Chapter 30: Perseteruan Berujung Bencana

280 55 42
                                    

Warning:
Cursed words, violence!
Be a wise reader please.
thank you and happy reading!

━━━━━━━━━ 

Bangun pagi dengan keadaan segar menjadi dambaan semua orang, begitupun dengan Altana. Perempuan yang akan berumur 18 tahun di bulan ini akhirnya bisa tertidur dengan nyenyak setelah diliputi rasa cemas tiap malam, memikirkan hubungan kedua orangtuanya yang dikiranya akan retak.

Altana menaiki ojek online yang mengantarkannya menuju tempat ia menimba ilmu. Sudah dua hari ia tidak masuk sekolah. Altana yakin, berita tentangnya dan Alvan mengenai peristiwa menolong pacar saat cedera saat ini sudah redup. Itu menjadi salah satu alasan mengapa Altana libur dua hari, walaupun sebenarnya kemarin ia sudah baik-baik saja.

Turun dari motor, Altana memberikan uang pas pada sang pengendara ojek online lalu mengucapkan terima kasih. Matanya tak sengaja melihat Zach tengah berada di parkiran sekolah dan tampak mengobrol sebentar dengan Kara. Setelah kepergian Kara, Altana menghampiri Zach dan menyenggol bahunya. 

"Zach! Thank you! Gue bener-bener berterima kasih sama lo!" 

"Lo seneng banget. Romannya dapet kabar baik nih?" tanya Zach membenarkan tas gendong di punggungnya. 

Altana mengangguk antusias. "Nyokap gue sama ayahnya Alvan cuma temenan doang!"

Zach mengacak rambut Altana karena gemas. "Kan! Kata gue juga apa! Lo nggak akan bisa seneng kayak sekarang kalo nggak nanya."

Mereka berjalan melewati koridor dengan beriringan. Altana menengok sekilas ke arah mading dan melihat artikel mengenai dirinya tertempel di sana. Ia merutuk dalam hati.

"Berita tentang lo sama Alvan udah basi, tenang aja."

Altana kembali melangkah dan mengalihkan pembicaraan. "Oh ya, tadi gue lihat lo sama Kara. Balikan lagi?"

Seketika raut wajah Zach menjadi lesu. Ia mengajak Altana untuk duduk di depan kelas cewek itu sebentar sebelum bel masuk berbunyi. Matanya menatap kosong ke arah tong sampah kemudian membuka suara. "Kara mau balikin semua barang yang pernah gue kasih ke dia. Gue nggak yakin kita bisa balikan kayak dulu."

Perempuan di sebelahnya turut menghela napas. "Kalau udah nggak ada harapan, ya lepas aja. Coba belajar untuk mengikhlaskan seseorang yang kita cintai walaupun rasanya berat."

"Sayang banget, Ta. Hubungan gue dan dia mau beranjak dua tahun."

"Iya gue ngerti, nggak usah galau. Gue yakin jalan lo masih panjang, cewek lain yang lebih baik dari Kara juga banyak. Dengan lo putus dari Kara, setidaknya lo bisa menikmati waktu kesendirian lo yang nggak pernah lo dapetin waktu pacaran. Anggap momen putus ini jadi hal yang positif untuk memperbaiki diri, Zach."

"Ya udah nggak apa-apa. Guenungguloputusajakalogitu," ucap Zach dengan kalimat terakhirnya yang dipercepat. Membuat Altana mengernyit karena tidak mengerti.

"Apa?"

Pertanyaan Altana teredam oleh suara nyaring bel masuk. Zach berdiri dan menepuk bahu Altana. "Gue ke kelas duluan, ya. Dadah."

Altana hendak bersuara untuk menanyakan kalimat Zach barusan, tapi lelaki itu sudah kabur duluan. Perempuan tinggi semampai itu masuk dan melihat Alvan yang tengah sibuk mencatat sesuatu, kemungkinan besar mengerjakan PR yang belum ia selesaikan di rumah.

"Eh lihat nomor 7 dong. Caranya gimana?" tanya Alvan mengambil buku Bisma.

"Bentar dulu napa, Van. Gue belom beres nulis!"

ILLEGIRLDonde viven las historias. Descúbrelo ahora