07 || Kejutan

6K 236 3
                                    

===

"CEROBOH," kata Safir sembari melirik Ruby yang duduk di kursinya. Matanya melirik sinis. "Aku rugi pasta, bumbunya, juga piring karenamu, padahal baru sehari bekerja di sini dan kau sudah membuat masalah."

Ruby hanya diam saja sembari memerhatikan Safir yang tengah berlutut untuk mengobati luka di kakinya. Ia mengangguk-anggukkan kepala seolah paham. "Kau ini Bos macam apa?"

"Yang jelas aku ini lebih bertanggung jawab dibandingkan kau! Ceroboh!" Ruby yang mendengar jawaban Safir hanya memutar bola mata jengah. Entah sudah berapa kali pria di depannya mengumpatkan kata ceroboh untuk dirinya.

"Tapi kenapa kau lebih peduli dengan pasta dan piringnya dibanding aku, koki kesayanganmu yang sedang terluka?" tanya Ruby dramatis.

Menghela napas kasar. Safir menatap wanita di hadapannya dengan tajam untuk yang kesekian kalinya. "Jika tidak peduli. Mana mungkin aku mau membawamu ke sini dan mengobati lukamu! Lagipula apa yang kau pikirkan sehingga bisa seceroboh itu, sih?" Safir bangkit sembari tangannya membawa kotak obat. Pria itu kini menatap Ruby bertanya, kedua bibirnya sedikit mengerucut sebal karena Ruby sempat merepotkannya.

"Kau masih marah? Terus saja ungkit masalah ini sampai Rihanna memakai hijab! Kau ini ciri-ciri orang pelit yang pernah aku temui," kata Ruby tak percaya. "Jika kau peduli padaku kau juga tidak akan mendumal seperti tadi. Itu tandanya kau tidak tulus."

Safir mengeratkan pegangannya pada kotak obat. Ia jadi bingung terhadap dirinya sendiri. Mengapa saat di depan Ruby, ia jadi begitu sentimentil. Biasanya Elzar-lah satu-satunya orang di muka bumi yang dapat membuatnya seperti itu. "Berisik!"

"Justru kau yang brisik! Karena kau satu-satunya yang cerewet di sini," sahut Ruby.

"Aku? Satu-satunya? Lalu kau?"

"Aku tersulut emosi. Jika didekatmu rasanya aku ingin menggigit meja ini sampai habis!"

BRAK!

Ruby menggebrak meja dengan tangan kanannya. Napasnya tersengal karena marah.

Sedang Safir malah memerhatikan Ruby dengan wajah terkejutnya. "Jangan merusak fasilitas restoranku lagi, Ruby!"

Ruby tidak memedulikannya. Ia terus menatap Safir yang meletakkan kotak obat dengan sinis. Bibirnya tidak berhenti berdesis sampai tiba-tiba Safir menoleh, menatap Ruby.

"Dan satu lagi. Lain kali aku tidak izinkan kau mengenakan pakaian seksimu itu!" seru pria itu dengan alis terangkat satu, matanya memandang ke arah kaki Ruby.

"Tidak mau." Ruby menggeleng keras kepala.

"Tapi rokmu sangat pendek. Kau sudah gila ingin bekerja dengan pakaian seperti itu?"

Ruby diam, enggan menjawab. Wanita itu malah dengan sengajanya mengangkat kaki kanan dan meletakkannya di atas kaki kiri. Sehingga paha mulus wanita itu jelas terekspos meski masih menggunakan atasan seragam koki.

Safir yang melihat itu hanya menggeleng pelan dan mendengkus pasrah. Wanita keras kepala dan sok cantik yang pernah ia temui memang hanya Ruby. Dan ia juga paham, berdebat dengan wanita itu tidak akan ada hentinya. Jadi pria itu lebih memilih diam.

"Aku akan ganti baju," kata Safir pelan sembari menepuk-nepuk kemeja yang terkena sambal pasta akibat kejadian tadi. "Kau ingin pergi atau tidak?"

Ruby berdecih kesal. Ia tidak bergerak sedikit pun meski tahu apa yang dikatakan Safir merupakan suatu pengusiran halus. "Dia ini pria macam apa? Jelas kakiku terluka, dan dia ingin mengusir--

Safir yang mendengar gumaman kecil Ruby lantas memotong. "Baiklah kau tetap di sini!"

Safir lantas berbalik memunggungi Ruby bersamaan dengan senyum kecil yang tercetak diam-diam di bibir manis wanita itu. Tanpa memedulikan Ruby lagi, Safir membuka kemejanya sehingga jelas memperlihatkan otot tubuh yang terlihat kokoh.

Ruby terdiam, ia hampir tercekat karena tidak dapat bernapas. Ia bahkan sudah tidak menyadari bahwa bagian bibir bawahnya sedikit menurun. Matanya masih terpaku pada punggung kokoh yang rasanya memanggil hati terkecil Ruby untuk memeluknya. Lengannya memiliki lekuk otot yang sempurna, tapi wanita itu merasa sedikit kesal saat tidak bisa melihat bagian depan tubuh Safir. Pasti akan terlihat lebih menggoda. Sedikit berdecak, tiba-tiba saja indra penglihatan Ruby menangkap sesuatu di bagian bahu bagian belakang pria itu yang berwarna sedikit keunguan.

"Tuan Safir, di belakangmu," kata Ruby sedikit datar.

Safir menoleh sedikit, melirik heran pada Ruby yang lagi-lagi tidak bisa diam. "Apa?"

"Kau." Ruby terdiam sebentar. "Habis melakukan apa semalam?"

"Melakukan apa?" tanya Safir. Di tangannya ada beberapa setel kemeja baru yang hendak ia kenakan.

"Oh my gosh! Damn you Mister Safir, that's kissmark! Ternyata kau samanya dengan--

Safir menyela perkataan Ruby. "Berhenti menyamakan aku dengan pria lain!" Ia mencoba melihat bagian punggungnya. "Di bagian mana? Aku tidak mungkin melakukan itu."

"Kemarilah!" Dan senyuman itu terbit di wajah Ruby yang terlihat licik saat melihat Safir berbalik. Ia dengan jelas dapat melihat bagian depan tubuh Safir yang terlihat sangat menggoda ."Itu seperti lebam. Biar aku lihat."

Ruby mencoba membuat tubuh Safir yang mendekatinya sedikit menunduk, sehingga membuat posisi mereka seperti kedua orang yang sedang berpelukan. Apalagi saat tangan Ruby merangkul leher Safir untuk melihat lebam di punggungnya.

"Kau tidak sedang mengerjaiku, bukan?" kata Safir setengah ragu.

Sedikit, kata Ruby dalam hati. "No way."

"Lalu? Apa menurutmu itu?"

"Ini bukan kissmark. Tapi seperti gangguan makhluk halus. Biasanya jika mereka mencoba bersentuhan dengan manusia, maka akan memicu lebam pada kulit manusia itu," jelas Ruby terdengar serius.

"Kau jangan bercanda!" Safir kesal. Karena keadaannya yang menunduk membuatnya sedikit pegal. Kedua tangannya memegang kusri yang diduduki Ruby untuk menyangga tubuh.

BRAK!

"KEJUTAN!"

Safir dan Ruby menoleh cepat karena terkejut dengan pintu yang tiba-tiba terbuka bersamaan suara orang berteriak. Apalagi dalam keadaan yang jika dilihat orang lain, mereka bisa saja berpikir macam-macam.

Dua wanita ikut terdiam diambang pintu saat melihat posisi Safir dengan wanita yang tidak mereka kenal bedekatan seperti sedang berciuman. Apalagi saat melihat rok Ruby yang sedikit tersingkap juga Safir yang tidak mengenakan pakaian.

Wanita yang lebih tua itu memegang dadanya dramatis. Lalu ia menoleh pada wanita muda di sampingnya yang masih diam membeku di tempat.

===





Ini cerita bikin jyjy g si?

Gak jadi diprivat karena gue tau rasanya pengen baca tp malah privat. Jadi yg udah follow unfol lg aja juga gpp.

With Your BodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang