berkata, "Su Su, kaki mu... kakimu... akhirnya... momen yang saat membahagiakan, kenapa kita... kenapa kita... aii, jangan berbicara tentang itu, mari kita pergi ke tempat Xia Er untuk melihatnya." 

.

Meskipun dia mengatakannya dengan suara yang terputus-putus, Su Yi paham jika di dalam hatinya, Wan Yan Xu menyimpan sebuah harapan yang mendalam.  

.

Dalam sepuluh hari terakhir, Wan Yan Xu telah menaruh seluruh hati dan jiwanya pada proses penyembuhannya. Bahkan meski itu adalah hal yang sangat biasa, seperti menuangkan tehnya, memberikan air untuk mencuci rambutnya, menyeka tubuhnya atau memberinya obat, dia bahkan menolak untuk dibantu oleh orang lain jika itu menyangkut kebutuhan Su Yi. 

[Complete] Tahanan Perang Indonesia Vers.Where stories live. Discover now