Bab 25

3K 369 4
                                    

   Tidak.

   Mimpi itu tidak akan menjadi nyata.

   Tidak akan pernah.

   Aku keluar dari toilet dan melihat Justin. Ia menghampiriku.

     "Apa kita selalu bertemu di depan toilet?" sapaku.

     "Mungkin iya. Ini yang kedua kalinya" balas Justin terkekeh.

     "Kau sudah bangun? Sangat awal dan sepertinya sudah tidak sabar untuk membunuh Walikota ya?" lanjut Justin .

     "Aku hanya terbangun dan tidak bisa tidur lagi. Kau sendiri?".

     "Aku ada tugas dari beberapa Agen lainnya. Dan maaf aku harus pergi" pamitnya.

     "Iya, tentu".

   Aku kembali ke kamar dan belum ada yang bangun sampai saat ini. Aku melirik ke arah jam. Ternyata masih pukul setengah empat pagi. Aku tidak tega membangunkan mereka sekarang. Lagipula ini masih awal.
 
   Aku mengemaskan tasku dan mengambil panahan otomatisku di bawah ranjang. Aku keluar dari kamar dan menutup pintu perlahan.

   Aku mau bersiap-siap lebih awal dari yang lainnya. Ini akan menjadi hari yang panjang bagiku dan bagi warga kota ini. Pada hari inilah sejarah akan diukir, apakah kota kami akan tamat atau akan berjaya kembali.

   Aku masuk ke ruang persiapan dan menghidupkan lampunya. Aku menaruh ransel dan panahan otomatisku di kursi. Aku mengambil seragamku di gantungan. Aku mengganti pakaianku.

   Sekarang akh mengerti tanda lima bintang emas di dadaku. Itu berarti setiap bagian di kotaku sangat berharga layaknya emas.

   Aku menunggu teman-temanku, hingga rasa ngantuk kembali menyergapku.

•°•°•°•

     "Wizzy? Bangunlah" seseorang menepuk-nepuk pundakku.

   Aku membuka mataku dan sudah banyak orang yang sedang bersiap-siap. Aku menggusal mataku.

     "Kau sangat awal, terlalu bersemangat untuk hari ini?" ujar Clark.

     "Aku mendapat mimpi ya..yang lumayan buruk".

     "Benarkah? Apa mimpimu? Jangan bilang kau memimpikanku menjadi sesuatu yang menyeramkan" terka Clark.

     "Tidak. Tidak mungkin aku memimpikanmu".

     "Hmm, baiklah kalau begitu. Ayo, kita ke ruang persenjataan" ajak Clark.

   Aku merasa Clark menjadi lebih hangat dari biasanya. Apa sikapnya padaku itu pengaruh dari yang ia katakan padaku semalam?.

   Aku dan timku berjalan tanpa ada yang berbicara satupun.

   Kami memasuki ruang persenjataan yang luas.

     "Bergegaslah, pasukan White-Golden! Hari yang besar menunggu kalian"sapa Agen Star.

     "Nama yang bagus" ujar Steve.

     "Silahkan pilih senjata yang kalian" seru Agen Star.

   Itulah mengapa kami memakai seragam putih dengan paduan emas. Kami memilih senjata. Sepertu biasa, aku memilih senapan panjang dan 2 pistol di kanan-kiri ikat pinggangku.

     "Pakai ini! Jika kau tertembak nanti, siapa yang akan menolongmu? Dan tentu saja orang itu bukan aku" kata Nick memberiku rompi pelindung berwarna emas dan berbahan tebal. Aku memakainya.

     "Terimakasih" kataku. Nick menjauh. Aku tidak mengikat rambutku, karena ikat rambutku hilang entah kemana atau aku lupa yang menaruhnya dimana. Tapi, tidak masalah jika rambutku di urai. Itu tidak akan merubah apapun. Aku meninggalkan tasku disini saja.

War of The CityWhere stories live. Discover now