34 || Pudar

3.4K 186 6
                                    

===

Butiran putih itu melayang-layang di udara. Membentuk satu kekuatan yang dapat membekukan semua benda yang terkunci di dalamnya. Hanya asap yang kelewat dingin, yang membuat ruangan itu menjadi penuh dengan salju. Putih, tanpa noda. Seperti lembaran baru manusia yang belum melakukan kesalahan apa pun.

Ruby menggigil. Tidak tahu kenapa ia mengharapkan Safir datang dan menyelamatkannya, pemikiran bodoh sekali! Memangnya Ruby siapa? Kenapa juga dia menghubungi Safir dan meminta tolong pada Pria itu. Itu pun jika Safir berbaik hati ingin repot-repot untuk menolong Ruby, jika sebaliknya?

Ruby menghela napasnya kasar lewat mulut membuat asap dingin terlihat. Kulitnya memutih karena kedinginan. Bodoh sekali kau malah meminta bantuan pada Safir, Ruby?

Ruby pikir Safir pasti sedang menemani Intan di Rumah Sakit. Apalagi hari ini adalah jadwal operasi Intan.

Bicara soal Intan. Ruby mengkhawatirkannya, meski sebelumnya Wanita itu selalu membuat Ruby marah dan terluka. Bagaimana pun juga Intan saudaranya, ia tidak bisa membenci Intan hanya karena kesalahpahaman kecil. Safir harus datang ke sini dan menyelamatkan Ruby dari pabrik bekas ini, jika tidak bagaimana Ruby bisa mendonorkan jantungnya untuk Intan?

Ruby membasahi bibirnya yang kering dan dingin. Ia menangis dalam diam, menyembunyikan segala perasaan yang tengah melanda hatinya. Tersenyum miris berusaha menyamarkan luka yang telah membuat lubang di hatinya menjadi semakin dalam, menjadikan itu sesak setiap Ruby mengambil napas.

"Cinta itu tidak pantas dimiliki oleh orang sepertiku. Orang yang selalu merasa kurang saat Tuhan sebenarnya sudah memberikan apa yang aku perlu," lirih Ruby pelan. Ia menggigit bibir bawahnya tak mau mengeluarkan air mata lagi. "Tuhan tolong ... jangan membuat aku membayar segala kesalahanku. Karena itu tidak akan pernah cukup dan aku tidak bisa menderita seperti ini. Tidak bisa."

===

PRAANG!!

Linggis yang ada di tangan Safir mendadak jatuh. Bukan tanpa alasan. Safir melirik ke belakang, ia mendengar suara embusan napas seseorang dari belakang yang sepertinya sedang menodongkan senjata ke arahnya. Menghitung dalam hati, sebelum akhirnya Safir berbalik cepat dan menangkis tangan orang itu cepat sampai pistol yang ada di tangannya terlempar. Tak ingin menyia-nyiakan waktu, Safir menendang perut orang itu sehingga terdorong ke belakang.

Orang itu sempat mengambil linggis yang jatuh dan hendak memukul kepala Safir, tapi Safir cekatan memutar tangannya dan mengarahkan ke kepala lawannya sehingga linggis itu memukul kepala orang itu sampai tak sadarkan diri.

Pria itu mengembuskan napas kasar dan mengambil pistol yang sempat terlempar. Ia menggunakan senjata itu untuk membuka pintu penyimpanan buah sampai rusak dan terbuka.

Hawa dingin menyambut tiap pori kulit Safir. Bertepatan dengan terbukannya pintu, ia melihat seorang Wanita yang menunduk seketika mengangkat kepalanya. Senyumnya terbit membuat Safir tak tahan untuk tersenyum juga.

"Safir?" Ruby berdiri memastikan orang yang benar-benar membuka pintu itu adalah Safir. "Kau datang?"

Safir tertawa kecil sembari merentangkan tangannya dan melepas pistol yang ada di genggaman. "Kemarilah dan peluk aku jika kau masih ragu bahwa aku Safir, datang hanya untukmu!"

"Kau pasti bukan Safir! Aku pasti bermimpi!" Ruby menepuk-nepuk pelan pipinya. "Safir tidak mungkin memintaku untuk memeluknya."

Safir memutar bola matanya malas. "Kau pikir aku siapa? Hantu? Atau para penjahat yang tengah menyamar sebagai Safir karena Safir adalah orang paling tampan di dunia?"

Ruby tertawa pelan dan cepat-cepat menubruk Safir ke dalam pelukannya. Ia mendekap Safir erat, sesekali mengirup bau tubuh Safir kuat-kuat dan seperti biasa menyimpannya ke dalam memori. Ia merindukan Safir. Merindukan perdebatan mereka. Merindukan saat Ruby tidak memiliki perasaan apa pun terhadap Safir. Merindukan gayanya, ketusnya, perkataannya. Merindukan segalanya, dan itu hanya tentang Safir. "Maaf."

Safir balas memeluk Ruby erat. Rasanya nyaman sampai Safir pikir ia tidak akan mau melepaskannya. Tidak sama saat ia bersama Intan. "Kau tahu ... aku selalu memaafkanmu bahkan saat kau tidak meminta maaf. Kau ini ceroboh! Selalu saja membuat kesalahan. Yang tak habis aku pikir kenapa Polisi sulit sekali mencarimu--

Ruby memotong perkataan Safir cepat. "Maaf karena aku selalu membutuhkanmu."

Perkataan itu masuk ke dalam indra pendengaran Safir yang entah mengapa membuat Pria itu membeku tanpa kata. Ia mengelus rambut Ruby pelan. "Tidak apa. Asal jangan keseringan karena kau sama sekali tidak membayarku."

"Kau ini!" Ruby melepas pelukannya kasar dan mencubit pipi Safir gemas. "Aku serius!"

"Aw Ruby!" Safir melepas tangan Ruby dari pipinya. "Sakit!"

"Itu balasan karena kau selalu menyebalkan!"

Safir tersenyum kecil. Ia berbalik mengambil linggis di depan pintu. Tangannya meraih tangan Ruby yang terantai dan melepasnya dengan linggis itu dengan pelan, takut menyakiti Ruby. "Baiklah kita pergi sebelum Polisi ke sini." Bola matanya bergulir menatap Chandra yang masih tak sadarkan diri. "Akan kuhabisi dia nanti."

"Kenapa tidak sekarang saja?"

"Aku ke sini untukmu Ruby. Dan sejujurnya aku sudah pernah melihat orang itu, mudah saja bagiku untuk melakukan pembunuhan tapi aku masih memiliki hati untuk--

Perkataan Safir terputus karena telapak tangan Ruby yang menutup mulut Safir. Ruby menatap Safir tajam dengan jarak yang terlalu dekat, tidak sadar detakan jantung Safir yang semakin memburu.

"Kau hatiku. Kau membuatku sadar bahwa yang aku lakukan selama ini salah. Jadi aku tahu apa alasanmu tanpa perlu kau menjelaskan semuanya," jelas Ruby pelan. Ia tersenyum manis, senyuman yang dapat melelehkan hati semua Pria yang melihatnya. "Karnamu aku memiliki hati, Safir. Dan hati itu adalah kau, yang telah mengajarkan aku bagaimana cara mencintai dengan cara yang berbeda."

"Apa kau mencintaiku?" tanya Safir pelan.

"Pertanyaan bodoh! Aku mencintaimu."

Safir tersenyum lagi sembari mengangguk kecil. "Aku tahu."

Ruby menatap tepat ke dalam bola mata Safir. "Kau tidak mencintaiku, ya?"

"Dengar! Tidak semua pertanyaan selalu ada jawabannya. Dan aku benci menjawab pertanyaanmu!"

===

Yeay aku nulis romance:'v

With Your BodyWhere stories live. Discover now