Bab 9

4.3K 510 4
                                    

Prajurit?

Tiba tiba aku teringat kata kata yang pernah di ucapkan Lizzy saat terakhir kali kami bertemu

"Tapi aku benar benar berharap kau menjadi prajurit lalu menjadi pahlawan untuk kota ini lainnya".

Aku sangat ingin menjadi prajurit tapi, fisiku lemah belakangan tahun silam. Semenjak orang tuaku meninggal, tidak ada yang melatihku, aku juga tidak terlalu aktif dalam pramuka lagi.

Karena aku mempunyai penyakit paru paru.

Tapi, tekadku sepertinya lebih besar daripada ketakutanku. Aku tidak perduli dengan kondisiku. Membalaskan dendam kematian Lizzy dan mengabulkanpermintaan terkhirnya adalah tujuan utama ku saat ini.

Aku mengangkat tanganku, dan berdiru yakin.

"Ya ada apa nona? "Tanya Jenderal Corps.
"Aku mencalonkan diri menjadi prajurit" jawabku mantap.
"Wow, calon prajurit pertama kita! Siapa namamu nona? "
"Wizzy, namaku Wizzy Lailyrose!"
"Baiklah kau boleh duduk sekarang"

Aku kembali duduk. Steve memandangku terheran.

"Apa? "Tanyaku langsung. Jujur, aku tidak suka di pandang seperti itu.
"Kau yakin dengan keputusanmu, Wizzy?" Steve bertanya balik padaku.
"Iya, memangnya ada apa? "
"Setahuku, kau memiliki penyakit paru paru dan kondisimu bisa mendadak lemah. Itu tidak memungkinkanmu menjadi prajurit, Wizzy".
"Steve, aku hanya ingin membalaskan dendam kematian Lizzy, lalu mengabulkan permintaan terakhirnya. Aku harap kau mengerti itu".
"Kalau begitu, aku harus ikut denganmu".

Steve berdiri, mengangkat tangannya, mencalonkan diri menjadi prajurit. Lalu ia duduk kembali.

"Kenapa kau lakukan itu? "Tanyaku
"Tidak ada pilihan lain bagiku, selain selalu berada di sampingmu, dalam keadaan apapun"

Aku terdiam. Aku bahkan tidak mengerti apa maksud dari perkataan Steve tadi.

Setelah selesai, sekitar ada 15 orang yang mencalonkan diri menjadi prajurit, termasuk aku dan Steve.

"Bagi para calon prajurit, kalian akan di mengikuti pelatihan kilatnya lusa, sekian dari saya. Selamat malam.. ".

Kami pun di persilahkan mengantri makanan setelah Jenderal Corps turun dari podium. Antriannya cukup panjang. Tapi, aku dan Steve berada di barisan awal yaitu ke 8 dan ke 9.

Menu kami hari ini adalah sup ayam dengan segelas air mineral. Aku dan Steve kembali duduk setelah mengambil jatah makanan kami.

Aku melahab 4 suapan sup ayam lalu mengaduk ngaduknya. Aku tidak nafsu makan saat ini setelah semua yang terjadi.

Aku memperhatikan orang orang disekitarku. Mereka makan dengan lahap.

Aku tidak mengabaikan sup dihadapanku dan meneguk habis segelas air mineralku. Aku sempat dehidrasi ringan kemarin.

Bel kembali berbunyi.

Itu pertanda jam makan malam telah habis. Kami menaruh mangkuk kotor kami di tempat pencucian. Lalu semua orang kembali ke bara pengungsi, kecuali aku dan Steve.

Aku terpisah dari Steve karena desak desakan orang disini. Steve telah jalan duluan jauh di depanku.

Tapi sebenarnya, aku belum ingin kembali ke baraku. Aku masih ingin berkeliling di sekitar sini. Aku mengikuti pengungsi lainnya menuju bata mereka.

Aku mengintip bara "pengungsi". Keadaan disini sangat tidak nyaman. Mereka di jadikan satu dalam satu ruangan yang berbentuk segi empat ini. Mereka tidur tidak beralas apapun kecuali dengan apa yang mereka bawa.

War of The CityWhere stories live. Discover now