11 || Keberadaannya

4.6K 225 8
                                    

===

"MAU aku suapi?"

Ruby bertanya dan sontak membuat Safir menoleh dengan alis terangkat satu. Suapi? Intan ingin menyuapinya saja ia menolak, apalagi yang menyuapi adalah si Ruby, Wanita gila! Sebagai ganti jawaban atas pertanyaan Ruby, Safir hanya mendengkus jengkel tanpa berkata apa pun.

"Apa? Kenapa?" tanya Ruby dengan wajah sedikit sewot. "Kenapa kau menatapku seperti itu?"

Satu suapan kembali masuk ke dalam mulut Ruby tanpa memedulikan Safir yang kini mulai melirik nasi goreng yang ia bawakan. Pria itu menelan salivanya kesal. Sebenarnya wanita itu serius ingin menawarkanku makanan, atau hanya meledek saja?

"Aku lihat tadi sore kau kedatangan tamu. Ada keperluan apa?" tanya Ruby sambil mengunyah makanannya.

"Bukan urusanmu."

Sembari menelan makanan, tangan Ruby menggenggam lengan Safir dan menghadap pada pria itu. "Kau, sudah tertarik denganku atau belum?"

Safir menjauhkan wajah beberapa senti saat menoleh ke arah Ruby. Pria itu meringis takut saat melihat wajah Ruby yang melotot menyeramkan. "Dari awal kau datang, kau sudah aneh! Aku sudah bilang. Dari atas sampai bawah tidak ada bagian dari tubuhmu yang menarik. Semuanya ... tepos!"

Ruby bahkan hampir tersedak saat mendengar perkataan yang Safir lontarkan. Ia mencubit bahu Safir kuat-kuat membuat pria itu meringis kesakitan. "Aku benar-benar akan menelanjangimu, hei, Tuan sombong!"

Safir tertawa kecil menanggapi ekspresi Ruby yang mencak-mencak dengan wajah mengerut kesal.

Tapi Ruby malah menaikkan kakinya tinggi-tinggi memperlihatkan kaki jenjang juga paha mulusnya di hadapan Safir sembari tersenyum tanpa dosa. Ia membelai kakinya dari betis ke paha. "Sekarang bagaimana?"

"Kau gila! Turunkan kakimu, Ruby!" seru Safir cepat dan menurunkan kaki Ruby, tapi tangannya yang tak sengaja menyentuh paha mulus Ruby itu ditahan dengan cepat oleh tangan Ruby, mencoba menggoda pria itu adalah harapan yang selalu Ruby nantikan. Safir menarik tangannya cepat dan menatap Ruby tajam. "Sekali lagi kau berbuat seperti itu aku benar-benar akan mengirimkan bom molotov ke rumahmu, Ruby!"

Ruby terkekeh geli. "Aku hanya bercanda."

Safir rasanya ingin memukul kepala wanita itu supaya tidak melakukan hal bodoh lagi. Jujur saja kepalanya hampir meledak mengurus Ruby yang tak bosan membuat masalah. "Masakan siapa itu?" tanya Safir mengalihkan pembicaraan. Ia menunjuk nasi goreng yang sedari tadi tak kunjung ia cicipi. Cukup untuk menahan laparnya kali ini. Karena Ruby yang sengaja memakan nasi goreng itu di depan Safir sembari berbicara membuat makanan itu menyembur mengenai wajahnya.

"Kau mau?" Ruby bertanya sembari menyendokkan nasi dan mulai membawa sendok itu mendekati mulut Safir.

Pria itu hampir membuka mulutnya, tapi Ruby malah meletakkan sendok itu lagi ke piring dan menarik pergelangan tangan Safir.

"Eh? Mau ke mana?"

Ruby berhenti dan tersenyum miring menatap Safir. "Keromantisan kita ini harus diperlihatkan ke semua orang. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas seperti ini."

Ekspresi Safir berubah kecut dan pias. Wanita ini benar-benar gila! Pikir Safir yang mulai menyesali perbuatannya yang menerima tawaran Ruby. Ia menggaruk kepala frustrasi bersamaan dengan tangan wanita itu yang mulai menariknya lagi.

Ruby menarik tangan Safir ke meja-meja pelanggan dan menyuruhnya duduk. Sementara wanita itu ikut duduk di hadapan Safir dan mulai menyendokkan nasi. "Buka mulutmu! Aaaa!"

Safir dengan senang hati mencondongkan tubuh dan membuka mulutnya lebar karena sudah sangat merasa lapar, dan akhirnya sesuap nasi goreng melayang masuk ke dalam mulutnya, tapi bukannya merasa lebih baik. Perutnya meronta ingin menghabiskan makanan yang sudah ia telan. Berulangkali pria itu membuka mulut dan berulangkali pula Ruby menyuapinya. Sampai habis tanpa sisa.

"Ternyata kau ini benar-benar lapar, ya. Akan aku ambilkan minum," kata Ruby terkekeh kecil dan kembali ke dapur untuk mengambil minuman.

Setelah lama menunggu akhirnya Ruby datang dengan segelas air putih. Ia sodorkan itu ke depan Safir yang langsung ditenggak habis oleh Pria itu.

Ruby tertawa mengejek. "Benar-benar orang munafik. Jika masih lapar makan saja gelasnya!"

Tidak. Safir tidak membalas kali ini. Atau memelototi wanita itu dengan tatapan tajam. Ia tersenyum kecil membuat Ruby terenyuh menatap damainya wajah Safir kala itu. Ruby meletakkan gelas ke meja belakang dan mulai menggenggam kedua tangan Safir. Menariknya perlahan agar Safir mendekat. Lalu wanita itu menjatuhkan kepalanya ke atas tangan yang masih menggenggam Safir.

Safir yang terbawa suasana hanya tersenyum kecil dan ikut menjatuhkan kepalanya seperti yang Ruby lakukan. Membuat wajah mereka berhadapan satu sama lain.

Sementara Safir yang memejamkan mata karena lelah. Ruby malah asik tersenyum dan menatap Safir lekat-lekat. Setiap irama detak jantung yang terdengar lewat indra pendengarnya tidak ia lewatkan satu detik pun sama sekali. Hangat deru napas Safir yang menyapa wajahnya, dan senyuman yang tercetak indah di wajah Safir membuat semua semakin sempurna. Walau hanya senyuman kecil, tapi sama sekali tidak membuat ketampanan Safir berkurang. Ruby nyaman dalam situasi seperti ini, entah sejak kapan ia merasa bahagia bersama Safir. Tapi saat wajah mereka sedekat ini rasanya Ruby tidak ingin beranjak pergi, jika ia bisa akan dihentikannya waktu agar selamanya Ruby bisa terjebak bersama Safir, sedekat ini, selamanya. Bahkan sekarang jantungnya mulai berdebar lebih cepat.

Tangan lentik Ruby menyentuh Safir dan menelusuri setiap lengkuk yang ada di permukaan wajah pria itu. Sampai jemarinya menyentuh bibir Safir, ia hendak mendongak untuk menciumnya, tapi diurungkan niat itu. Tidak! Dia tidak boleh tergoda dengan Safir! Seharusnya sebaliknya, bukan?

Safir membuka mata dan yang ia lihat pertama kali adalah mata Ruby yang melotot terkejut. "Ada apa? Sudah puas mengagumi wajahku? Jika sudah aku akan pergi."

Pria itu menegakkan kepalanya dan mencium pipi Ruby sebelum meninggalkan wanita itu. Sempat ia lihat wajah Ruby yang menegang, membuat bibirnya tersenyum miring. Sembari mengepalkan tangan dan meninju udara, ia menggumamkan kata yes. Kali ini bukan hanya Ruby yang bisa menggoda Safir, tapi dirinya juga bisa menggoda Wanita itu. Jadi kali ini seimbang.

Setelah Safir pergi, Ruby tiba-tiba tersenyum dengan pipi yang bersemu. Ia menenggelamkan wajahnya pada meja dan menggigit pinggiran meja gemas. Kakinya bergerak ke sana-ke mari juga tangan yang mulai mengusap-usap pipinya kasar. "Kenapa dia seksi sekali!!"

===

Segini dulu. Mesti lanjutin atau gak usah aj😢? cerita gue tu terlantar di mana mana soalnya jadi bingung sendiri.

Mungkin part selanjutnya agak panjangan. Mungkin, kalo gak males aja.

With Your BodyWhere stories live. Discover now