36 || Aku Mencintaimu

8.1K 222 65
                                    

===

Wanita itu menghentikan langkahnya saat ia merasa sudah berlari semakin jauh. Ia menatap sekitar dan mendapati dirinya berada di komplek perumahan kosong yang sepi. Tepatnya tak berpenghuni! Ia memutuskan untuk berjalan sembari menikmati sepi dan embusan angin saat itu.

Ruby sebenarnya tidak marah pada Safir, ia hanya kecewa dan itu hal yang wajar. Bukan berarti wanita itu ingin meninggalkan Safir, ia hanya butuh ruang sendiri. Ruang di mana Ruby dapat berpikir dengan jernih tentang kehidupannya. Tadinya ia tidak pernah mau mengaku sebagai 'Ruby' anak dari Elsa itu, tapi tanpa sepengetahuannya Safir tiba-tiba saja mengatakan hal itu pada Elsa, membuat Elsa mengeluarkan kata-kata sialan yang lebih tajam dari belati. Membuat Ruby mendengar makian menyakitkan itu.

Tidak tahu mengapa dadanya sangat sesak dan terasa sakit. Ia menangis, seperti biasa dengan wajah tanpa ekspresi. Apa dosanya terlalu besar sampai harus mendapatkan semua ini?

"Ruby!" teriak Safir yang kelelahan mengejar Ruby. Wanita itu menoleh, ia mengerutkan keningnya tidak suka. Kenapa Safir tidak bisa membiarkannya sendiri?

"Tetap di situ!" seru Safir menunjuk Ruby dan mulai berjalan perlahan dengan napas yang masih terengah.

Ruby hanya diam menuruti perkataan Safir. Mungkin di saat hatinya kalut, bersama Safir adalah opsi yang baik. Sampai akhirnya mata coklat terang Ruby menangkap bayangan seseorang berjas hitam tengah menodongkan pistol ke arah Safir. Untuk pertama kalinya, selain memori itu, Ruby merasa ketakutan. Tubuhnya bahkan membeku.

Ruby melihat Elzar. Pria yang tengah menodongkan senjata api itu pada Safir adalah sahabatnya sendiri!

Ruby berlari. Ia berusaha menggapai Safir secepat yang ia bisa. Kau tahu? Ruby mungkin tidak mencintai Safir, lebih tepatnya sangat mencintai Pria itu. Tidak peduli pria itu mencintainya atau membenci Ruby, wanita itu akan tetap keras kepala.

Keras kepala untuk melindungi hatinya. Untuk berada di sisi Safir. Untuk melihat senyum Safir. Untuk menatap binar biru Safir. Untuk Safir, semuanya ia lakukan untuk Safir. Tidak! Ruby tidak berkorban untuk Safir. Ia hanya memperjuangkan apa yang dia cinta dan apa yang menurutnya membuat bahagia. Dan jika ia merasa berkorban, ia ingin meminta imbalan. Tapi Ruby sadar, ia wanita jenis seperti apa untuk dicintai orang seperti Safir. Untuk dunia tahu, Ruby mencintai Safir tanpa pamrih.

DOORR!!

Ruby menubruk Safir dan memeluknya erat bersamaan dengan suara yang yang sama sekali tidak Safir sukai. Suara ledakan pistol itu memekak telinga Safir sampai rasanya ia merasakan jantungnya berhenti berkerja.

Safir balas memeluk Ruby dan tangannya tak sengaja menyentuh sesuatu yang hangat dan basah. Safir menatap Ruby, lantas menatap tangannya yang tiba-tiba berlumuran darah, ia terkejut. Ruby terluka! Safir kembali mengadahkan kepalanya untuk mencari orang yang tiba-tiba meluncurkan besi panas itu, dan yang pertama kali ia lihat dengan mata tajamnya itu adalah Elzar, tersenyum miring. Elzar masih berusaha menarik pelatuknya dan ingin meluncurkan peluru ke arah tubuh Safir.

Mungkin Safir terlalu bodoh untuk memedulikan seorang sahabat yang telah mengkhianatinya. Pria itu lebih memilih menatap Ruby khawatir, ia ingin menangis saat melihat Ruby yang masih memeluknya erat, tanpa mau melepas pelukannya bahkan saat wanita itu terluka. Kenyataannya Ruby tertembak, dan itu untuk melindungi Safir. Jadi biarkan saja, Safir tak memedulikan hal lain atau jika Elzar ingin menembaknya kali ini. Biarkan saja, Safir lebih memilih untuk memastikan apakah Ruby baik-baik saja atau tidak.

With Your BodyWhere stories live. Discover now