10 || Siapa Axel?

4.9K 201 2
                                    

===

RUBY masih diam di tempat seolah apa yang baru ia alami adalah hal yang begitu mengejutkan baginya. Entah kenapa hatinya selalu bertanya-tanya sendiri apa alasan sesungguhnya Ruby bekerja di restoran itu? Untuk apa? Sekarang ada Intan, dan Ruby sudah malas melihat tampang Intan yang sok lemah di depan Safir. Ingin sekali ia meninggalkan restoran Safir, tapi mengapa kakinya terasa berat? Ia tidak mau berhenti menjadi koki sebelum mendapatkan hati Safir. Tapi karena hal barusan, saat melihat Safir dan Intan bersama membuat kakinya mendadak lemas, hatinya serasa mencelos dari tempat seharusnya. Perasaan macam apa ini?

Mata Ruby melirik ke arah jendela saat mendapati ramai di mana-mana. Terlihat beberapa mobil polisi serta beberapa Polisi keluar dan bergegas memasuki restoran. Kening wanita itu mengerut sebentar sebelum memutuskan pergi ke dapur.

Ruby masuk ke dalam dapur yang disambut oleh tatapan para koki lainnya yang tengah sibuk memasak. Ia tidak memedulikannya, wanita itu melihat para polisi lewat kaca tembus pandang yang sudah dimodifikasi dengan baik. Bukan hanya Polisi, beberapa agen yang mungkin Detektif datang dan menaiki tangga atas yang berarti hanya ada 2 kemungkian untuk apa para Polisi dan agen-agen itu datang ke restoran. Yang pertama ingin makan di lantai atas, dan yang kedua menemui Safir. Opsi pertama jika dipikir ulang akan lebih tidak mungkin, mana mungkin anggota agen-agen yang Ruby yakini orang penting itu datang ke sini hanya untuk makan?

"Polisi lagi?" gumam seseorang di samping Ruby yang membuat wanita itu menoleh cepat. Ruby menatap wanita berstelan koki tepat di sampingnya yang ia tahu bernama Erlyn. Wanita itu 10 tahun lebih tua darinya, tapi masih terlihat sangat anggun.

"Memangnya pernah ada kejadian seperti ini sebelumnya?" tanya Ruby yang langsung diangguki Erlyn.

"Kau tahu perusahaan nomor satu Stafford Corporation?"

Ruby ikut mengangguk. Siapa yang tidak tahu salah satu perusahaan paling kaya se-Benua Asia itu? Mendapat julukan kekayaan 10 besar di Asia. Cabangnya bahkan sudah melesat ke mana-mana sampai ke luar negara, dan perusahaan itu selalu memenangkan tender milyaran rupiah. Tak heran jika ada masalah sedikit tentang beberapa orang-orang di perusahaan itu, para media akan berbondong untuk meliputnya. Perusahaan itu selalu maju pesat dalam perbisnisan membuat banyak perusahaan lain iri. Ruby kembali mengalihkan pandangannya ke kaca.

"Salah satu pemegang saham yang ada di Stafford Corporation meninggal," kata Erlyn yang sukses membuat kepala Ruby menoleh cepat, lagi. "Dan ya, setiap ada kejadian seperti ini Polisi selalu datang ke mari untuk menyelidiki kasus. Aku tidak tahu benar untuk apa mereka harus ke sini, tapi yang aku tahu, Elzar bekas pelayan di sini ternyata adalah salah satu pemegang saham itu."

Ruby tetap mendengarkan dengan mata yang masih memicing menajamkan pandangan, menatap dari balik kaca para Polisi dan agen yang keluar dari restoran. Entah mengapa dirinya sangat penasaran. Lalu apa hubungannya dengan Safir? Karena Ruby yakin yang mereka temui adalah Safir.

"Kau mau tahu siapa saja pemegang saham yang sudah mati terbunuh? Yang pembunuhnya sampai saat ini belum diketemukan oleh para Agen dan polisi?"

"Siapa saja?" tanya Ruby mulai tertarik.

"Ada lima pemegang saham utama dan ketiganya sudah mati. Yang pertama Nicholas, Tom, lalu Sam. Sisanya adalah Elzar dan Axel Xavier," jelas Erlyn sedikit berbisik. Wanita itu menggeleng dramatis sambil berdecak kecil.

Ruby merasa sesak tiba-tiba. Kenapa nama-nama itu muncul di daftar orang-orang pemegang saham? Bukankah mereka adalah orang yang Ruby bunuh satu per satu?

"Axel Xavier?" tanya Ruby yang merasa familiar dengan nama itu.

"Ya, dia adalah pemegang saham terbesar. Kau bisa sebut dia owner di Stafford. Aku yakin niat pembunuh itu adalah menghabisi semua orang-orang berpengaruh di perusahaan itu agar bisa bangkrut dengan mudah. Tapi Tuan Axel pernah bilang bahwa dia yang akan menghabisi pembunuh itu dengan tangannya sendiri sebelum pembunuh itu menemukannya. Aku bahkan belum pernah melihat wajah Tuan Axel, sepertinya ia sangat tampan," ucap Erlyn sembari mendengkus dan tersenyum bodoh.

Ruby hanya diam menikmati semua perkataan yang Erlyn lontarkan. Yang bisa ia yakini saat ini adalah berarti tak lama lagi dirinya akan membunuh orang bernama Elzar,

Dan Axel!

===

Safir menyodorkan sebuah menu ke arah pelanggannya dengan menggunakan setelan koki. Di luar sana awan terlihat sudah menggelap, Intan juga sudah pulang. Setelah pelanggan itu memesan makanan, Safir buru-buru mencatatnya dan berbalik ke arah dapur. Tidak seharusnya orang sesibuk Safir masih sudi menjadi seorang pelayan, mengingat betapa padatnya jadwal yang ia miliki. Tapi kebanyakan Safir selalu mengedepankan restorannya ketimbang masalah yang lain. Karena di sini hidupnya, di mana semua bisnis ini ia mulai dari bawah tanpa bantuan siapa-siapa. Ia letakkan catatan itu di samping koki membiarkan menu makanan yang dipesan oleh pelanggan dikerjakan oleh kokinya. Ia merasa lelah hari ini, sore tadi Polisi dan beberapa Detektif datang dan mempertanyakan segala asumsi-asumsi bodoh pada Safir. Pria itu hanya menanggapi dengan gelengan. Bukan membela pembunuh itu, tapi Safir tidak suka jika pembunuh itu dihukum penjara. Yang ia mau tangannya sendiri yang menghukum pembunuh itu. Ia mau melihat si pembunuh mati meradang tepat di depan matanya.

Safir duduk di ujung dapur dekat gudang. Perutnya terasa lapar karena hanya baru diisi pasta buatan Intan tadi pagi. Ia adalah tipe Pria malas bahkan dalam hal makan sekali pun, jika perutnya terasa lapar dan dirinya malas makan, terpaksa ia harus memilih menahannya.

Berbagai bebauan merasuk ke dalam indra penciuman Safir membuat perutnya semakin perih karena menahan lapar, tapi ia enggan sekali bangkit dan bergegas memuaskan napsu. Ia tetap diam di tempatnya dengan menghela napas pelan. Tiba-tiba saja Ruby dengan senyuman miringnya datang menghampiri dengan sepiring nasi goreng di tangan. Safir sempat tergoda, tapi ia pura-pura tidak memedulikan kedatangan Wanita itu dan memilih tetap diam.

Ruby duduk di samping Safir. Wanita itu menyodorkan piring yang ia bawa tepat di depan Safir membuat pria itu melirik sekilas.

"Aku sempat mendengar perutmu berbunyi," ledek Ruby sambil menahan tawa. "Ayolah, makan dulu nanti perutmu sakit."

Safir menggeleng pelan. "Tidak usah repot. Kau kerja saja sana."

"Alasanku kerja di sini bukan untuk sekedar menjadi koki. Aku ingin dekat denganmu, kau tahu, 'kan?" tanya Ruby kalem. Tangannya mengaduk nasi goreng bawaannya dengan sendok, lalu memasukkan sedikit ke dalam mulut. Ruby mengunyah pelan mencoba mengecap penuh rasa dengan mata terpejam seolah menggoda Safir. "Ini benar-benar surga dunia. Rasanya aku ingin mengambil mikrofon dan mengumumkan bahwa ini enak."

Safir mendelik dan mendengkus geli. Pria itu hanya menatap nasi goreng yang Ruby bawakan tanpa mau mencoleknya sedikit pun. Lagi-lagi perutnya perih karena lapar membuat alisnya beradu, tapi ia masih nyaman dengan posisinya tidak mau bergerak sedikit pun.

"Mau aku suapi?"

Ruby bertanya dan sontak membuat Safir menoleh dengan alis terangkat satu. Suapi? Intan ingin menyuapinya saja ia menolak, apalagi yang menyuapi adalah si Ruby, Wanita gila!

===







Sampe sini mana adegan yg kurang jelas? Adegan yg paling lo gak suka? Atau adegan paling lo inget? Tanyakan saja, biar nanti dijelasin😏😌

With Your BodyWhere stories live. Discover now