UL.21

12.9K 605 6
                                    


Tok tok tok tok

"Masuk!" Ucap Keana.

"Permisi Bu Adelicia, ada tamu yang mencari bu Adelicia." Ucap Nana-sekretaris Keana.

"Perasaan saya gak ada buat janji deh!" Ucap Keana sambil mengingat apa Keana memiliki janji pada seseorang.

"Bu bagaimana, apa saya suruh pulang atau saya suruh masuk?" Tanya Nana-Sekretaris itu kembali.

"Baiklah, suruh masuk saja!" Ucap Keana.

"Baiklah kalau begitu saya panggilan dulu orangnya." Pamit Nana-sekretaris Keana.

Tok tok tok tok

"Masuk!" Ucap Keana sebelum berdiri dari kursi nya.

Pintu terbuka secara perlahan. Keana terdiam pria dengan jas hitam yang melekat di tubuh nya, pria yang sempat mengisi ruang di hatinya walaupun sampai sekarang sih, pria yang kemarin baru bertemu dengan nya.

"Hai maaf mengganggu!" Ucap nya sesudah menutup pintu.

"Ah.. silahkan duduk!" Ucap Keana dengan ekspresi yang masih terkejut.

"Ada apa, kenapa kemari?" Tanya Keana saat sudah mengembalikan ekspresi nya.

"Ah sebenarnya bukan aku yang ingin bicara tapi Sally!" Ucap Aaron.

"Kalau begitu dimana sally?" Tanya Keana karna Aaron hanya datang sendiri.

"Dia masih di jalan. Kami berangkat sendiri sendiri!" Ucap Aaron dengan ekspresi santai tapi masih kelihatan hangat.

"Oh... mau minum apa? Kopi atau Teh?" Tanya Keana.

Pasti Teh.

Keana sebenarnya tahu benar apa yang Aaron sukai dan tidak di sukai, tapi Keana gengsi jika harus mengakui nya.

"Biasanya kau tak bertanya pada ku, tapi sekarang sepertinya kau melupakan minuman ke suka an ku." Perkataan Aaron menghentikan langkah Keana menuju dapur kecil yang ada di ruangnya.

"Sesuatu yang tak ada kaitannya dengan masa depan ku, tidak akan pernah ku ingat di dalam pikiran ku." Ucap Keana tanpa berbalik melihat Aaron.

"Em baiklah aku minta Teh!" Ucap Aaron.

Keana kembali berjalan menuju dapur mini yang ada di ruangnya dan kembali dengan satu cangkir di tangannya.

"Ini!" Ucap Keana sambil meletakan cangkir tersebut di depan Aaron.

Keheningan terjadi kembali, Keana yang tak tahu harus bicara apa karna kedatangan Aaron tak pernah menjadi harapan Keana.

"Hemm..." Aaron mulai membuka suara dan membuat Keana menatap Aaron.

"Apa kau berpacaran dengan Austin?" Pertanyaan yang tak terduga keluar dari mulut Aaron membuat Keana terdiam.

"Keana aku bertanya apa kau berpacaran dengan Austin, kalau ia sejak kapan kau berpacaran dengan Austin?" Tanya Aaron sekali lagi.

Keana menghembuskan nafasnya dengan kasar dan menatap Aaron dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Hubungan ku dengan Austin hanya kami yang tahu seberapa dekat kami. Kehidupan ku hanya aku yang tahu dan orang lain tak berhak bertanya apapun pada ku tentang hidup ku, kecuali aku memberi izin!" Ucap Keana datar.

"Apa aku tak berhak tahu tentang hubungan mu?" Tanya Aaron dengan alis yang terangkat satu.

"Tidak! Karna kau hanya lembaran lama, Bukaan lembaran baru!" Perkataan Keana membuat Aaron mengepalkan tangannya.

"Apa masa lalu mu tak penting bagi hidup mu, bukan kah tanpa massa lalu tak akan ada yang namanya masa depan!" Ucap Aaron dengan aura yang berbeda dari awal Aaron datang. Aura sekarang adalah aura dingin.

"Teori yang kamu ucapkan sangat benar, tapi kalau kita tak melupakan masa lalu maka kita akan bisa melihat ke masa depan!" Balas Keana.

"Ku mohon Aaron bersikap lah seperti yang ku katakan kemarin. Kita tak punya hubungan apapun selain rekan bisnis! Rekan bisnis tak ada yang ikut campur dalam urusan rekan bisnis lainnya." Ucap Keana.

Keana merasa risih dengan sikap Aaron yang tiba tiba berubah terhadapnya. Keana merasa kesal jika Aaron baik padanya, mungkin kalau beberapa tahun yang lalu Aaron bersikap seperti ini Keana akan meloncat karna senang, tapi sekrang no! Keana sadar diri.

"Hubungan kita tak akan lebih dari rekan bisnis!" Perkataan Keana membuat Aaron tersenyum simpul

"Baiklah itu yang kau mau. Aku hanya ingin membuat hubungan kita semakin baik. Aku hanya ingin kita memulai lembaran baru dengan hubungan sebagai teman tapi kau menolak nya. Maka akan ku turuti ucapan mu!" Ucap Aaron dengan nada datar dan ekspresi datar.

Keana hanya terdiam mendengar ucapan Aaron.

"Kau ingin kita menjadi rekan bisnis saja baiklah, mulai sekarang hubungan kita hanya rekan bisnis. Ku kira kau memiliki pemikiran yang bagus namun ternyata aku salah. Pemikiran mu sangat rendah untuk seseorang yang menjabat sebagai wakil direktur." Ucapan Aaron membuat Keana seperti di rendah kan.

"Menjauh lah terus dari masa lalu mu, karna aku yakin kau tak akan bisa bangkit jika terus lari dari masa lalu mu!"

Perkataan Aaron semakin tamu an di telinga Keana. Keana mengepalkan kedua tangannya.

"He.." Keana tertawa sinis dan menatap Aaron dengan tatapan benci namun sedih.

"Apa kau pernah membayangkan menjadi diriku. Apa kau tahu yang nama nya sakit. Apa kau pernah di salah kan atas masalah yang tidak kau lakukan! Apa kau pernah dipermalukan di tempat umum. Apa kau pernah" teriak Keana karna Keana merasa Keana di sudut kan oleh Aaron.

"Kau tak pernah merasakan itu Aaron, karna kau selalu benar. Bukan kah begitu. Kau selalu egois, kau tak pernah melihat ke belakang, kau selalu menguatkan dirimu." Ucap Keana.

Keana berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pintu keluar.

"Silahkan keluar dari ruangan saya tuan Aaron Axton Blaxton Makenxo." Ucap Keana dengan penekanan di nama Aaron.

Aaron bangkit dari tempat duduk nya dan berjalan ke arah Keana.

"Baiklah!"

Keana membuka pintu ruangan nya dan melihat sally yang ternyata ada di depan pintu Keana.

"Ah maaf tadi saya ingin ke dalam tapi saya urungkan niat saya karna mendengar suasana di dalam yang tidak memungkinkan saya masuk!" Ucap Sally sambil menatap Keana dan Aaron bergantian.

"Sudah lah sally tak perlu minta maaf. Ayo kita pulang, orang yang ingin kau temui tak ingin memiliki hubungan dengan ku!" Ucap Aaron sambil menggenggam tangan Sally.

"Tunggu dulu Aaron. Aku ingin menyerahkan ini pada Keana, aku harap kau datang. Setidak nya sebagai teman ku. Aku harap kau datang!" Ucap Sally sebelum menyerah kan undangan warna putih ke arah Keana.

"Sampai jumpa!"

Keana menutup pintu ruangnya dan berjalan ke arah kursinya. Keana menatap undangan warna putih tersebut.

Pertunangan Grace Sally Cerly dan Aaron Axton Blaxton Marioline

Keana menatap undangan tersebut, tanpa sadar Keana membasahi lagi pipinya dengan air mata yang seharusnya tak keluar kembali.

"Bukan kah dunia ini tak adil pada ku!" Lirih Keana.

Saat topeng kebahagiaan yang aku pakai tak lagi mampu menahan luka ini, saat itulah kau tahu betapa aku tersakiti selama ini

~

Salam hangat aprivane

Unrequited LOVE (END)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon