thirty eight; nothing like us

18.2K 1K 5
                                    

Nadiar sudah duduk di kursi bioskop saat merasakan getaran di saku jeansnya. Ya, Nadiar meletakan ponselnya disana, sedangkan tasnya ia simpan di dalam mobil Alvis. Melihat layar ponsel yang bertuliskan Babeh, Nadiar segera mengangkatnya dan menyimpan layar ponselnya di telinga. "Halo Yah?"

"Kamu di mana?"

"Bioskop. Kenapa?"

"Kamu gak nanya Ayah ada dimana?"

"Emangnya, Ayah ada dimana?"

"Di mana-mana hatiku senang."

Alis Nadiar bertaut dalam. "Yah? Ini Diar ciyuys, loh," ucapnya sambil menoleh pada Alvis yang menatap Nadiar penasaran. Nadiar mengatakan ayah tanpa suara untuk menjawab rasa penasaran Alvis, dan laki-laki itu hanya mengangguk, lalu menyuapkan popcorn pada Nadiar. Dan Nadiar menyambutnya dengan senang hati.

"Apa kabar, sayang?"

"Yah? Ayah gak kesurupan, kan? Kenapa tumben banget ngomongin hal gak penting gini?"

"Ayah kangen. Gak boleh?"

Nadiar menghela napas panjang, lalu berdecak kesal. "Ayah kangennya gak liat sikon banget, ya! Diar kan mau nonton!"

"Filmnya udah mulai? Mau nonton apa?"

"Masih iklan, sih. Filmnya Tom Cruise yang The Mummy."

"APA? Itu film dewasa, sayang!"

"Ciyyuys?!"

"Nggak, sih. Bohong, hehe."

"Ayah!" kesal Nadiar sambil cemberut. "Ayah ngapain, sih, telfon-telfon?"

"Ini, Ayah tadi baru beli pulsa buat nelfon rekan kerja Ayah. Eh, kebanyakan. Yaudah Ayah pake buat kangen-kangenan sama kamu aja."

"Kangen-kangenan sama Bunda, sana!"

"Kamu yang terakhir, nak. Kan berurutan. Bunda, Abang kamu, trus kamu."

"Dan semua hal yang Ayah omongin gak penting?"

"Penting. Ayah kangen kalian. Rasanya, bahaya banget kalo Ayah kangen kalian. Nyanyi lagu galau aja gabisa ngilangin rasa kangen Ayah yang mendalam dan—"

"Nadiar sayang Ayah, bye!"

Nadiar buru-buru memutuskan sambungan telfon, kemudian menyimpan ponselnya di saku celana. Sambil berdecak sebal, Nadiar mengulurkan tangannya untuk mengambil popcorn dan memakannya. "Ini gak ada adegan dewasanya, kan?"

"Gak tau," jawab Alvis sambil menggeleng pelan. "Kamu udah nanya Dizi?"

Nadiar mengangguk. "Udah, katanya, sih, gak ada. Tapi, bisa aja dia jahilin aku."

Alvis tersenyum sambil kembali menyuapi Nadiar dengan popcorn. "Kamu bisa peluk aku kalo takut."

Nadiar berdecih, lalu menerima suapan Alvis. "Udah bisa modus, ya, kamu?"

"Kalau sama kamu, aku harus lebih banyak modus. Kalo enggak, tar malah aku yang dimodusin kamu."

Nadiar melotot, namun kemudian nyengir lebar. "Kamu tau aku banget, deh, yang."

Alvis terkekeh kecil sambil memakan popcornnya. "Tadi Ayah kamu kenapa telfon? Dan kenapa kamu jawab di bioskop dan bukan tempat kerja?"

Lampu bisokop sudah mati total saat layar menunjukan jika film sudah di mulai. Nadiar memundurkan tubuhnya, lalu menyenderkan punggungnya di kursi bioskop. "Waktu kesini, aku udah kabarin mereka kalo aku lagi kencan. Dan Ayah tadi cuma ngomongin hal gak penting aja. Masa baru beli pulsa aja bilang-bilang?"

Handsome CEO [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang