Bab 21

3K 390 5
                                    

   Ku hapus air mata di pipiku. Ini bukan saatnya menjadi gadis yang cengeng dan pengecut. Mungkin takdir sudah membawaku kemari untuk melihat kebenaran. Dan takdir telah menunjukanku pada siapa sebenarnya aku harus balas dendam selama ini. Membalaskan penderitaanku selama bertahun tahun. Bukan kepada nasibku yang buruk. Tapi, kepada Walikota biadab itu.

   David Vandencrip, lihatlah gadis kecil ini yang akan merusak rencana besar yang telah kau buat selama hidupmu! Waktunya akan datang saat dirimulah nanti yang akan tersiksa! .

   Aku rasa, aku tidak akan kembali ke dalam pertemuan itu. Aku masih butuh waktu sendiri untuk menenangkan diriku disini.

•°•°•°•

   Aku lihat Lizzy membangunkanku secara perlahan.

     "Wizzy, Wizzy, bangunlah...".

   Aku membuka mataku. Yang kulihat adalah Steve, bukan Lizzy. Lagi-lagi aku hanya bermimpi. Steve memperhatikan. Ia terlihat sangat khawatir dengan keadaanku.

     "Jika kau mengkhawatirkanku, maka itu tidak perlu. Karena aku baik baik saja" kataku.

     "Wizzy, berhentilah berpura-pura mengakui bahwa kau baik baik saja!" Balas Steve.

   Steve menatap mataku, dengan tatapan yang berbeda. Tatapannya terlihat sangat tulus bahwa ia sangat peduli padaku. Steve memeluku.

     "Terimakasih, kau selalu ada untukku" ucapku melepaskan pelukannya.

     "Itu pasti, karena aku kan me..."

     "Karena apa?".

     "Tidak bukan apa-apa. Kau tidak menangis?"

     "Aku sudah menangis semalam. Sepertinya stok air mataku sudah habis. Bagaimana denganmu? Kau bahkan tidak mengetahui dimana keluargamu sekarang?".

     "Karena aku telah melepaskan semuanya. Bukan berarti aku melupakan mereka, tapi aku hanya berusaha terlihat bahagia. Kau tahu? Kami para lelaki tidak mungkin tidak menangis. Tapi setidaknya kami tidak menangis di depan umum".

     "Jadi selama di bara, yang menangis dibara itu dirimu? Aku kira itu adalah hantu penunggu markas".

     "Kau mendengarnya? Ah aku jadi malu".

     "Tentu saja aku mendengarnya. Itu bahkan sedikit menganggu tidurku" aku tersenyum kecil. Steve memang paling bisa membuatku melupakan masalah yang kupunya.

     "Sekarang aku merasa kalau kita tidak ada bedanya".

     "Maksudmu?".

     "Yaa, kita sama-sama bahwa kita baik baik saja".

     "Karena hanya itu yang dapat kita lakukan saat ini".

   Aku mengemaskan berkas berkas laporan tugas ibuku.

     "Apa itu?".

     "Ini berkas-berkas mengenai pemalsuan kematian ibuku".

     "Berarti...".

     "Ya, agen Rosemary adalah ibuku. Yang hilang ingatan karena membocorkan rahasia Walikota".

     "Kalau begitu, kau harus meyakinkannya bahwa ia adalah ibumu!".

      "Tidak, ini bukan saat yang tepat. Akan ada saatnya nanti. Setelah semua kekacauan ini berakhir".

   Steve membantuku merapihkan kardus-kardus disini. Oh iya, aku lupa saat aku meninggalkan ruang rapat,  tasku tertinggal disana.

War of The CityWhere stories live. Discover now