Chapter 28: Menjenguk Altana

347 53 29
                                    

Unknown number:
Victory is in my veins. Selamat menjadi pasangan viral yang dibicarakan seantero sekolah, Alvan. Gue akui permainan lo cukup apik karena bisa membuat satu sekolah percaya sama lo. Walaupun begitu, cepat atau lambat permainan lo akan berakhir. Sifat asli lo akan terbongkar, begitu pula dengan hubungan palsu lo dengan Altana. Once again, congratulations.

Alvan:
Bacot lo dari kemaren.
Failed to send message ⚠

Alvan menatap layar ponselnya yang retak. Lagi-lagi pesan itu menganggunya dan membuat suasana hatinya memburuk di pagi hari. Matanya memandang kursi kosong yang berada di depan meja guru. Altana hari ini tidak masuk karena tidak enak badan. Ah, pasti waktu akan berlangsung begitu lama tanpanya. Kapan bel pulang sekolah berbunyi? Alvan ingin sekali menjenguk Altana ke rumahnya.

Semalam Altana sempat meneleponnya. Ia membicarakan pesan yang Alvan kirimkan sebelumnya. Dari suaranya di balik telepon, tampaknya Altana hanya bisa pasrah jika artikel itu sudah diunggah dan mengundang perhatian banyak orang hingga membuat traffic blog tersebut naik.

Lelaki itu sempat meyakininya kembali, apakah Altana tidak apa-apa dengan hal itu? Namun, Altana yang memang memiliki sifat malaikat menjawab bahwa ia tidak apa-apa, selagi hasil dari iklan traffic blog dipergunakan untuk hal yang baik.

Mungkin alasan Altana tidak masuk hari ini selain tidak enak badan adalah menghindari perhatian dari banyak siswa. Entahlah, Alvan sendiri tidak yakin apakah Altana benar-benar tidak apa-apa saat artikelnya diunggah?

Ah, jangan suudzon! Batin Alvan berkata, membuat ia mengetuk kepalanya sekali.

Alvan melihat jam pada ponselnya yang menunjukkan angka 06.30. Setiap hari Alvan memang selalu berangkat pagi. Sehabis salat subuh biasanya ia tidak tidur lagi dan langsung mandi, sarapan, lalu tiba di sekolah sebelum jam setengah tujuh. Jika Alvan datang terlalu pagi, biasanya ia akan memanfaatkan waktunya untuk tidur atau bermain game online dari ponselnya, tak terkecuali dengan PR yang belum ia kerjakan, tentu saja ia mengerjakannya pada jam tersebut dan melihat hasil PR dari teman sekelas. Mohon jangan ditiru kelakuan Alvan yang terakhir. Semua itu ia lakukan karena faktor kepepet dan tidak ingin menerima hukuman dari guru.

Lelaki itu beranjak dari kursinya karena ingin ke kantin. Hari ini ia melewatkan sarapan, karena mamanya masih tertidur saat ia berangkat. Biasanya setiap pagi, di salah satu kedai kantin milik Mang Ocan menyediakan gorengan yang baru saja diangkat dari penggorengan. Ditambah nasi uduk yang masih hangat-hangatnya. Nasi uduk dan gorengan Mang Ocan adalah paduan sarapan murah meriah dan enak bagi para siswa. Apalagi jika dimakan saat perut kosong.

Ya Tuhan, membayangkannya saja sudah membuat Alvan lapar.

Saat keluar dari kelas, ia melihat Melvin yang membawa papan jalan dan juga pulpen di tangannya. Lelaki jangkung itu berdiri di depan pintu kelas dan memberhentikan langkah Alvan. "Alta belum dateng?" tanya Melvin padanya.

"Nggak masuk. Ada apa?" tanya Alvan yang menatapnya tidak suka.

"Mau minta tanda tangan. Muka lo biasa aja dong, gitu amat," keluh Melvin dengan mendecak.

"Udah biasa," jawab Alvan datar.

"Oke deh gue cabut-"

"Melvin!" panggil seseorang dengan berlari, membuat pandangan mereka teralihkan, "ini kunci ruang siaran ketinggalan!"

Alvan melengos saat merasa itu bukan urusannya, lalu pergi meninggalkan mereka tanpa sepatah kata.

• • • • •

ILLEGIRLWhere stories live. Discover now