00 || Prolog

37.2K 562 55
                                    

===

DESAHAN sexy keluar dengan mulusnya dari bibir mungil si wanita membuat pria di hadapannya semakin ganas.

"Kau begitu menggoda," kata pria itu sambil mengusap bibir Ruby pelan dengan ibu jarinya. Matanya yang sudah dipenuhi kabut nafsu itu seolah siap melahap apa saja di hadapan. Rambutnya berantakan karena jambakan dari tangan Ruby saat dia menciumnya tadi.

Wanita itu Ruby, tersenyum sinis menatap pria di hadapannya dengan tatapan meremehkan. "Ingin bermain lebih jauh lagi?"

Tom. Pria di hadapannya tersenyum lebar menanggapi perkataan Ruby yang yang ia anggap sensual di telinganya. "Ofcourse, babe. Tak ada hal lain yang aku mau malam ini, kecuali kamu."

Ruby tersenyum licik, berdecih dalam hati. Aku? atau hanya tubuhku, dasar mesum!

"Baiklah kalau begitu, ikuti aku!" Ruby mengecup telapak tangan Tom sekilas, lalu berjalan keluar dari ruang ganti baju. Sesekali Ruby melirik ke belakang sekedar memastikan apakah Tom mengikutinya atau tidak, ia tersenyum manis saat mengingat Tom begitu mudah masuk dalam perangkap. Pekerjaannya kali ini mungkin akan lebih cepat.

Kaki jenjangnya perlahan menyusuri keramaian lautan manusia yang tengah berbelanja ria, sepertinya mereka tidak begitu memedulikan kehadiran Ruby dan Tom, calon korban. Di mall sebesar ini Ruby hanya membeli beberapa pakaian, itu pun Tom yang membayarnya, si manusia bodoh itu benar-benar payah. Ruby tidak memaksa, tepatnya pria itu yang memaksa untuk membelikan beberapa pakaian mahal untuknya. Padahal jika Ruby menginginkan sesuatu, ia bisa membelinya sendiri.

"Kenapa tidak di hotel saja, Bae?" tanya Tom.

"Ah jangan! Aku tidak mau kau mengeluarkan uang lagi," sahut Ruby.

"Tapi aku ingin kau merasa nyaman saat kita melakukannya." Kini Tom sudah ada di samping Ruby, merangkul pinggang Ruby dengan possessive.

"Kau tenang saja. Aku tau tempat nyaman dan aman untuk kita melakukannya," jawab Ruby kalem. Kakinya terus saja melangkah menaiki elevator sampai di lantai paling atas. Senyumannya melebar seiring dengan langkahnya yang melambat. Mau tahu kenapa Ruby memilih tempat ini? Jawabannya karena di lantai itu bebas dari kamera pengawas.

Tom menghentikan langkahnya dengan alis terangkat satu ketika tahu tujuan yang Ruby maksud adalah, "gudang?"

Ruby menoleh, masih dengan senyuman yang sama. "Kenapa? Tidak mau?"

"Kau yakin?"

"Gudang itu bersih. Aku ingin mencoba melakukannya di gudang tempat perbelanjaan seperti ini, terlihat akan menantang. Tapi jika kau keberatan," kata Ruby gantung. Ia mendekati Tom dengan wajah kecewa yang dibuat-buat. Jari lentiknya mengelus pundak kurus Tom. "Aku tidak ingin bermain denganmu."

Tom tersenyum miring. Ia mendekatkan wajahnya hendak mencium Ruby, tapi wanita itu mendorong Tom agar menjauh darinya.

"Sudahlah! Lupakan saja jika kau tidak ingin bermain."

"Tidak. Aku ingin bersamamu, di mana pun, dan kapan pun," ujar Tom sembari berjalan mendahului Ruby memasuki gudang.

Ruby tersenyum miring melihat kebodohan Tom yang sepertinya sudah mencapai batas maksimal dari kata waras yang Ruby ciptakan. "Kau ini laki-laki bodoh atau memang tidak punya otak? Mana mungkin aku mau bercinta di gudang tempat perbelanjaan seperti ini, dasar payah!" gumamnya lantas mulai berjalan pelan mengikuti Tom memasuki gudang.

Tak menunggu lama Tom menarik Ruby cepat dan mendorongnya ke dinding tepat saat wanita itu baru memasuki gudang, menciumnya dengan ganas layaknya singa kelaparan yang menerkam hidup-hidup mangsanya.

Ruby hanya tersenyum miring di sela-sela ciumannya. Tangan kecilnya merogoh tas salempang yang masih menggantung di bahu. Mengeluarkan sesuatu yang mengkilat dan tajam tanpa Tom sadari, membuat apa saja yang melewati benda itu akan terkoyak secara naas.

SLUP!

Benda itu berhasil melukai bagian dari tubuh Tom. Tepatnya Ruby menusukkan pisau itu pada perut sebelah kanan lelaki di hadapannya.

Gerakan Tom yang sedang melumat leher jenjang Ruby berhenti tergantikan dengan erangan kesakitan. Tangannya yang semula ingin mengelus dada Ruby berpaling mengelus perutnya sendiri. "K-kau!"

"Mati saja kau dan pergi ke neraka," ujar Ruby sembari mendorong tubuh Tom, tangannya masih menggenggam pisau sehingga tubuh Tom terlepas dari pisau itu.

Darah segar membasahi pisau yang Ruby genggam. Merah pekatnya membuat pisau yang berwarna silver mengkilat itu semakin menarik.

"Kau tahu, Tom? Namaku Ruby. Dan kau lihat sendiri aku begitu menawan, bagaimana bisa kau berpikir aku akan mau dengan tubuhmu yang kurus kering itu?" tanya Ruby sembari mengibaskan rambut dengan ujungnya yang ikal.

Ruby kembali merogoh tas kecilnya dan mengeluarkan beberapa tisu untuk membersihkan pisau juga dirinya dari tetesan darah Tom. Ia memasukan pisau itu dan semua tisu ke dalam tas agar tidak meninggalkan jejak.

Wanita itu masih tersenyum mengerikan. Ia melepas bajunya tepat di depan Tom yang sudah sekarat. "Jadi apakah sekarang kau masih mau melahapku dalam keadaan seperti itu?" Ia mengejek Tom yang memerhatikannya dengan jakun naik turun. Dengan keadaan sekarat lelaki tidak tahu diri itu masih saja memikirkan hal lain daripada nyawanya sendiri.

Ruby menggeleng pelan. Ia memasukkan bajunya dan mengeluarkan baju yang dibelikan Tom. Setelah memakai setelan baru, lantas Ruby melangkah hendak meninggalkan gudang dengan senyum mengembang. "Jaga dirimu baik-baik, Tom."

Tom masih memegang perutnya yang nyeri. Tatapannya memelas seolah meminta tolong kepada wanita yang tersenyum manis di ambang pintu. Namun suaranya tak kunjung keluar bahkan sepatah kata pun karena rasa sakit yang tertoreh tadi. Padahal hanya satu kali tusukan, tapi bisa membuatnya bisu dan hanya menghasilkan erangan-erangan tak berguna.

"Tom bolehkah aku jujur?" tanya Ruby lagi. "Wajahmu lucu. Seperti sedang menahan buang air besar." Ruby cekikikan dan mulai membuka pintu gudang meninggalkan Tom sendiri. Terdengar bunyi pintu dikunci dari luar yang membuat Tom rasanya ingin berteriak memaki Ruby.

Kini, hanya tersisa Tom sendiri di dalam gudang sembari memegangi perutnya yang terus mengeluarkan darah segar. Berharap keajaiban datang, tapi sepertinya mustahil. Karena setahu pria itu, tidak akan ada yang datang, mengingat besok mall itu akan tutup karena hari libur.

Wanita cantik itu.

Masih waras, 'kan?

===

Ini cerita gue terinspirasi dari temen sepermesuman gue kak hayatun siregar . Dia kakak aku paling tua dan gak tau diri🙌 Nyuruh bikin ini itu sendirinya bikinannya terlantar di mana-mana😑












































Pertama kali update September 2017.
Perbaikan dikit, tambal dikit, repisi dikit Oktober 2021.

💔ᵗᵘˡⁱˢᵃⁿ ᵇᵉʳᵃⁿᵗᵃᵏᵃⁿ, ᵃˡᵘʳ ᵏᵘʳᵃⁿᵍ ʲᵉˡᵃˢ, ᵗᵃᵖⁱ ᵐᵃˡᵉˢ ʳᵒᵐᵇᵃᵏ ᵘⁿᵗᵘᵏ ᵏᵉᵖᵉⁿᵗⁱⁿᵍᵃⁿ ʳᵉᵛⁱˢⁱ.

With Your BodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang