32 || Gengsi

3.3K 187 4
                                    

===

"Apakah kau profesional?"

Sudut bibir Chandra tertarik sedikit ke atas, tapi bahkan tidak akan ada yang menyadarinya.

"Aku bahkan belum mendapatkan apa yang aku mau."

"Apa yang kau mau?" tanya Chandra dengan nada ditekan.

"Kematian temanku Axel juga adiknya, Chandra! Aku sudah menunggu la--

Chandra memotong cepat perkataan Elzar. "Shh!" Satu jari telunjuk berada di depan bibirnya. "Diam atau kau yang akan aku bunuh!"

Elzar menahan geramannya, tangannya mengepal menahan amarah. "Aku membayarmu bukan--

Lagi-lagi ucapan Elzar terputus karena Chandra tak membiarkan pria yang sedikit pendek darinya itu bersuara. Ia mencengkram pipi Elzar kuat dan mendekatkan bibirnya di telinga Elzar. "Tutup mulutmu! Ada hal penting yang harus aku kerjakan, jika kau terus saja berbicara atau menuntutku ini dan itu. Aku pastikan aku tidak akan membiarkan anggota tubuhmu masih terpasang dengan benar!"

Chandra mengeratkan cengkramannya sebelum menghempas Elzar dan beranjak pergi tidak memedulikan Elzar yang sudah tersungkur di lantai.

Pria itu, Chandra bukanlah seorang pembunuh biasa. Dia memang dibayar untuk membunuh orang lain, tapi bukan berarti Pria itu mau disuruh-suruh.

===

Nyaman itu seperti rindu. Ia enggan pergi meski pun tahu yang kau lakukan itu salah.

Safir terdiam dengan tangan yang menopang wajahnya, menandakan Pria itu tengah berpikir keras. Kata-kata itu terngiang di dalam pikiran membuat ia terus saja memikirkannya.

Safir tahu itu perkataan Ruby yang sudah lama sekali berlalu, tapi entah kenapa Safir malah baru memikirkannya sekarang. Ia menghela napas berat. "Kenapa aku tidak melihat Ruby dari kemarin, ya? Apa ada sesuatu yang terjadi padanya? Atau aku hanya merindukan dia? Itu malah tidak mungkin!"

Ketukan pintu menghentikan Safir yang sedang berargumen sendiri dengan pikirannya. Seorang Pria berpakaian hitam memasuki ruangannya.

"Ini berkas yang kau mau, Tuan!"

"Terimakasih Pak Banu." Safir mengambil beberapa berkas yang diberi Pak Banu dan membukanya tak sabaran, tapi setelah itu dahinya mengerut tidak suka. "Sebentar."

Langkah Pak Banu berhenti dan menatap Safir penuh tanya.

"Aku menyuruhmu untuk membawakan semua data tentang Ruby Carefannesa."

"Iya, Tuan. Semua berkas ini berisi tentang orang yang anda maksud," kata Pak Banu.

Safir menggeleng tidak setuju. Memang terlihat seperti data Ruby, tapi kenapa ada banyak sekali foto Intan? Seharusnya jika data itu milik Ruby, semua hal yang ada di dalam berkas itu adalah tentang Ruby termasuk fotonya.

"Tapi ini bukan Ruby," kata Safir pelan, hampir berbisik.

"Setahu saya, Ruby Carefannesa mengalami kecelakaan dua tahun lalu yang mengharuskan operasi wajah kala itu karena tuntutan medis, Wanita itu juga kehilangan ingatannya," sahut Pak Banu membuat Safir mengangkat kepalanya dan menatap pria di depannya.

With Your BodyWhere stories live. Discover now