fifty three; dangerous woman

17.2K 1K 4
                                    

Kerumunan sangat penuh saat Alvis, Nadiar, Inandra, Irene dan Adrian sudah menjadi tontonan seru bagi mereka.

Pertengkaran di tengah pernikahan. Siapa yang tidak penasaran dengan hal tersebut?

Apalagi, di dalamnya terdapat seorang CEO muda dan tampan, yaitu Alvis.

Sayangnya, tontonan yang mereka saksikan kini bahkan tidak bisa menjawab seluruh pertanyaan yang ada di benak mereka. Tentang siapa 4 orang lainnya, dan apa konflik dari pertengkaran mereka

Yang mereka tahu, 2 insan Tuhan kini sedang saling bertatapan. Yang satu menatap sendu dan pengharapan, namun yang satunya lagi menatap dengan penuh kebingungan dan rasa tidak percaya di dalamnya.

"Apa maksud ...," Nadiar membuka suaranya. Namun terdengar sangat kecil dan tercekat. Nadiar terlihat menelan ludah saat melanjutkan, "Bos ..., Si Psikopat Gila?"

Persetan! Terserah datang dari mana panggilan itu! Alvis menginginkan jawaban. Jawaban jika Nadiar tidak mendengar semua teriakan dari Irene. Alvis menelan ludahnya dengan susah payah. "Kamu ..., udah denger sampai-"

"Semua. Saya ikutan nonton."

Jantung Alvis kembali terasa di remas. Kepalanya reflek tertunduk saat remasan di jantuntnya terasa sangat menyakitkan sehingga menimbulkan kengiluan. Alvis tertawa hambar, lalu kembali mengangkat kepalanya dan mengangguk mengerti. "Oh," ucapnya, kemudian tertawa hambar.

Apa yang harus Alvis jelaskan sekarang? Semuanya terlalu terbuka bagi Nadiar. Semuanya terlalu jelas bagi Nadiar.

Apa yang akan Alvis lakukan? Semuanya terdengar percuma sekarang. Semuanya terdengar sia-sia sekarang.

"Adrian ..., aku pengen pulang sekarang."

Alvis diam. Alvis membiarkan saat Adrian mengangguk dan menggandeng tangan Nadiar.

"Tunggu, Dek!" suara lain dalam kerumunan muncul. Alvis menatap sumber suara tersebut, dan saat itulah pusat dalam dirinya menginginkan dirinya menghilang saat ini juga. Alden, dan kedua orangtua Nadiar, ada dalam kerumunan itu. Alden terlihat berlari ke arah Nadiar, dan menggenggam lengan atas Nadiar. "Lo pulang sama gue."

Nadiar mengangguk, lalu berjalan dengan Alden yang menuntunnya. Tatapan Nadiar terarah pada Alvis sejenak, lalu berpaling tanpa kembali menatap Alvis.

Alvis menatap liar ke arah kerumunan, dan mendapati Pak Sultan menatap Alvis marah, dan penuh kebencian.

Tatapan yang Alvis kira akan muncul di sorot mata Nadiar saat menatap Alvis. Tatapan yang Alvis kira, akan Nadiar berikan saat tahu alasan mengapa Alvis memutuskan Nadiar.

Namun, yang Nadiar berikan adalah sorot mata kecewa, dan penuh kesedihan.

Tatapan yang bahkan tidak Alvis sangka, akan lebih menyakitkan daripada yang Alvis bayangkan.

"Sori, Vis. Gue bahkan gak tau kalo lo ada di sini."

Alvis diam, tidak membalas perkataan Inandra. Alvis hanya berdiri di sana. Menatap sisa bayang-bayang kepergian Nadiar di dalam lamunannya.

Alvis hancur.

Ia tidak pernah menyangka. Jika dirinya akan sangat hancur saat orang yang ia cintai mengetahui bahwa dirinya adalah seorang penjahat.

***

Nadiar melompat ke atas kasur, dan langsung mendaratkan wajahnya di bantal. Air matanya terus turun sedari tadi. Dalam perjalanan pulang pun, Nadiar terus menangisi segalanya. Terlalu banyak yang memasuki pikiran Nadiar, membuat Nadiar bingung tentang apa yang sebenarnya ia tangisi.

Handsome CEO [Repost]Where stories live. Discover now