Chapter 16: Perasaan Gila

1.9K 348 36
                                    

Matanya menatap kosong lelaki yang saat ini berada di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matanya menatap kosong lelaki yang saat ini berada di hadapannya.

Tangannya berkeringat dingin dan jantungnya berdetak secara tidak normal. Alvan yang kebingungan akan sikap Altana langsung menyentil dahi perempuan itu dengan kencang, membuat Altana mengaduh dan meringis sembari mengusap dahinya. Ia geram dan membalas perbuatan lelaki itu.

"Ini sakit, Alvan!"

Alvan yang mengusap pipi bekas tamparan Altana lantas meringis. "Abisan lo aneh, diem mulu. Udah kayak ditembak cowok aja."

Mata Altana membulat. Ditembak cowok? Bukankah tadi Alvan memang menembaknya--ah tidak, maksudnya menyatakan cinta padanya?

"E-emang tadi lo ngapain?" tanya Altana mengangkat dagu.

"Nggak ngapa-ngapain. Gue cuma nanya kenapa lo ungkit-ungkit masalah Riley yang nggak ada sangkut pautnya dengan lo. Apakah lo cemburu? Habis itu, lo bengong sambil natap gue."

Apakah pertanyaan yang dilontarkan Alvan hanya itu? Bukankah barusan Alvan menyatakan cinta padanya? Ah, apa jangan-jangan Altana yang berhalusinasi saking berharapnya ia agar menjadi pacar sungguhan Alvan?

Altana mengerjap-ngerjapkan mata dan memegang dadanya reflek. Degup jantungnya berdetak cepat, ia merasakan yang namanya sesak. Ia tidak tahu mengapa efek halusinasinya bisa berdampak seperti ini.

"Alta lo nggak apa-apa?" tanya Alvan yang meraih tangan Altana lalu menggenggamnya dengan lembut.

Napas Altana tersendat.

Tak lama, punggung tangan lelaki itu menyentuh dahinya. Merasakan kalau saat ini tubuh Altana panas dan tentunya Alvan tidak mengetahuinya kalau ini adalah akibatnya.

Segera Altana menyingkirkan tangan Alvan dari dahinya. Ia berdeham untuk memperbaiki suasana agar tidak canggung. "Udah, elah. Gue nggak apa-apa."

Alibi. Hanya itu yang Altana lakukan. Ia masih kesal dengan dirinya sendiri karena menghayal yang tentunya terlalu berlebihan. Mana mau Alvan berpacaran dengannya, lelaki itu saja masih menyukai mantannya.

"Wah, Safa!" sahut Alvan antusias saat melihat adiknya yang menaiki panggung.

Anak itu berdiri di depan mikrofon dan memejamkan mata sembari mengikuti intro alunan piano. Hingga suaranya mengalun indah diikuti dengan melodi piano. Membuat Altana terpaku seketika. Anak itu menyanyikan lagu Ayah dari Rinto Harahap. Safa menyanyikannya dengan penuh penghayatan sambil menatap kakaknya.

Altana menengok ke arah lelaki itu. Alvan tampak termenung, menatap kosong adiknya yang sedang bernyanyi. Namun tak berselang lama, senyum kecil tampak di wajahnya. Lelaki itu menggumamkan lagu dan sedikit menggerakkan kepalanya, membuat Altana kembali memaku.

Ah sial, Alvan terlalu memesona baginya.

Tangan lelaki itu beralih menuju kantong celananya dan mengeluarkan ponsel, merekam penampilan Safa di atas panggung. Altana mengalihkan pandangannya, melihat Safa. "Suara Safa keren juga, kenapa nggak ikut kontes nyanyi aja?"

ILLEGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang