[Chapter~27]

3K 220 25
                                    

»Lokasi HaliTau»

「Sebelum kedatangan Gempa dan lainnya」

Berbeda dengan saudaranya, di lokasi pertarungan Halilintar dan Taufan suasananya sangat hening. Hanya ada suara hembusan angin yang menerpa tubuh mereka. Tidak ada satupun dari pihak Halilintar maupun Ejojo yang mau memulai serangan terlebih dahulu. Entah apa yang sedang mereka pikirkan.

Taufan melirik sang kakak yang balas meliriknya dengan sebuah anggukan kecil. Taufan pun balas mengangguk singkat disertai sebuah seringai dibibirnya.

''Hey, kenapa kalian diam saja? Tidak ingin menyerang lebih dulu? Bukannya tadi kalian sangat bernafsu untuk membunuh kami? Oh jangan bilang kalian tiba-tiba merasa takut pada kami? Jangan khawatir, terutama untukmu Adudu. Hanya aku yang akan maju melawanmu. Biarkan kakak kita menjadi penonton saja.''

Taufan mengoceh dengan suara yang tenang seolah-olah berbicara tentang cuaca cerah hari ini. Namun seringai jahil di wajahnya membuat siapapun yang mendengarnya mengetahui apa yang dia maksud sesungguhnya.

Adudu yang hanya diam dari awal mulai terlihat menahan emosi diwajahnya. Bahkan tangannya sudah terkepal erat mendengar semua ocehan yang Taufan ucapkan.

''Aku? Ketakutan? Jangan bercanda! Bukannya kau yang ketakutan? Kau serangga kecil yang hanya bisa terbang kesana kemari karena ketakutan melihat seorang pemangsa yang mendekat. Aku bisa menghancurkanmu dalam sekali serang. Cih, payah.''

Adudu mendecih kesal diakhir kalimatnya. Tidak terima dengan semua yang Taufan ucapkan.

''Aww aku takut sekali.'' ejekan Taufan yang acuh justru membuat Adudu bertambah geram.

Ejojo melirik adiknya yang mulai terpancing dengan provokasi musuh. Padahal mereka belum mulai bertarung, tapi dia sudah sangat emosi. Dia mendengus bosan.

'Cih dasar bodoh. Sudah kukatakan berulang kali agar dia menahan emosinya itu. Dan dia terpancing hanya karena ucapan si biru itu? Tidak berguna.'

Adudu kembali membalas dengan seringai mengejek yang dia coba pertahankan.

''Mungkin sekarang kau masih bisa berkata semaumu. Lihat saja nanti, akan ku buat kau berlutut dihadapanku sambil memohon ampun.''

Taufan mendengus yang diiringi batuk kecil. Dia berusaha menyamarkan tawa mengejeknya yang sebenarnya tidak repot-repot dia sembunyikan.

''Oh benarkah? Aku sangat menantikan itu terjadi walau aku tak yakin itu akan terjadi.''

Seringai Taufan semakin tumbuh saat melihat wajah Adudu memerah menahan malu dan kesal.

''Kau!''

''Cukup Adudu.''

Ucapan Adudu terpotong oleh panggilan dingin dari Ejojo. Dia meliriknya tajam hingga membuat Adudu bergetar ketakutan.

''T-tapi kak!''

''Apa kau tak mengerti ucapanku? Tutup mulutmu.''

Kali ini ucapan penuh tekanan dari Ejojo membuat Adudu terdiam dengan kepala menunduk. Tangannya mengepal penuh amarah.

Halilintar dan Taufan yang melihat interaksi itu hanya mengangkat alis heran. Mereka melirik satu sama lain sebelum mengangguk.

''Hiraukan saja si bodoh ini. Bagaimana kalau kita lanjutkan pertarungan kita yang tertunda, Boboiboy Halilintar?''

Ejojo melirik sinis pada Adudu yang masih menundukkan kepalanya. Dia tidak mengerti kenapa mereka harus dipasangkan dalam pertarungan kali ini. Bocah disebelahnya hanya menjadi beban untuknya.

Welcome Back, Gempa!Where stories live. Discover now