B E T A - 28

29.2K 2.1K 47
                                    

   Kami saat ini sedang menunggu orang tua Charoum, aku dan Aro kembali keruang tidur yang sudah disediakan, sedari tadi aku duduk di pangkuannya dan memainkan rambut Aro, ia menaruh wajahnya di dadaku, aku sesekali merasakan ia menghela napas panjang, aku memijat lehernya.

   Puteri Flavia enggan mengatakan apa yang ia maksud, dan memutuskan untuk memanggil kedua orang tua Charoum, aku merasakan kegelisahan yang dirasakan Aro, aku mengelus-elus punggungnya dan seseali mengecup puncak kepalanya.

   "Aku yakin semuanya akan segera berakhir." kata ku dan aku tahu bahwa ucapan ku benar, aku merasakannya, sebentar lagi semua ini akan berakhir.

   Aro mengangkat kepalanya, ia menatap kearah ku, ia menelitu seluruh wajahku, seperti ia merekam wajahku, lalu ia mengecup keningku, aku melingkarkan tangan ku di pinggangnya dan menghela napas.

   "Kita bahkan belum merasakan keseharian yang normal, layaknya seperti pasangan pada umumnya." kata ku, Aro menaruh wajhnya di lengkuk leherku, aku kembali memainkan jemari ku di rambutnya.

   "Aku tahu," jawab Aro


***

   Jade melangkahkan kakinya, menatap lurus kedepan, langkah kakinya diikuti dengan langkah kaki Dokter Asher  dan Fèe, perasaannya berkecamuk, ia tidak tahu harus merasakan apa saat ini.

   Ia merasa dikhianati, bahagia juga amarah, ia ingat betul bagaimana jerita tangis Ibunya saat ia menemukan tubuh Ayahnya tergeletak di samping tumpukan tanah da batu nisan yang bertuliskan nama Pasangannya, ia ingat betul bagaimana Ibunya menangis di malam hari dan menyalahkan dirinya sendiri, Ibunya beranggapan bahwa ia tidak becus dalam merawat suaminya.

   Jade menggeram dengan ingatan itu, ia tahu betul bahwa semua itu adalah omong kosong, Ibunya merawat Ayahnya dengan penuh kasih dengan segenap jiwa dan raganya, ia marah terhadap Ayahnya karena telah membuat Ibunya seperti itu, Ayahnya adalah seorang pengecut, ia tidak memikirkan Anak dan Isterinya yang dengan sepenuh hati dan terus berada di sisnya.

   Langkahnya terhenti saat ia melihat sebuah kaca yang cekung menutupi sesorang dibawah kaca itu, Jantungnya berdegup kencang saat ia melihat siapa yang berada dibawah kaca cekung itu, ia melihat seseorang yang mengajarinya berjalan, bermain bola, bermian sepeda dan mengajari bagaimana memperlakukan wanita, dan beragam pelajar dalam hidup.

   "Aku akan membangunkannya," kata Fèe yang sembari berjalan ke samping kaca itu.

   O opoíos símaine na eínai zontanós prépei na eínai zontanós, pou símaine na pethánei tha prépei na pethánei, na megalóso to paidí mou.

   Serbuk-serbuk ungu bermunculan disaat Fèe selesai mengucpkan kata-katanya, sesaat kemudian, semuanya mendengar suara helaan napas dari sang empunya tubuh, ia merasakan panas itu kembali, rasa panas disaat ia menenggak minuman yang dapat mempertemukan ia dan pasangannya, beserta buah hati mereka yang ia tidak sempat melihatnya sebelum ia menenggak minuman itu.

   who meant to be alive should be alive, who meant to be die should be die, rise my child

   Itu kata-kata yang ia dengar disaat ia tertarik menjauh dari pasangan dan Ankanya, dan untuk kali ini, ia tidak meronta, ia melemparkan senyuman kepada mereka, Olivia membalaskan senyuman kepada pasangannya, ia merasa bahagia, karena di sini bukanlah dimana seharusnya Blake berada, ia seharusnya berasa Rossaline dan Jade, buahati dan isterinya.

   Ia membuka matanya dan mendapatkan tatapan dari Fèe, mata Violetnya lah yang menjadi hal pertama yang ia lihat, Fèe tersenyum kearah Blakae dan ia mebalsanya dengan senyuman kecil, ia masih merasakan panas dan perih di jantungnya.

   Ia melemparkan pandanganya dan bertemu dengan wajah yang tidak asing, Asher, kembarannya, Asher tersenyum dan memeluk saudara kembarnya, ia melepaskan pelukannya dan menatap kearah wajah yang menatpnya dingin, ia hanya berdiri tegap dengan melipat tanganya di belakang tubuhnya.

   Ia tahu, tidak akan mudahuntuk memaafkan tundakan bodoh dan pengecutnya, ia menatap wajah yang bercampur dengan wajahnya dan isterinya, sang empunya wajah tidak bergeming, hanya menatpanya dengan perasaan yang berkecamuk, dan hanya dengan itu, sang empunya wajah berbalik dan meninggalkan ruangan itu tanpa berkata apapun.

   Jade melangkahkan kakinya keluar dari ruangan, ia tidak percaya terhadap dirinya sendiri, ia yakin bahwa jika ia membuka mulutnya, hanya tangisan dan amarah yang akan terucap, ia tidak tahu harus bersikap bagaimana.

   Ia berjalan di salah satu dari sekian banyak taman yang di miliki oleh istana ini, saat ia melangkahkan kakinya lebih dalam di taman ini, ia mencium aroma yang dapat menenangkannya saat ini, ia melemparkan pandnagannya ke segala penjuru arah, hingga ia menemukan seorang gadis yang menatapnya dengan horor, ia mengenakan pakaian pelayan, dengan segera gadis itu menjatuhkan keranjang yang ada di genggamannya dan lari menjauh dari taman itu kedaam hutan.

   Jade menggeram, ia ingin melihat mata perak terang itu, ia bergegas menyusul pasanganya kedalam hutan, ia berhenti sejenak untuk menghirup aromanya dan mengejar kemana arah aroma tubuh pasangannya berada.

***

   Kami semua duduk di ruangan yang besar, dengan kedua orang tua Aro di sebrang ku dan yang lainnya diruangan ini, Ibu Aro terlihat gelisah, Aku pun begitu, aku menggenggam erat jemari Aro.

   "Artus, apa kau mempunyai kakak perempuan?" taya Puteri Flavia dan Artus mengangguk.

   "Ia dulu bekerja sebagai dayang untuk Ratu Elizabeth, Rose namanya." jelas Artus membuat Puteri Flavia meneteskan air mata, ia menatap kearah Artus kemudian Aro, Puteri Flavia bangkit dan memeluk Artus, kemudian ia kembali duduk disebelah Pangeran Julius

   "Terimakasih, akhirnya aku bertemu dengan keluarganya, orang yang membesarkan ku, Ibu ku." kata Puteri Flavia.

   "Rose adalah sosok yang tangguh, ia mengesampingkan kebutuhannya dan membesarkan anak yang seharusnya aku dan Dave besarkan, aku berhutang banyak terhadap Kakak perempuan mu." kata Ratu Elizabeth, aku mengela napas lega, Aro pun begitu.

   "Dan Lotus mengejar Charoum karena Rose berhasil menyembunyikan Flavia dengan baik," kata Ratu Elizabeth.

   "Mengapa ia tidak mengejarku? Aku Adiknya, aku memiliki ikatan lebih dekat dengan Rose," kata Artus.

   "karena Charoum berada di garis kelahiran yang sama dengan Jade, dan peperangan yang selalu di setuap generasi yang baru, dan Charoum lah yang berada di garis kelahiran itu." jelas Ratu Elizabeth.

   "Yang Mulia, dengan segala hormat, maafkan saya sudah menganggu pertemuan ini, tetapi Lotus dan pasukannya sudah mendekat ke istana.

   "Baiklah, persiapkan para prajurit dan panggil para jenderal untuk menghadap ku." kata Raja Dave dan pengawal itu meninggalkan ruangan, bersamaan dengan Alpha Jade yang membopong seorang gadis, baju gadis itu berlumuran tanah.

   "Tolong periksa dia." kata Alpha Jade kepada dokter Asher dan mereka meninggalkan ruangan.

   "Dia menemukan pasangannya." kata Puteri Flavia dengan senyumannya yang menawan dan aku ikut bahagia dengan kabar itu.

   "Aku akan ikut." kata ku membuat Aro mengeratkan lengannya yang melingkar di pinggangku.

   "Kau cukup tinggal disini selagi kami berperang diluar, bantulah Ahser dengan orang-orang yang luka, aku tidak mau apa yang terjadi dengan Blake, terjadi pula dengan mu." kata Ratu Elizabeth sembari mengecup keningku.



.

.

1 MORE AND WE ARE DONE.

I know i am such an horrible author who left u hanging for so long, but work has been crazy this past couple months,

Hope u enjoy it!

makin baanvak komen, makin keept aku update yaaa,

XoXo, Queen.

3. BetaWhere stories live. Discover now