part 9

14.3K 1.1K 22
                                    

Aku masih tetap terduduk diatas kasur memikirkan bagaiamana caranya untuk kabur dari tempat ini.

Bagamana ini? Aku harus apa? Melarikan diri? Tapi bagaimana caranya. Aku tidak mau menikah dengan Aldrich!

Suara auman serigala terdengar begitu jelas dan keras. Aku melihat kearah luar jendela namun sepi hening tidak ada apa pun. Sial bagaimana aku kabur kalau diluar banyak binatang buas seperti itu. Bagaiamana kalau aku dimakan dan dicabik-cabik oleh serigala. Uh aku tidak mau itu terjadi. Tapi aku harus memilih lebih baik menikah atau mati?

Aku berjalan menuju lemari pakaian dan mulai mengganti pakaian ku menjadi lebih tertutup dan tebal. Sial keputusan ku untuk kabur dari sini sudah bulat aku tidak memperdulikan apapun nanti yang akan terjadi pada ku, walaupun aku akan mati dicabik-cabik oleh serigala atau pun yang lainnya aku tidak peduli yang terpenting aku pergi dari sini!

"Semoga aku beruntung," gumamku dan membuka kaca jendela yang berada di dekat sofa dengan perlahan dan hembusan angin kencang bersama dengan salju yang berterbangan mulai memasuki kamarku.

aku menghembuskan nafas berat, dan mulai keluar dari kaca jendela yang kubuka. Akhirnya aku sudah berada diluar. Hembusan angin yang sangat dingin karena bercampur dengan salju yang turun dari langit menusuk pori-pori kulitku. Aku mengeratkan jaket yang kupakai. Sial aku tidak tau kalau diluar sangat begitu dingin melebihi perkiraan ku tadi. Baru saja sebentar aku diluar saja aku sudah menggigil kedinginan bagaimana kalau berhari-hari mungkin aku akan mati kedinginan.  Sial kemungkinan yang akan terjadi kalau aku kabur adalah sebuah kematian.

Kupikir aku memang sudah benar-benar gila rela mati hanya karena tidak mau menikah dengan Aldrich pria yang kupuji tampan dan sexy itu. Huh... entahlah itu sudah menjadi keputusan ku.

Aku berjalan perlahan menyusuri tanah yang bersalju dengan hembusan angin yang begitu kencang bahkan sesekali aku terjatuh karena hembusan angin yang begitu kencang dan tubuhku yang sudah melemas.

"Ayo semangat Alexa." Semangat ku pada diriku sendiri.

Aku berjalan begitu lama bahkan sangat terasa seperti aku berjalan sudah bertahun-tahun rasanya. Dan bodohnya aku hanya berjalan tak tentu arah hingga aku tidak tau aku berada dimana sekarang hingga aku melihat seperti sungai dengan banyak pohon di pinggirnya dan ada sebuah bulit yang besar. Wow aku tidak tau ini berada dimana yang ku tau ini sangat indah. Aku menghampiri sungai itu dan terduduk diatas salju dipinggir sungai yang tenang itu dan mulai menyentuh nya. Aku terkekeh ketika air sungai yang sangat dingin itu mulai menyentuh jari-jari ku hingga mengalirkan rasa dingin keseluruh tubuhku membuat aku semakin mengeratkan jaketku.

Setelah beberapa menit aku kembali berjalan tak tentu arah. Setelah sekian lama aku berjalan entahlah sudah berapa jam aku berjalan tak tentu arah seperti ini hingga aku sudah mulai sangat lelah dan terduduk dibawah salah satu pohon, namun mata menangkap sebuah objek yang membuatku membelalakan mataku tidak percaya.

"Tidak mungkin, bagaimana bisa?" Aku kembali berdiri dan berjalan menuju sesuatu yang kulihat tadi.

Ketika aku sampai aku menatap kelangit dan menggelengkan kepala menatap tidak percaya. Bagaimana bisa salju turun hanya disatu sisi saja, apa kedua perbedaan musim ini adalah perbatasan sebuah negara atau apa? Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa?

Aku melihat hutan yang tidak bersalju itu dan hutan yang bersalju bergantian untuk memastikan bahwa mata ku tidak salah lihat dan aku masih waras. Suara auman keras membuat ku ketakutan dan berlari semakin jauh kedalam hutan yang tidak bersalju itu semakin menjauhi tempat bersalju. Namun pilihan ku ternyata sangat salah besar suara auman serigala semakin terdengar bahkan suara-suara langkahan kaki yang entah lah aku tidak tau itu suara langkah kaki apa? Serigala? Macam? Singa? Atau pun manusia namun kalau itu manusia tidak mungkin karena langkah kaki itu bersamaan dengan suara auman keras.

Aku berlari semakin kencang aku sudah tidak memperdulikan kaki ku lagi yang sudah terluka dan darah berada disetiap langkah kaki ku. Nafas ku sudah tersenggal-senggal dan aku tidak kuat lagi untuk berlari lagi, masa bodo aku tidak peduli lagi kalau hewan buas datang dan mencabik-cabikku aku tidak peduli lagi sungguh AKU TIDAK PEDULI!!

Auman semakin keras memekik ditelingaku membuat ku memejamkan mataku dan terdengar langkah-langkah kaki disekelilingku.

"Aauuuu."

Sial suara auman itu terasa sangat dekat bahkan terasa seperti berada disampingku. Tunggu. Disamping ku? Aku membuka mataku dan melihat lima serigala berwarna coklat dan hitam mengelilingiku dengan menggeram. Poor me.

Sepertinya nyawaku berada diujung tanduk sekarang. Aku gemetar dan tidak tau harus apa lagi hingga salah satu serigala berlari kencang kearah ku dan ingin menerkam ku, sial ajalku sudah didepan mata. Aku memejamkan mataku ketakutan dan...

BRUKK

Suara seperti orang terjatuh terdengar ditelingaku, namun tubuhku masih berdiri belum terjatuh karena diterjang oleh serigala itu lalu itu suara apa?
Aku membuka mataku dan melihat ada dua orang pria tanpa pakaian hanya memakai celana pendek selutut bertarung dengan hebatnya.
Bukannya tadi serigala? Mengapa menjadi kedua manusia yang saling bertarung dengan disaksikan empat serigala yang sudah menyingkir memerhatikan kedua pria itu bertarung. Mengapa para serigala itu seperti ketakutan melihat kedua pria itu bertarung bukan menerkamnya bukankah serigala itu harusnya senang ada mangsa banyak seperti ini mengapa malah takut. Persetanan dengan kedua manusia itu dan para serigala bodoh itu, aku ingin pergi dari sini!

Ketika aku ingin melangkah pergi meninggalkan kedua pria yang sibuk bertarung dan keempat serigala yang seperti ketakutan namun  baru selangkah aku berjalan dari sudut mataku aku dapat menangkap pemandangan yang membuat ku terkejut. Salah satu dari kedua pria yang bertarung itu adalah...

"Aldrich?" Gumam ku.

Aldrich menoleh kepada ku dan segera memukul rahang wajah pria yang sedang bertarung dengannya.

"PERGI KAU BEDEBAH!!! JANGAN GANGGU DIA, SHE IS MINE!!" Teriak Aldrich kepada pria yang bertarung dengannya.

Aku terdiam mematung menatap Aldrich yang menatap ku juga. Sial Aldrich menghampiriku, matanya tidak lepas menatap ku. Aku ingin lari dan pergi dari sini namun kaki ku tidak dapat ku gerakkan.

"Mengapa kau lari? Kau takut padaku?" Tanya Aldrich yang sudah berada tepat didepan ku.

Seketika aku membeku ketika Aldrich memelukku. Dan dapat ku dengar langkah kaki berlari pergi menjauh. Aku sempat melirik sebentar dan aku menghitung serigala yang berlari ada lima.

Tunggu?

Apa?

Lima? Bukannya tadi empat? Tidak bukan nya pertama kali aku bertemu serigala itu lima, lalu Aldrich datang dan menjadi empat serigala dengan satu pria yang bertarung dengan Aldrich namun mengapa sekarang menjadi lima serigala lagi? Kemana manusia yang bertarung dengan Aldrich tadi?

"Hey mengapa kau diam saja?" Tanya Aldrich membuyarkan semua lamunanku tadi.

"Kaki mu terluka, ayo pulang," ajak Aldrich yang ingin menggendong ku.

"Pulang?"

Aldrich mengangguk, dan mulai menggendong ku ala bridal style.

"Kemana?" Tanya ku.

"Keistana ku, baby," jawab Aldrich santai.

Aku hanya diam saja dan mulai mengalungkan kedua lenganku kelehernya karena kaki ku terluka jadi aku tidak mungkin berjalan diatas salju.

"Tidurlah," perintah Aldrich dan aku mulai meletakan kepala ku didada nya yang tidak terbalut oleh sehelai benang pun.

Tapi bagaimana bisa Aldrich tahan disuhu udara yang sangat dingin tanpa pakaian dan hanya menggunakan celana pendek saja. Masa bodo aku tidak peduli dengan Aldrich mataku sudah sangat berat karena mengantuk. Tidak lama kemudian kegelapan mulai menyelimuti ku. Aku terlelap dalam dekapan Aldrich.

.
.
.
.
.
.
TBC

sorry for typo

You're Mine!!! (Werewolf)Where stories live. Discover now