Bab 26

2.7K 353 8
                                    

Sorry ya udah lama banget gak update soalnya aku sibuk UKK.
So, happy reading and hope you like it💞
-----------------------------------------------------------

   Satu persatu dari kami turun dari kereta. Terminal disini sudah sepi. Semua pasukan pemberontak telah berperang sepertinya. Kami bergegas keluar dari terminal bawah tanah.

   Kami sudah di permukaan. Ini jalan persimpangan dari gedung walikota. Kami memilih masuk dari halaman belakang Kantor Walikota. Disini tidak ada penjaga. Dan itu sedikit membantu kami. Aku memberi arahan agar kami memisahkan diri dan menjalankan tugas masing-masing. Kami berpencar.

   Aku dan Steve perlahan-lahan mengendap-ngendap di lorong lantai satu. Aku melihat ada beberapa destrucprotic yang menjaga pintu masuk depan. Kami masuk ke dalam lift.

     "Kantor Walikota terdapat di lantai 5, ada banyak penjaga disana. Sebaiknya kalian cepat, karena Walikota akan segera turun ke ruang pembuatan spesies baru" Justin berbicara di alat komunikasiku.

     "Baiklah" balasku. Aku menekan tombol nomor 5.

     "Saat pintu lift terbuka, bersiaplah. Kita akan banyak membunuh penjaga pagi ini" seruku.

      "Siapa takut?" Ujar Steve menaikan sebelah alisnya.

   Aku melihat monitor kecil yang menunjukan keterangan lantai.
2.
3.
4...

   Aku menghela nafas "huh!".

5!

   Pintu lift terbuka.

     "Good morning all!" Ujarku dengan senyuman tipis kepada para penjaga di hadapan kami. Aku dan Steve menembaki semua penjaga disini. Dan ada beberapa yang menggunakan fisik. Mereka lebih kuat dari sebelumnya.

   Saat penjaga sudah habis atau lebih tepatnya mereka sudah terbaring dilantai, kami berlari  menelusuri lorong dan sampai di depan pintu ruangan utama. Pintu besar berlapis silver layaknya ruangan seorang raja. Steve mendorong pintunya. Aku tidak boleh terburu-buru. Aku tidak ingin berakhir seperti di dalam mimpiku.

   Sepertinya kami terlambat. Ruangan ini  kosong, tidak ada siapa pun.

     "Darr!" Aku mendengar suara pintu di belakang kami yang tertutup rapat. Aku dan Steve spontan menoleh ke belakang, lagi-lagi tidak ada siapa-siapa disana. Aku menggedor-gedor pintunya. Pintunya terkunci.

   Ini seperti di film-film. Pertama pintunya tertutup, lalu para penjahat menjebak tokoh utamanya. Ya, ini jebakan!

   Kami bersiaga. Aku menghadap pintu dan Steve menghadap kursi Walikota atau bisa disebut singgasana Walikota. Ruangan ini sangat megah dan mewah. Catnya bewarna keemasan yang berhias dengan beberapa barang antik.

   Aku memperhatikan setiap sisi ruangan, dan menunggu serangan itu datang. Dimana jebakannya? Kami benar-benar harus waspada. Karena sekarang pasti kami sedang diawasi oleh kamera pengintai.

     "Wizzy awas!" Teriak Steve mendorongku menjauh. Kami jatuh tersungkur, diikuti dengan sebuah tombak berukuran pendek yang menancap di lantai. Jadi, walikota telah mengeluarkan jebakan pertamanya. Aku masih sedikit terkejut.

     "Kau tidak apa-apa?" Steve memandangku khawatir.
     "Ya, terimakasih" jawabku mengangguk.

   Tombak kedua menancap disamping tubuhku. Kami saling berpandangan. Lalu tombak-tombak lainnya menyusul memburu kami. Kami berlari dan bersembunyi di bawah meja tempat Walikota menyimpan koleksi foto-fotonya.

   Ruangan ini dihujani tombak yang entah dari mana asalnya.

      "Kapten, apa kalian baik-baik saja? Kami tidak bisa memantau kalian lagi. Kamera pengintai ruangan Walikota rusak. Terus kabari kami apapun yang terjadi" kata Justin.

War of The CityWhere stories live. Discover now