[Chapter~11]

3.7K 207 814
                                    

»Padang rumput, Sanctuary

Terlihat disebuah padang rumput di Sanctuary berkumpul anak-anak yang berumur sekitar 13 tahun sedang melakukan aktivitas masing-masing. Mereka adalah kembar Boboiboy dan teman-temannya.

Mereka diberi waktu istirahat sejenak dari pelatihan. Namun beberapa masih tetap berlatih ringan.

Halilintar dengan Fang sedang berlatih pedang biasa tanpa elemen. Gopal seperti biasa sedang makan. Thorn sedang bersantai di salah satu dahan pohon besar tempat semuanya berkumpul. Yaya dan Ying sedang mengobrol santai dibawah pohon yang ditempati Thorn. Blaze dan Solar sedang mencoba untuk menaiki Hoverboard milik Taufan yang hanya memperhatikan diam-diam.

Mereka terus bertengkar untuk memutuskan siapa yang naik terlebih dahulu. Sedangkan Taufan hanya menghela nafas pasrah melihat pertengkaran kedua adiknya namun malas untuk ikut campur.

''Sekarang giliranku untuk mencoba Hoverboard kak Taufan!''

''Kakak kan sudah mencobanya tadi. Sekarang giliranku!''

''Aku masih belum puas!''

''Salah kakak sendiri! Pokoknya kakak harus gantian!''

''Apa kau bilang? Aku kakaknya, jadi kau harus menurut padaku!''

''Aku adiknya, harusnya kakak mengalah padaku!''

''Grrrr!''

Mereka saling bertatapan tajam dan menggeram kesal. Bahkan ada percikan listrik diantara tatapan mereka. Taufan masih tetap melihatnya dengan malas dan tidak berkeinginan untuk menghentikannya.

''Kau-..''

''Apa? Kakak pikir aku takut? Hmph, padahal sudah jelas kakak yang salah.''

''Cih, kau menyebalkan.''

''Ap-.. ''

''BERISIK!''

Seketika mereka tersentak dan menoleh ke asal suara. Terlihatlah Halilintar yang menundukkan kepalanya hingga ekspresi wajahnya tertutup topinya. Tangannya memegang erat pedangnya hingga terlihat sedikit percikan listrik merah. Fang yang sedari tadi menjadi partner berlatih Halilintar hanya mengalihkan pandangannya kearah lain tidak mau ikut campur.

Blaze dan Solar merinding ketakutan saat merasakan aura gelap dari kakak sulung mereka. Mereka bahkan mundur secara perlahan saat melihat kakak mereka berjalan maju.

''K-kak Hali.''

''Kalian tau aku sedang apa?''

Halilintar bertanya dengan pelan namun tajam yang membuat Blaze dan Solar semakin merinding ketakutan.

''B-berlatih, kak.''

''Lalu apa yang paling penting yang dibutuhkan saat berlatih?''

''E-eh?''

Blaze dan Solar saling melirik bingung, tidak mengharapkan pertanyaan itu keluar.

''E-em senjata?''

''E-eh itu, target latihan?''

''HAH?!''

''E-ehh bukan bukan bukan!''

Mereka dengan panik mencoba menyangkal pada sang kakak yang justru semakin menatap tajam mereka dengan mata merah membaranya yang membuat mereka ingin menangis.

'Ahhh hancur sudah! Kita pasti hancur!'

''Aku butuh konsentrasi. Bisakah kalian diam.''

Ucapan penuh penekanan Halilintar membuat mereka segera mengangguk panik.

''I-iya iya kami diam.''

''G-gak akan berisik lagi sumpah.''

Welcome Back, Gempa!Where stories live. Discover now