fifty one; attention

16.2K 1K 4
                                    

Mata Nadiar mengerjap pelan, menatap lurus-lurus pantulan dirinya di cermin. Benar-benar tidak ada gairah untuk memuji dirinya seperti yang biasa ia lakukan. Nadiar hanya diam, dan menatap pantulan dirinya di cermin sambil memikirkan berbagai pertanyaan mengapa Alvis harus meninggalkannya. Nadiar tidak terlalu jelek. Apa Nadiar terlihat jelek di mata Alvis? Apa karena itu Alvis memutuskannya? Nadiar sekarang merasa tidak percaya diri. Bukan seperti Nadiar biasanya.

Helaan napas kasar keluar dari hidung Nadiar. Ia membawa tasnya di atas meja rias dengan kasar, lalu berjalan keluar dari kamar. Hari ini, adalah hari yang spesial bagi sahabatnya dan juga bagi Nadiar.

Dizi dan Devan menikah.

Nadiar tidak tahu jika akhirnya cerita mereka akan seperti ini. Dulu, mereka seperti Tom & Jerry. Namun sekarang? Yah, walaupun kelakuan barbar keduanya masih melekat, namun Nadiar tahu jika mereka saling mencintai satu sama lain. Semoga saja, mereka bisa berakhir bahagia.

"Nad! Cepet turun! Adrian udah dat—"

"Berisik, lo, ketombe monyet!" Nadiar memotong seruan Alden sambil tetap berjalan menuruni tangga. Alden terlihat berdiri di bawah dengan kemeja batik yang membalut tubuhnya. Wajahnya cemberut, terlihat ditekuk saat Nadiar mendekatinya. "Apa?!" tanya Nadiar sewot.

Alden makin cemberut. "Kenapa gue yang harus jadi korban PMS lo, sih?!" ucapnya dengan nada kesal yang sangat jelas.

"Kenapa?! Gak mau?!" sewot Nadiar sambil melotot.

Alden merubah ekspresinya menjadi cengiran lebar. "Enggak, kok. Kakak sayang kamu, dek."

Nadiar yang sudah berada di hadapan Alden hanya mendelik kesal, dan langsung menjitak kepala Alden kuat-kuat.

"Aduh! Kasar ya, kamu!" seru Alden, yang tidak di hiraukan oleh Nadiar.

Nadiar hanya berjalan melewati kakaknya sambil berteriak, "Lebay, lo, pantat onta!"

"Dek! Lo gak akan bareng? Gue sama Bunda dan Ayah!"

"Gak! Gue sama Adrian! Gue gak jomblo kayak lo!"

"Yaudah. Hati-hati di jalan, ya, kutu semut!"

"Oke, ketombe kucing!"

***

Nadiar memeluk sahabatnya dengan erat. Dizi membalasnya dengan antusias sambil sedikit melompat di tempatnya. Entah kenapa kelakuan Dizi yang barbar tidak dapat hilang walaupun sedang memakai pakaian pernikahan yang berat.

"Gila, Diar! Gue nggak nyangka banget hari ini bakal kejadian!"

Nadiar mengangguk malas sambil tetap memeluk Dizi. Helaan napas prihatin keluar dari mulutnya. "Hah, gue juga gak nyangka bisa liat lo yang duluan nikah sebelum gue."

Dizi hanya cengengesan sambil mengeratkan pelukan mereka.

"Udah, kali, pelukannya. Di belakang lo macet, tuh."

Nadiar menguraikan pelukan mereka. Matanya menatap sinis pada Devan yang baru saja membuka suara. Nadiar kemudian menoleh ke belakang, dan langsung melemparkan senyum manis pada banyaknya antrean manusia di sana. "Maaf, ya."

Dizi terkekeh pelan. Kepalanya kemudian maju dan mendekatkan mulutnya pada telinga Nadiar. "Lo kenapa bawa Adrian? Gue kirain lo sama Alvis."

Ekspresi Nadiar berubah datar, membuat Dizi mengerenyitkan alisnya dengan heran. "Putus."

Dizi melotot, kemudian menganggukan kepalanya dengan pelan, seolah mengerti. "Pantesan, dia tadi bareng cewek lain."

"Hah?" kini, Nadiar yang dibuat heran. Matanya melotot pada Dizi. "Maksud lo, dia kesini bareng cewek lain?"

Handsome CEO [Repost]Where stories live. Discover now