21

6.7K 441 84
                                    

CRASHH

KRAKK

SLURP

   "Hmm? Darahnya nikmat sekali...,"

TAPP

TAPP

TAPP

   "Hentikan Hidan! Kau membuatku jijik!"

Pemuda itu menoleh dan tertawa keras, "Hahahaha! Jijik? Ini nikmat, dasar bodoh! Kau mau coba?"

   "Aku pergi saja,"

Pemuda berambut abu-abu yang dipanggil Hidan itu meninggalkan mayatnya dan berkata, "Iya iya... Dasar mata duitan!"

   "Apa kau bilang?"

   "Kau, Kakuzu si mata duitan,"

   "Terserah. Ayo pulang! Ketua akan merundingkan sesuatu dengan kita," ajak Kakuzu.

   "Ya ya ya," jawab Hidan.

Mereka berdua berjalan tanpa dosa meninggalkan seorang mayat dengan mata membeliak, dada terbelah, lidah menjulur, dan kepala bagian atas yang terbuka dengan otak berceceran.

---

*Other side*

   "Ayo cepat lari! La-Arghhh!! Se-selamatkan dirimu!"

KRAKK

Kepala gadis itu hancur. Terlihat seorang gadis kecil ketakutan melihat kakaknya terbunuh. Pemuda yang ada di hadapannya berkata, "Hei! Gadis ini pasti sangat seru jika disiksa. Aku siksa ya?"

   "Jangan Deidara!"

TAPP

TAPP

   "Kau ketakutan?"

Pemuda berambut merah mengelus pipi sang gadis kecil. Gadis kecil itu merasa ketakutan, namun di sisi lain merasa hangat merasakan elusan sang pemuda.

   "Maafkan aku... Aku memiliki sepupu kecil sepertimu. Aku harap, semoga Tuhan memberikan karma untukku karena telah merebut kebahagiaanmu dan kebahagian sepupu kesayanganku,"

Gadis itu tersenyum lembut dengan setetes air mata jatuh dari mata biru lautnya.

   "Aku merasakan siksaan hidup onii-chan... Semoga Tuhan mengampunimu, Onii-chan...,"

Pemuda itu tersenyum. Dia melihat ketulusan di mata gadis kecil itu.

   "Biarkan aku hidup bersama onee-chanku, onii-chan," pinta gadis kecil itu.

   "Maafkan aku, adik kecil...,"

KRAKK

CRASHH

Kepala gadis itu menggelinding tepat di sebelah kepala kakaknya yang hancur. Deidara mengambil uang yang ada di mansion besar itu dan pergi.

   "Ketua memerintah kita semua untuk segera kembali, Sasori-danna," kata Deidara.

   "Hm. Aku tahu," balas Sasori.

Sasori mendongak menatap langit. Tak ada yang tahu apabila pemuda baby face ini menitihkan air mata dalam kesunyian.

---

*Other side*

   "Pedangku kurang tajam. Jika begini, tak akan seru untuk memotong kaki-kaki mereka!"

Our Beautiful Destiny | sasusaku ✔️Where stories live. Discover now