Chapter 32 : Keputusan

256 50 79
                                    

Pria berkepala plontos yang menjabat sebagai kepala sekolah, Pak Usman, memasuki ruang bimbingan konseling. Beliau duduk diantara guru kesiswaan dan wali kelas masing-masing anak yang tersandung masalah. 

Zach yang duduk di tengah sesekali melirik Alvan dan Melvin. Wajah kedua orang itu penuh dengan luka lebam karena adu jotos yang mereka lakukan kemarin. Alvan didampingi oleh ibunya, sementara Melvin dengan orang kepercayaan keluarganya.

Sepengetahuan Zach, kedua orang tua Melvin memang sering ke luar negeri untuk mengurusi bisnis butik mereka. Maka tak heran, jika orang kepercayaan sahabatnya itu sering datang ke sekolah sebagai wali dari Melvin.

Zach merasa bersyukur karena orang tuanya tidak ikut dipanggil. Oleh karena itu, ia merasa bahwa posisi dirinya akan aman-aman saja, apalagi sebelumnya ia ditenangkan oleh Pak Dani bahwa ia hanyalah saksi dari pertengkaran Melvin dan Alvan. 

"Selamat pagi semua. Alvan, Melvin, Zach? Kalian sudah berbaikkan?" tanya Pak Usman berbasa-basi.

"Nggak," ucap mereka serempak terhadap pertanyaan yang dilontarkan kepala sekolah.

Della memukul tangan anaknya, membuat Alvan mendecak dan menjauhinya.

"Ya sudah tidak apa-apa. Saya akan mulai saja kalau begitu. Jadi, seperti yang kita ketahui, bahwa kemarin terjadi pertengkaran antara Melvin dan Alvan, yang mana hal ini mengundang perhatian satu penjuru sekolah. Bisa kamu jelaskan, mengapa kamu melakukan itu, Melvin?" tanya Pak Usman.

Melvin menunduk saat namanya dipanggil. Zach menyenggol kakinya agar sahabatnya itu membuka suara. "Membongkar skandal yang ditutup-tutupi sekolah sekaligus memberikan pelajaran kepada orang yang melecehkan pacar saya, Salva," jelas Melvin dengan tatapan tajam.

"Justru gue yang dilecehkan!" seru Alvan tiba-tiba dengan memukul meja, membuat Zach yang berada di tengah-tengah mereka terkejut, "gue dan almarhum bokap serta orangtua Salva sepakat menyuruh sekolah untuk menutupi skandal karena ini aib! Mereka melakukan ini juga demi kebaikan gue dan Salva!"

"Tenang, Alvan," ujar Della menahan lengan anaknya.

"Nggak bisa, Ma! Aku udah capek difitnah terus," ucap Alvan dengan mata berkaca-kaca, ia kembali menatap Melvin dan menunjuknya, "semenjak kejadian gue dilecehkan dengan pacar lo yang sakau itu, hidup gue jadi berantakan! Enam bulan kejadian itu berlalu dan gue diam! Gue merasa jijik dan hina pada diri gue sendiri! Lo nggak pernah ngerasain itu 'kan?!"

Napas Alvan naik turun setelah ia menjelaskan apa yang ia pendam selama ini.

"Stop," ucap Zach tiba-tiba kepada Alvan. Lelaki itu melihat sahabatnya yang menegang hingga tak lama terjatuh dari kursinya. Zach mencoba untuk menyadarkannya dengan menepuk kedua pipi Melvin. "Lo nggak apa-apa, Ned?"

Mata Melvin berkaca-kaca setelah mendengar penjelasan dari Alvan. Masa lalunya yang kelam kembali terputar dalam memorinya. Zach dan orang kepercayaan keluarga Melvin, yakni Pak Salman, mencoba untuk menyadarkan lelaki itu.

Melvin mulai menangis. Raut wajahnya menunjukkan ketakutan terbesarnya saat ia melihat seorang wanita yang berpakaian seperti babysitter dengan bibir merona berdiri di hadapannya. Wanita itu tersenyum miring dan mendekatinya. Salah satu tangannya yang dingin mendarat di pipinya, membuat Melvin memejamkan mata karena ketakutan.

"Kamu tahu kan, apa yang harus kamu lakukan selanjutnya, Melvin?"

Suara dari seorang wanita yang diakhiri dengan tawa melengking menggema di telinganya. Melvin bergerak mundur, membuat Zach dan Pak Salman menahannya.

"Juned sadar! Itu semua nggak nyata!" teriak Zach lagi dengan mengguncang tubuh Melvin.

Tiba-tiba, Mata Melvin terbelalak diikuti dengan napas yang tidak beraturan. Raut wajahnya yang ketakutan tampak jelas. Lelaki itu menggenggam tangan Zach erat. Sementara Alvan dan para guru hanya diam mematung, tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi saat ini.

ILLEGIRLWhere stories live. Discover now