[Chapter~25]

2.7K 200 47
                                    

'Ini akan merepotkan.'

Borara melempari mereka dengan lubang hitam berukuran sedang terus menerus. Mereka secara bersamaan melompat mundur menghindari serangan Borara.

Duarr! Duarr! Duarr! Duar!

Duarr! Duarr! Duarr! Duarr!

''Cih! Serangannya kali ini benar-benar brutal!''

Blaze merasa geram namun tetap melompat mundur menghindari serangan Borara sambil memegang lengan adiknya agar tidak terpisah. Menurut Blaze, akan lebih baik jika mereka tetap bersama dalam kondisi saat ini.

''Hn. Definisi monster maniak perang sangat cocok dengannya.''

Ice dengan tenang membiarkan dirinya ditarik sang kakak sambil menyelaraskan gerakannya agar tidak terseret.

''Apa kau tidak punya rencana lain Ice?! Ini menyebalkan!''

Blaze bertanya geram sambil sesekali menembakkan bola api ke arah lubang hitam yang tidak bisa mereka hindari.

''Ada tapi sedikit beresiko. Kakak mau?''

Ice dengan tenang membantu menyalurkan aura es nya ke kakaknya dan dirinya sendiri untuk memulihkan diri. Blaze tersenyum lebar.

''Tidak ada salahnya mencoba. Lagipula seorang kakak harus percaya pada adiknya kan? Begitu pula sebaliknya. Itu yang namanya saudara!''

Ice terdiam kaget sebelum terkekeh pelan. Dia sedikit terkejut mendengar kata-kata itu dari kakaknya yang paling kekanakan. Dia lupa kalau kakaknya yang satu ini selalu penuh kejutan bahkan saat genting sekalipun.

''Benar juga. Kalau begitu kita sepakat. Kakak dengarkan rencanaku baik-baik. Jangan mengacau.''

''Iya iya aku mengerti komandan. Kata-katamu seakan aku selalu mengacaukan semua rencanamu.''

Blaze mencibir dengan raut wajah cemberut. Ice meliriknya dengan seringai kecil.

''Memang kan?''

''Katakan saja rencanamu!''

Teriakan Blaze yang penuh emosi justru membuat Ice terkekeh.

''Baiklah, kita alihkan perhatiannya dulu.''

''Kabut Es!''

Ice menciptakan kabut yang berasal dari uap-uap es. Jurus ini juga dapat menyembunyikan hawa keberadaan sang pencipta jurus beserta orang yang dia kehendaki. Sementara musuh tidak akan bisa melihat sekelilingnya apalagi mencoba merasakan keberadaannya.

Borara yang saat itu sudah dikelilingi kabut hanya mendengus remeh. Dengan sekali sentakan, seluruh kabut menyebar hingga area disekitar Borara bersih dari kabut. Namun hanya dalam beberapa detik, kabut mulai kembali mengelilinginya.

''Cih! Kabut apa ini?! Kalian kira bisa mengalahkanku hanya dengan ini?! JANGAN BERCANDA BOCAH!''

Teriakan Borara yang penuh emosi menyebabkan beberapa goncangan. Namun  kabut disekelilingnya tetap tidak terpengaruh.

Alarm tanda bahaya berbunyi dalam pikiran Borara yang membuatnya reflek menghindar.

Tak!

Borara menoleh untuk melihat benda apa yang hampir mengenainya. Ternyata itu adalah anak panah es yang dikelilingi kobaran api. Walaupun begitu esnya tidak meleleh dan menyatu dengan apinya. Borara mengedarkan pandangannya ke sekeliling namun tidak mendapati tanda-tanda kehidupan.

'Apa-apaan ini?! Bahkan hawa keberadaannya tidak bisa ku rasakan!'

Borara semakin mengawasi sekitarnya dengan waspada.

Welcome Back, Gempa!Where stories live. Discover now