B E T A - 27

29.7K 2.2K 31
                                    

   Aku membuka mataku, mengedipkan kelopak mata ku untuk membiasakan dengan cahaya yang terang di ruangan ini, setelah beberapa lama aku membiasakan mata ku dengan cahaya yang terang, aku mulai mengingat apa yang terjadi saat Puteri Flavia memeluk ku.

   Aku terbangun dengan gaun putih yang menutupi tubuh ku, aku melihat ke sekeliing ku, ini halaman kawanan ku, kawanan lama ku sebelum aku ikut dengan Charoum, aku tersenyum, aku melihat mereka, merasakan udara dan tanah di atas kaki ku,

   Dan aku mendapatkan tampak seseorang yang sangat teramat aku rindukan, Bunda, aku berjalan kearahnya, aku merasakan kaki ku melangkah dengan ringan, aku berjalan kearahnya dan memeluknya, tetapi hanya bisa menembusnya,

   Tetapi bunda menatap ke arah ku, matanya mulai bergelinang air mata, aku pun tidak dapat menahan air mata ku, ia mengangkat tangannya untuk mengusap pipi ku, tetapi seperti aku tadi, tanganya menembus badan ku.

   "Bunda," lirihku, ia menutup mulutnya untuk menahan isakkannya, ia menatap ku dengan bahagia, sedih dan rindu.

   "Bunda-" kata ku lagi, "-Aku ingin bunda tahu, aku sangat teramat menyangai Bunda, Ayah dan Johan, aku sangat teramat mencintai kalian semua, aku ingin bunda tahu bahwa aku baik-baik saja, aku akan segera menemui Bunda dan yang lain," entah dari mana kekuatan itu berasal, tetapi aku sanggup mengatakannya dengan sangat meyakin kan, tetapi di lubuk hati ku, aku takut bahwa apa yang terjadi adalah keterbalikannya.

   Bunda mengangguk, aku menengok saat mendengar suara pekikan anak kecil, saat menoleh aku melihat Johan, beban di pundak ku seakan ter angkat dan sesak di dadaku menghilang, Johan baik-baik saja, Johan masih bersama Bunda, aku melihatnya berlarian mengejar anak-anak yang lain.

   "Bunda, aku mohon, untuk saat ini, jangan berpergian sendirian, tolong bilang pada Ayah untuk ada seseorang yang mengawasi kalian, dan tolong beri tahu Alpha, untuk meningkatkan ke amanam di kawanan ini, bilang bahwa Ratu Elizabeth yang memintanya." kata ku, belum sempat bunda menjawab ucapan ku, semuanya memudar.

   "Sayang," paling suara yang sudah sangat familiar, aku tersadar dari lamuan ku dan menatap mata violetnya, Oh Ya Tuhan, mengapa ia terlihat tampan? 

   Um, setiap hari dia memang tampan dan menawan, kata Jasmine menegrang dalam pikiran ku, aku memutarkan bola mataku, jengkel dengan kelakuan serigala satu ini, Aro menatap ku bingung, aku pun terkekeh dan mendudukan posisi tubuh ku dengan bantuan Aro.

   "Apa yang terjadi? Mengapa Puteri Flavia menagtakan bahwa itu sesuatu yang kau butuhkan?" tanyanya membuat kepala ku pusing.

   "Sabar Aro, kepala ku masih pusing," kata ku, Aro mengumamkan kata maaf dan memeberikan ku segelas air, aku mengambil air itu dan meminumnya, aku tidak merasa tenggorokan ku kering hingga ir yang kuminum ini mengalir di kerongkongan ku.

   "Terima kasih," kata ku dengan senyum, Aro membalas senyum ku dan mengecup kening ku, ia menaruh gelas itu di meja tidur dan memposisikan tubuhnya di belakang ku, ia menyandarkan tubuhnya di sandaran kasur, ia pun mendorong pelan tubuh ku, hingga aku bersender di dadanya.

   Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami, tetapi ada satu hal yang membuat tubuh ku tergelitik dengan kelakuannya, ia mengelus-elus perut ku, sedangkan tangan ku berada di atas tanganya.

   "Johan, ia baik-baik saja, dan apa yang Puteri Flavia lakukan adalah agar aku bertemu dengan Bunda, aku kembali ke kawanan ku, aku bertemu Bunda dan melihat Johan baik-baik saja, ia bermain dengan teman sebayanya, aku rasa apa yang Lotus lakukan hanyalah sebuah gertakan," kata ku, Aro menggenggam tangan ku dan mengecup pelipis ku.

   "Jadi itu apa yang Puteri Flavia lakukan, aku senang dan lega bahwa Johan baik-baik saja, kita akan melakukan tes setelah makan malam nanti," katanya dan aku mengangguk, sekarang masih pukul 2 sore, masih ada banyak waktu untuk ber istirahat.

   aku merebahkan diri ku dan menarik Aro disebelah ku, aku memeluknya dan menaruh wajah ku di dadanya, aku menghela napas, hanya ini yang aku butuhkan untuk saat ini.

***

   Aku dan Aro berjalan di sebuah lorong, Dokter Asher, dan Puteri Flavia berjalan didepan kami, aku merasakan degup jantung ku berpacu dengan kencang, aku menggenggam tangan Aro dengan kuat, saat ini bukan hanya aku saja yang akan menjalani serangkaian tes, tetapi Aro juga,

   Aku tidak tahu apakah yang Lotus katakan adalah sebuah kebenaran atau bukan, karena ia telah berbohong dan memainkan pikiran ku menggunakan Johan sebagai umpannya, tetapi aku tidak mempunyai kaitan apapun dengan peperangan yang terjadi 30 tahun yang lalu, tidak menurutku.

   Di hadapan kami terdapat pintu berdaun dua dengan cat berwarna putih gading, dengan bentuk yang polos itu terbuka, menampakan sebuah laboraturium modern yang terlihat sangat high tech, seperti idaman para ilmuwan.

   Di dalamnya banyak yang sedang melakukan eksperimen mereka, tabung-tabung mengisi setiap meja, kami terus berjalan hingga kami kembali berjalan di sebuah lorong kosong, kanan kiri terdapat kaca yang menunjukan ruanga-ruangan yang berisikan para ilmuwan mengerjakan terobosannya, sepertinya.

   Lagi-lagi kami di pertemukan dengan pintu berdaun dua, tetapi warnanya kali ini cokelat muda, kami memasuki sebuah ruangan, seperti ruangan saat di lorong tadi, satu sisi ruangan ini di tutupi kaca, disana berdir para Alpha, termasuk Alpha Cellial, menatap kami dari balik kaca.

   Ruangan ini kosong, hanya terdapat dua kursi yang terlihat nyaman, mungkin ruangan ini hanya baru digunakan kali ini, karena aku tidak melihat apapun kecuali kursi itu.

   "Abrielle dan Charoum, kalian di persilahkan untuk duduk di masing-masing kursi," kata Dokter Asher, kami pun menduduki kursi itu, aku yakin, suara degupan jantungku terdengar hingga keluar dari ruangan ini.

   "Ini tidak akan sakit, aku hanya akan melihat melalui pikiran kalian," kata Puteri Flavia dan aku menganggu, aku menatap ia berjalan kearah ku, uh-oh, ia tersenyum menenagkan ke arah ku, membuat ku sedikit merasa nyaman.

   "Ini hanya sebentar saja," bisisknya, hingga aku merasakan kedua telapak tangannya berada disisi wajah ku, saat ia menyentuhnya, aku melihat seluruh kilas balik diriku kini hingga aku kecil, aku melihat kembali ingatan-ingatan yang sudah terlupakan.

   Setelah beberapa saat kemudian, ia melepaskan telapak tanganya dari sisi wajah ku dan tersenyum kearah ku.

   "Tidak ada apa-apa, aku tidak menemukan apapun, sepertinya apa kata Lotus benar, Charoum  lah yang mempunyai ikatan terhadap peperangan 30 tahun lalu," jelas Puteri Flavia, ia memandang Chraoum saat ini, ia berjlana kearahnya dan melakukan hal yang sama seperti ku.

   Bebebrapa saat kemudian ia melepaskan telapak tanganya dan ia menatap Aro terkejut, Aro memandangnya bingung, ia membisikan sesuatu kepada Dokter Asher, Dokter Asher pun mengangguk dan mengambil sample darah dari Charoum.

   "Charoum, apakah Ayah mu mempunyai seorang kakak perempuan?" tanya Puteri Flavia.


3. BetaWhere stories live. Discover now