[12] 𝐒𝐡𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐈

2.4K 267 28
                                    

Chanyeol adalah seseorang yang tidak mudah untuk mengungkapkan pertolongan. Hal masuk akal baginya ialah menyelesaikan semua persoalan seorang diri tanpa perlu campur tangan pihak lain yang berpotensi menggagalkan tujuan akhir dari semua rencananya.

Tetapi setelah sekian lama eksistensinya-di dunia entertainment ini-sejauh yang dirinya ingat. Perlu di catat bahwa inilah kali pertama yang membuat Chanyeol mengesampingkan keegoisannya, terpaksa meluweskan diri dan lidah untuk sekedar mengajukan keinginan demi menunjang segala kebutuhan dari eksistensinya sendiri dengan melibatkan seseorang.

"Bolehkah aku datang lagi lain kali?" Chanyeol memajukan tubuh satu langkah, menahan keinginannya untuk kembali merengkuh tubuh mungil kesukaannya.

Irene membeku sejenak, merutuki semua yang telah terjadi pada mereka malam ini. Kemungkinan dirinya untuk tertidur nyenyak sepertinya mustahil untuk terjadi. Chanyeol patut untuk disalahkan. Jantungnya seakan melompat-lompat liar dengan rasa menggelitik menggoda perutnya.

"Hmm, kurasa Sunbae tidak membutuhkan izin untuk itu." Tubuh mungil si gadis Bae berbalik. Tatapannya mencuri-curi ekspresi yang tergambar di raut wajah Chanyeol.

"Apa itu artinya aku diizinkan?"

"Bukan, bukan seperti itu." Sanggah Irene cepat."-maksudku, Sunbae bahkan bisa datang dan pergi sesuka hati tanpa memberitahuku terlebih dahulu."

Irene menggali ingatan, dua kali ketika Chanyeol mendatangi apartemennya, yang berarti terhitung kali ketiga dengan kedatangan pria ini di dorm Red Velvet sekarang.

Chanyeol terkadang melupakan jati diri yang bisa sesuka hati datang dan pergi begitu saja. Benar kata Irene, dia seperti hantu. Bedanya adalah Chanyeol bisa dengan mudah mengetahui Irene sedang mengikutinya sementara gadis manusia itu samasekali tidak bisa menyadari ketika Chanyeol sedang berada di dekatnya.

"Hmm. Aku mengerti." Chanyeol kembali melangkah memupus jarak, Irene gugup karena hal itu. Tanpa sadar kaki-kakinya beringsut mundur menghindari suara detak jantungnya yang semakin menggila. Chanyeol sepertinya menyukai mendekap tubuh mungil Irene dari sisi belakang. Itu terbukti dari pergerakan pria itu yang kini memutari si gadis Bae dan kembali melingkarkan lengan-lengan kekarnya.

"S-sunbae."

"Uhmm.Ahh." Chanyeol menghirup sebanyak-banyaknya aroma wangi dari ceruk sisi kiri leher Irene yang tak pernah berhenti menggodanya."Diamlah, biarkan seperti ini. Aku menginginkannya, sebelum aku pulang." Chanyeol mengeratkan rengkuhan.

"Sunbae memangnya ingin kemana?"

"Hm? Ke dorm tentu saja. Menurutmu?"

Irene menunduk malu merutuki pikirannya yang sudah buyar."Tidak, aku mengira-sudahlah lupakan."

"Kau pikir aku akan pergi jauh hmm?" Chanyeol masih menggesekkan kepalanya seperti bermanja-manja dengan Irene."Kau mengkhawatirkanku eoh?" Chanyeol menyeringai nakal di balik tubuh Irene.

"B-bukan. Hanya saja-eum ah sepertinya iya. Sedikit."

Chanyeol kini terkekeh renyah diiringi rengkuhannya yang melonggar, terlepas dan memutar pelan bahu mungil itu untuk saling berpandang.

"Jadi begini ya jika aku pergi konser ke luar negeri?" Jemari Chanyeol terarah mengelus dagu si gadis Bae yang menunduk malu-malu kemudian cemberut mencibir.

"Sunbae tidak pernah mengerti bagaimana rasanya kekosongan tanpa adanya idola."

Dahi lebar Chanyeol berkerut keras setelah mendengar penuturan Irene. Ya, dia memang tidak pernah mengerti dan samasekali tidak bisa mengerti sekalipun mengusahakan. Dia sendiri tidak pernah ada di posisi itu, mengira dan membayangkannya saja tidak pernah.

Kɪssɪɴɢ Bʟᴏᴏᴅ • 𝐶ℎ𝑎𝑛𝑅𝑒𝑛𝑒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang