18 || Sakit Hati?

3.6K 168 13
                                    

===

"Aku tahu kau bukan teman Ruby," desis Sera dengan mata yang memicing curiga.

Bruna yang mendengar itu lagi-lagi tersenyum semakin lebar dan terlihat semakin sinis. Ia berbalik sembari mengeluarkan pistol yang telah digenggamnya sejak tadi, ditodongkan senjata itu tepat ke depan Sera dan---

DAARRR!!!

Sera terjatuh. Ia begitu terkejut dan sontak memegang dada bagian kirinya yang tertembak. Napasnya memburu cepat dan semakin tersengal.

Mata Bruna menyalang tajam menatap kemenangannya sendiri. Ia menyimpan benda itu di saku dan berjalan perlahan mendekati Sera.

Ada yang aneh!

Tapi Bruna tidak menyadari hal itu, ia tertawa kecil dan menatap Sera dengan tatapan kasihan. "Ini baru permulaan, sayang. Besok aku akan kembali datang untuk memberikan ancaman lain pada pembunuh itu."

===

Ada beberapa pilihan dalam hidup. Dan terkadang saat manusia merasa sudah lelah dan tidak menemukan jalan keluar. Ia menganggap itu pilihan terakhir.

Seperti banyak orang di luar sana yang menghidupi dirinya dengan uang haram dan menjadikan diri mereka sebagai jalang. Dengan menyerahkan tubuh mereka menjadi budak seks orang-orang yang bejat di luar sana, dan yang mereka tahu itu satu-satunya jalan, dan yang mereka tahu itu adalah pilihan terakhir.

Tidak ada pilihan. Hanya menjadi jalang! Karena itu adalah pilihan mudah dan cepat.

Tidak! Manusia mempunyai banyak pilihan. Hanya saja jika hati dan pikiran mereka tertutup oleh kabut nestapa, semuanya mendadak buntu.

Seperti hidup Ruby.

Dulu sempat Ruby mencari pekerjaan tanpa membawa apa pun. Jangankan identitas, ia pernah sekolah atau tidak pun Ruby sama sekali tidak ingat. Dan saat bertemu dengan Chandra seketika hidupnya berubah secara perlahan. Pria itu menawarkan pekerjaan yang tak pernah Ruby sangka. Benda-benda untuk membunuh itu bahkan terlihat tidak asing digenggaman tangannya, Ruby merasa hidup untuk itu, seolah memorinya akan kembali saat Ruby mengenakan semua benda ilegal tersebut. Maka ia memutuskan bekerja sama dengan Chandra hanya karena ia ingin mengingat semua masa lalunya. Tapi tidak sama sekali, tak ada satu pun ingatan yang berhasil Ruby pulihkan dengan bekerja menjadi bawahan Chandra. Bahkan sekarang dirinya sudah terjatuh semakin dalam ke jurang itu.

Berulang kali Ruby mengiris seledri tipis-tipis sembari memejamkan mata. Berusaha mengingat semuanya yang telah ia lupakan. Kenapa tidak ada satu pun memori yang ia ingat atau bahkan hanya sekilas teringat. Kepalanya dulu sering sakit jika Ruby memaksakan untuk mengingat semua masa lalunya yang mungkin pernah terjadi, makanya Wanita itu memutuskan untuk melupakan dan tidak ingin mengingatnya lagi. Tapi sekarang rasa sakit itu tidak pernah ia rasakan. Seolah semua ingatan itu benar-benar sudah hilang, bersih, meninggalkan sang pemiliknya sendirian.

"Ruby!"

Ruby menghela napasnya dan mendelik ke arah Pak Danu. Koki tua itu menyingkirkan tubuh Ruby dan mengambil alih pekerjaan yang sedang Ruby kerjakan.

"Tolong kau layani pelanggan di meja nomor tiga. Biar ini aku yang urus," ucap Pak Danu.

Ruby mengerutkan dahi heran. "Kenapa harus aku? Heyy! Aku ini seorang koki. Suruh saja pelayan yang melayani dia!" Sifat ketus Ruby memang sudah diketahui banyak koki membuat Pak Danu hanya bisa tersenyum kecil.

"Yang dia mau kau, Ruby. Dia bilang dia mengenalmu. Hampirilah sebelum orang itu tidak mau pergi tanpa memesan apa pun."

Ruby hanya bisa menghela napas pasrah. "Ya, ya, terserah kau saja!" Wanita itu menghentakkan kakinya keluar dari dapur restoran dan mencari meja nomor 03 yang dimaksud Pak Danu. Dari kejauhan terlihat seorang pria duduk membelakanginya. Dengan malas Ruby menghampiri meja itu dan memberikan senyuman palsunya.

With Your BodyWhere stories live. Discover now