01 || Dia Tidak Tertarik?

26.1K 388 19
                                    

===

SUARA gesekan spatula yang berpadu dengan wajan menghasilkan bunyi nyaring di salah satu dapur restoran ternama. Bau masakan yang berbeda-beda menyebar ke penjuru ruangan luas nan mewah itu.

Seorang pria bermata tajam dengan warna biru gelap berpakaian koki terus saja memandang ke arah depan, tidak peduli dirinya yang tengah mengiris paprika. Kaca tembus pandang yang mengarah ke jajaran para pelanggan--tapi pelanggan belum tentu bisa melihat ke dalamnya--membuat lelaki itu leluasa memandang sahabatnya sendiri yang tengah melayani pelanggan sembari mengeluarkan jurus-jurus buaya yang yang ia miliki.

Pria bertubuh tinggi itu, Safir. Menatap pelayan yang masih sibuk berbicara dengan pelanggan cantik yang mengenakan baju kekurangan bahan. Sesekali mereka tertawa membuat Safir menghentakkan pisaunya dengan keras.

Tak lama pelayan yang sedari tadi ditatap Safir memasuki dapur dengan senyuman mengembang. Wajahnya tampan, tidak sepadan dengan pekerjaannya. "Safir, perempuan di meja nomor 17 memesan carbonara."

"Hanya carbonara? Keterlaluan." Safir mendesis seperti orang kepedasan. Ia melirik tajam ke arah Elzar. "Kau ini mau jadi pelayan atau gigolo, hah?"

Elzar hanya mengendikkan bahu tidak tahu. "Kau ini kejam sekali menyuruhku menjadi gigolo. Memangnya aku semurah itu?"

"Aku tidak menyuruhmu, aku hanya bertanya," sahut Safir.

Elzar mengembuskan napas dan menatap Safir dengan senyum manisnya. "Lebih baik kau buat saja carbonara pesanannya! Nanti aku yang akan mengantarkan ke meja."

Safir menggeleng kuat. "Tidak! Aku yang akan mengantarkan carbonara sialan itu."

Elzar melototkan mata tidak terima atas perkataan Safir. "Tidak bisa. Aku yang akan mengantarnya, dia sudah berjanji akan memberi nomor ponselnya untukku."

Safir yang sedang berbicara dengan koki yang lebih tua darinya sontak menoleh menatap Elzar tajam. "Kau makan saja nomor ponsel jalang itu! Pikiranmu sudah sangat menjijikkan, lain kali ikut aku ke dukun. Kita akan membersihkanmu dari aura negatif."

"Memang apa yang salah denganku? Aku hanya meminta nomor ponselnya saja. Lagipula kau tahu aku sudah melajang selama lima tahun, kau bayangkan saja betapa menderitanya aku?" Elzar menatap Safir memohon, berusaha membujuk lelaki itu untuk membiarkannya menjalankan aksi.

"Kau. Bodoh! Tentu saja aku tahu bagaimana rasanya."

Elzar tersadar lantas tergelak sebentar. Selama apa pun Elzar melanjang, tentu saja masih lebih lama Safir dibanding dirinya. Pria tampan yang selalu melampiaskan emosinya pada masakan itu tidak pernah tergoda oleh tubuh seksi wanita. Malah wanita yang tergoda dengan tubuh Safir, yang bagi Elzar biasa saja.

"Jadi biarkan aku yang mengantarnya, ya?" tanya Elzar lagi, mengganggu Safir yang sedang mengatur bumbu dengan koki lain.

Safir mendelik dan mengacungkan pisau bekas mengiris paprika ke arah Elzar. Membuat sahabatnya itu sedikit mundur ketakutan. "Bisa diam tidak? Atau aku akan mencincang mulutmu menjadi beberapa bagian."

Elzar buru-buru menutup mulutnya yang mencebik kesal. Menatap Safir tak habis pikir. Bilang saja dia iri, katanya dalam hati.

With Your BodyWhere stories live. Discover now