Chapter 18: Ternyata Nggak Halu

1.7K 338 88
                                    

Penghargaan lelaki paling bodoh jatuh kepada Alvan Dimitri. Lelaki yang kini sedang berada di rumah Jaka tampak lesu seakan-akan malas untuk hidup saat ia sedang bertengkar dengan Altana.

"Lo sih bego. Bukannya dikejar."

"Gimana mau ngejar Alta, kalo adzan magrib udah manggil gue buat salat?!" sentak Alvan dengan bibir yang dimajukan. Tingkahnya saat ini sudah seperti anak kecil yang permintaannya tidak dituruti ibunya.

"Sesekali bolong salat nggak apa-apa kali. Religius amat lo jadi cowok."

"Anj-heh! Gue religius gini demi masa depan! Gue harus jadi imam yang baik buat Alta dan menuntunnya ke jalan yang benar! Gue juga mau masuk surga! Kalo lo mau ke neraka nggak usah ajak-ajak gue, bangsat. Lo aja sana!" Alvan berucap dengan berapi-api.

"Santai dong, Oblag!"

"Berisik lo, Setan!"

Jaka menghela napas dan membiarkan Alvan untuk mendinginkan kepalanya. Alvan memang seperti itu. Jika sedang diliputi rasa amarah, ia akan berkata kasar tanpa disadarinya. Putus dengan Riley pun seperti ini. Tapi, kali ini lebih parah, untuk pertama kalinya, Alvan menyentak sahabatnya.

Untungnya, Alvan tidak seperti anak-anak lainnya yang ketika marah atau sedang galau malah pergi ke club untuk meminum minuman alkohol dan melupakan ingatannya untuk sesaat.

"Coba chat dia," suruh Jaka.

"Nggak dibales, gue telepon juga nggak diangkat. Kenapa cewek baper-an banget sih? Padahal gue cuma bercanda elah."

Alvan meraih gelas yang berembun karena es di dalamnya. Ia langsung menyeruputnya dan matanya masih menatap ruang obrolan antara dirinya dan Altana. Tiba-tiba saja ia terbelalak saat pesannya dibaca. "WEH DIBACA JAK! DIBACA!"

Jaka duduk di sebelah Alvan dan mengintip layar ponsel temannya. "DIA TYPING JAK! TYPING!" sahutnya lagi bersemangat.

Jaka memukul kepala Alvan karena menciptakan keributan di malam hari.

Alvan berharap penuh agar dirinya dimaafkan. Kontak Altana mengatakan kalau perempuan itu masih mengetik. Ah, mungkin saja Altana membalas pesannya banyak, oleh karena itu ia mengetik dengan sangat lama. Dua menit berlalu, wajah bersemangat Alvan digantikan dengan wajah pias.

Sahabatnya beranjak dan mengisyaratkan bahwa hubungan Alvan dan Altana akan berakhir dengan menunjukkan gaya memotong leher dengan tangannya sendiri.

Dentingan notifikasi berbunyi. Alvan dengan cepat membukanya.

Alvan :
Maafin gue, Ta. Ayo ketemu. Gue jelasin semuanya.

Alta :
G.

Alvan melempar ponselnya dan kembali menggerutu. Tiga menit Altana mengetik dan balasannya hanya satu huruf? Ini tidak bisa dibiarkan. Ia kembali mengambil ponsel miliknya dengan kasar.

Mengenakan hoodie hitamnya, Alvan hendak pergi saat sebuah deringan ponsel mengalihkan perhatiannya. Jaka tidak ada di ruang tamu dan ponselnya tertinggal. Penasaran, Alvan mengambil ponsel itu dan tertera nama 'badgalriley'.

Ini nomor Riley.

Mengapa mantan pacarnya menelepon Jaka?

Ada apa sebenarnya?

Jaka tiba-tiba datang dan melihat ponselnya yang berada di tangan Alvan. Refleks, lelaki itu merebut ponsel miliknya. Alvan hanya bisa memberikan tatapan tajam lalu mengambil kunci motor di meja bupet. Tanpa bertanya lebih lanjut, lelaki itu pergi dengan tergesa-gesa.

ILLEGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang