Chapter 12: Cowok Penakut

2.3K 423 29
                                    

Satu kata untuk mendeskripsikan seorang Alvan Dimitri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Satu kata untuk mendeskripsikan seorang Alvan Dimitri.

Pengecut.

Oh, tentu saja. Lelaki itu sama sekali tidak menaiki satu wahana pun yang Altana naiki bersama Zach dan Kara.

Altana menganggap dirinya sendiri sebagai obat nyamuk diantara mereka, sedangkan Alvan? Lelaki itu sibuk memfoto objek-objek tidak jelas dan sanggup membuatnya kesal.

Bukan apa-apa, tapi Altana tidak bisa diperlakukan seperti ini.

Ia merasa terabaikan.

Walaupun konteks mereka hanya pacar palsu, tapi tetap saja Alvan harus menjalani amanatnya sendiri. Bersikap seakan-akan ia adalah pacar Altana. Bukan menganggap dirinya sebagai angin lalu.

Bisa dibilang Altana cukup plin-plan. Disatu sisi ia tidak ingin terlalu dekat dengan lelaki itu, tapi di sisi lain Altana harus mendekatinya demi membuktikan bahwa ia benar-benar berhubungan dengan Alvan pada Zach dan Kara.

Kini mereka tengah berada di restoran terbuka makanan cepat saji. Restoran ini cukup dekat dengan wahana tornado. Wahana yang sempat Altana naiki bersama kedua sejoli yang tak dapat dipisahkan itu.

Berbicara soal wahana, Altana tidak takut sama sekali. Justru, ia ketagihan ingin mencoba semua wahana. Ya, walaupun antrian di setiap wahana yang ia naiki cukup panjang. Hal itu tak menyulutkan semangatnya.

Berbanding terbalik saat Altana menaiki motor dengan kecepatan di atas rata-rata. Nyalinya langsung ciut layaknya balon yang dikempiskan.

"Sesekali lo harus cobain wahana disini, Van. Lo kesini kalo tujuannya buat foto-foto doang di taman belakang sekolah juga bisa," ujar Zach dengan menggigit ayam gorengnya.

Kara mencubit tangan pacarnya. "Nggak boleh maksa. Itu hobi masing-masing orang." Wajah perempuan itu beralih ke arah mereka berdua dengan tatapan mata berbinar. "Kalian! Cerita dong, gimana kalian berdua bisa deket? Setau gue Alta gak pernah deket sama cowok-"

"Kecuali Zach," potong Alvan datar.

Altana mendengus dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sementara Zach hanya menunduk kemudian berdeham, enggan untuk menanggapi ucapan Alvan.

"Santai, gak usah tegang." Alvan tertawa, menunjukkan gigi kelincinya yang cukup rapi. "Gue deket sama Alta karena kita sekelas. Gue suka kepribadiannya yang kalem namun sewaktu-waktu bisa berubah seratus delapan puluh derajat, terus karena dia suka menyendiri dan kemana-mana pake earphone mulu, seakan-akan dia gak ada temen, akhirnya gue deketin, eh gak lama kemudian gue suka--bukan suka lagi, cinta lebih tepatnya."

Ini hanya tipuan belaka. Namun, mengapa Altana menjadi terbawa perasaan? Mengapa lelaki itu pandai menciptakan sebuah drama di kehidupannya?

"Alta? Atas dasar apa lo nerima Alvan?" tanya Kara penasaran.

ILLEGIRLWhere stories live. Discover now