Chapter 6: Jalanin Aja Dulu

2.7K 502 96
                                    

Kalau orang-orang akan senang jika berada di sebuah pesta, namun tidak bagi seorang Altana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalau orang-orang akan senang jika berada di sebuah pesta, namun tidak bagi seorang Altana. Perempuan itu benci berada di sebuah pesta, apalagi saat melihat orang yang disukainya bersama orang lain. Rasanya menyakitkan.

Ngomong-ngomong, mereka berdua--Altana dan Alvan, duduk di atas rerumputan kering sembari melihat para undangan yang masuk ke dalam area pesta. Piring yang tadinya penuh akan nasi beserta lauk pauknya, habis dilalap seorang Altana. Sedangkan Alvan, lelaki itu tak henti-hentinya tersenyum saat melihat Altana yang asyik memakan ayam gorengnya bersama kucing kampung berwarna putih abu.

"Meow, mau lagi?" tanya Altana dengan polos.

Alvan kembali tersenyum dengan menunjukkan gigi kelincinya. Ia tidak mengerti melihat kelakuan Altana. Tadi perempuan itu sempat marah padanya, lalu menangis di pelukan Alvan, dan sekarang bertingkah layaknya anak SD berumur tujuh tahun.

Banyak para undangan yang menatap mereka dengan aneh layaknya gembel kesasar di sebuah pesta megah. Namun, mereka berdua seakan-akan tidak peduli dengan hal itu sebab Altana terlalu fokus pada makanan dan kucing kampungnya sementara Alvan sibuk menatap tingkah lucu Altana sedari tadi.

Jika besok terpampang sebuah gosip di mading tentang hubungan Alvan dan Altana. Lelaki itu hanya akan menganggapnya sebagai angin lalu karena Alvan tidak peduli sama sekali.

"Angin malam nggak baik buat kesehatan, Ta. Ke dalem yuk?" ajak Alvan menepuk-nepukkan bokongnya agar rerumputan yang menempel pada celananya terjatuh.

Altana mendengus dan menggeleng. Ia sibuk membagi sisa makanannya pada kucing kampung itu. "Nggak mau, gue males ngeliat muka Zach sama Kara."

"Woy Dedemit!" sahut seseorang yang membuat Alvan dan Altana menengok ke asal suara itu.

Mereka melihat Jaka yang berpenampilan formal dengan jas hitam beserta sebuah kemeja putih di dalamnya. Wajah lelaki berkepala kecil itu tampak mengernyit saat melihat Altana yang sibuk memberi makan kucing. "Kalian berdua ngapain di sini? Kenapa nggak masuk?"

"Nungguin cewek gila ngasih makan buat anaknya."

Altana berdiri dan menendang kaki lelaki itu. "Lo yang gila!"

Alvan terkekeh. "See? Gila 'kan?"

Dari samping, Alvan bisa merasakan kalau Altana memutar bola mata seraya melipat tangannya. "Tara! Cepet kesini!" teriak seorang perempuan yang umurnya jauh lebih tua dari Jaka.

Jaka hanya bisa menghela napas. "Ya udah, gengs. Gue duluan, kakak gue udah manggil. Dadah!"

Setelah kepergian Jaka, Alvan menarik tangan Altana untuk kembali masuk ke dalam area pesta. Perempuan itu sempat memberontak tapi cengkraman dari Alvan membuat Altana hanya bisa pasrah. Telapak tangan Altana lengket akan minyak karena ia tidak makan menggunakan sendok.

Mereka berdua masuk ke dalam kamar mandi perempuan hingga membuat Altana melotot. "Alvan! Lo gila?! Mau ngapain anjir!"

"Apaan sih, gue menghormati seorang wanita kali, nggak usah mikir yang aneh-aneh." Alvan berkata seraya memutar keran air pada wastafel. Tangan Altana masih dipegang oleh lelaki itu. 

ILLEGIRLWhere stories live. Discover now