thirty seven; fall for you

19.3K 940 5
                                    

Karena malam ini akan menjadi malam aku akan jatuh cinta padamu.

—Secondhand Serenade—

Nadiar dan Alvis saling menampakan cengiran saat keduanya keluar dari salah satu kios belanjaan di dalam mal. Tangan mereka bergandengan, dan keduanya menggunakan topi berwarna. Alvis berwarna biru, sedangkan Nadiar berwarna pink pucat. Yang membuat Nadiar tidak berhenti nyengir adalah karena kemauannya dituruti oleh Alvis. Yaitu, menggunakan kaos couple dengan kaos Nadiar yang bertuliskan He's mine. Sedangkan Alvis menggunakan kaos bertuliskan She's mine.

Rasanya, Nadiar mendapatkan ganjaran yang setimpal dari pagi harinya yang amat tidak berkelas itu. Bergandengan dengan Alvis, dan memakai baju santai couple mereka. Wah, Nadiar merasa dirinya kembali seperti anak SMP yang baru pacaran. Dan sial, Alvis sangat tampan dengan topi, kaos, dan celana jeans yang digunakannya. Entah karena Nadiar yang jarang melihat Alvis menggunakan kaos dan selalu menggunakan jas, penampilan Alvis yang sekarang benar-benar memukau di mata Nadiar. Tidak percaya? Coba kesini dan lihatlah dengan mata kepala kalian.

"Jadi, habis ini, kita mau kemana?" Alvis bertanya dengan cengiran yang terlihat menggemaskan di mata Nadiar. "Makan atau nonton dulu?"

Nadiar mengulum bibirnya dengan alis yang berkerut dalam. Berpikir, lebih baik melakukan hal apa terlebih dahulu. "Hmm, kalo kita main di game center dulu gimana, yang? Atau, kita beli aja tiket bioskop dulu. Takut tar penuh."

Alvis mengangguk. "Oke. Ayo kita beli tiketnya dulu," ucapnya sambil mulai melangkah dengan tangan yang menggandeng tangan Nadiar. "Kamu mau nonton apa?"

"Hmm, kata Dizi, film The Mummy seru. Dia udah nonton duluan bareng Devan. Katanya, Tom Cruisenya gak keliatan tua dan ganteng banget. Aku kan jadi penasaran," jawab Nadiar bersamaan dengan langkah mereka yang terhenti di barisan poster film bisokop. Yang berarti, mereka sudah sampai di tempat bioskop.

Alvis mengangguk mengerti sambil menatap Nadiar. Mata Alvis kemudian menatap pada poster bioskop yang menunjukan film tersebut. "Action?"

Nadiar mengangguk membenarkan, lalu mengeratkan gandengannya, dan menyender di lengan atas Alvis. "Katanya, sih, horor, action, romace ada."

"Oke deh, kamu tunggu disini dulu. Aku aja yang baris."

Nadiar menggeleng cepat. "Gak mau! Aku mau ikut aja. Takutnya, tar kamu milih kursi yang buat pasangan. Tar kalo kamu macem-macemin aku, gimana?"

Alvis melotot, lalu menjitak pelan kepala Nadiar.

"Aduh, yaang. Kamu sekarang kejam, ya! Udah berani jitak-jitak aku!" seru Nadiar sambil memajukan bibir bawahnya.

"Lagian, sama pacar sendiri suudzon!"

"Dih, suudzon itu sama siapa aja, kali!"

"Tapi aku bukan cowok yang kayak gitu."

"Bohong! Kayak yang gak pernah nonton boke—hmmp," ucapan Nadiar terhenti saat Alvis membekap mulutnya kuat-kuat. Nadiar melotot, Alvis balik melotot.

"Kamu ini! Ngomongnya kok gak ada filternya, sih?"

Nadiar memukul-mukul tangan Alvis dengan matanya yang masih melotot.

Alvis berdecak, lalu melepaskan tangannya dari bibir Nadiar.

Nadiar mendesis kesal, lalu meringis kesakitan saat luka di bibirnya saat ditampar tadi pagi, kini mulai terasa lagi. Tangan Nadiar lalu menyentuh sudut bibirnya sendiri sambil mengerenyit sakit.

"Ya ampun, aku lupa!" Alvis berseru panik, lalu menangkup kedua pipi Nadiar. "Aku gak sengaja, aku gak sengaja."

Alvis. Ini salah satu sifat yang tidak Nadiar mengerti dari lelaki itu. Daripada meminta maaf, Alvis lebih memilih kata lain, yaitu tidak sengaja. Ini adalah kali ketiga Alvis mengatakan tidak sengaja atas kesalahannya. Walaupun memang benar jika Alvis tidak sengaja melakukannya, namun, tetap saja Alvis tidak pernah mengucap maaf walaupun kesalahannya tidak di sengaja.

Handsome CEO [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang