fourty five; a sky full of stars

16.4K 968 6
                                    

Nadiar berjalan dengan mata sedikit memincing dan mulut yang menguap lebar. Tangannya terentang ke atas, lalu turun dan menutup mulutnya yang menganga lebar. Langkah Nadiar menuju ke arah dapur dan mengambil satu gelas di sana. Nadiar lalu berjalan keluar dapur dengan mulut yang lagi-lagi menguap lebar.

"Pagi."

"WOAH!" teriak Nadiar refleks sambil berjengit kaget. Mata Nadiar melotot menatap Alvis yang berada di pintu utama dengan handuk kecil di lehernya. "Kamu ...," jeda, Nadiar menelan ludah melihat penampilan Alvis yang terlihat mempesona dengan rambut acak-acakannya yang sedikit basah. Seolah memang sengaja membuat Nadiar terpesona, Alvis berjalan pelan ke arahnya, membuat rambut basah itu terlihat bergoyang dengan slow motion. Apalagi dengan mata bulat Alvis yang berkedip perlahan saat menghampirinya.

"Baru bangun?" tanya Alvis sambil mengambil alih gelas di tangan Nadiar, lalu melangkah menghampiri dispenser.

Nadiar menelan ludah, lalu mengangguk kaku. "Eum."

Alvis mendengus geli. Tangannya terulur untuk mengalirkan air dari dalam dispenser ke dalam gelas. Alvis lalu melangkah lagi ke arah Nadiar sambil menyodorkan gelas tersebut.

Nadiar mengambilnya dengan cepat, lalu meminum isinya banyak-banyak.

"Kamu masih cantik walaupun baru bangun tidur."

"Uhuk! Uhuk!" Nadiar menjauhkan gelasnya sebentar untuk meredakan batuk, lalu meminum air kembali agar menetralkan tenggorokannya.

"Minumnya pelan-pelan," ucap Alvis sambil menepuk pelan punggung Nadiar. "Keselek bisa bikin orang mati."

"Astaga dragon, baby Al!" Nadiar berseru kesal sambil menekan gelas kosong itu ke dada Alvis, dan membuat Alvis langsung memegang gelas tersebut. "Kamu sengaja bikin aku baper ya, pagi-pagi begini?"

"Iya."

"Ish! Ngeselin!" seru Nadiar sambil melotot garang, membuat Alvis tertawa pelan. Mata Nadiar kemudian menelusuri pakaian Alvis yang terlihat basah.

"Ya ampun, my Nadi, kamu mesum, deh!" Alvis berucap tiba-tiba sambil memeluk tubuh depannya. "Kamu ngapain liat-liat dada aku?"

Alis Nadiar terangkat sebelah. "Kamu abis dari mana? Kenapa keliatan keringetan gitu?" tanyanya, mengabaikan ejekan mengesalkan dari Alvis.

"Jogging, dong. Aku kan hidup sehat, gak kayak kamu. Masa jam 9 pagi baru bangun?"

"Hah? Jam—" sadar apa yang barusan Alvis ucapkan, Nadiar langsung menatap ke arah jam dinding, dan melotot horror melihat waktu yang menunjukan pukul 9 kurang 10 menit. "WTF!! BABY AL, KENAPA KAMU GAK BANGUNIN AKU?! AKU HARUS KERJA!!"

Nadiar baru saja akan berencana langsung keluar dari apartemen Alvis, saat Alvis malah memegang tangannya dan menggeleng mantap. "No, no. Kamu aku liburin seharian ini untuk kencan kedua kita."

"Tapi, kan, baru aja lusa kita—"

"Gak ada bantahan, oke?"

Nadiar menghela napas panjang. "Kamu sendiri, yang ngasih peraturan kalo dalam sebulan ada bolos 3 hari, bakal di kasih SP 1."

Sekarang bagian Alvis yang menghela napas panjang. "Aku bos di perusahaan yang menerima kamu kerja. Aku yang minta kamu bolos. Gak akan ada SP 1 buat kamu."

"Kamu pilih kasih sama aku?" tanya Nadiar semangat dengan matanya yang berbinar senang.

Alvis mendengus geli, lalu mengangguk. "Iya, sayang. Kamu gak akan aku samain sama karyawan lainnya. Kamu kan pacar aku."

Handsome CEO [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang