[15] 𝐖𝐚𝐤𝐞 𝐔𝐩

1.7K 237 29
                                    

Jangan lupa vote + comment

Enjoy!-
-
-
🍷🍷🍷

Bayangan wajah damai Chanyeol menghantarkan kepulangan Irene.

Mengabaikan guyuran air di bawah kakinya, gadis Bae itu menyeka wajah dan rambut terurainya yang basah. Lagi-lagi bayangan pias Chanyeol merasuki pemikiran. Mereka berpisah seusai Park Chanyeol menepati janji untuk membelikan kopi dingin baru untuk adik-adik Irene. Dan tentu saja sirat kelegaan Chanyeol yang tengadah dengan menyingkap topi di jalanan sepi satu jam yang lalu itu cukup sulit untuk dilupakan. Perbandingan kontras sesaat kondisi bak orang mati kala di cafe Chanyeol menunjukkan keadaannya.

Chanyeol tidak menyukai sinar matahari....

Oleh karenanya Irene mengekor dan menurut saja ketika si Pria Park mengajaknya meninggalkan cafe begitu senja tiba. Lagipula ia mendapat keuntungan kopi dingin baru yang jauh lebih enak, entahlah, sepertinya Chanyeol sengaja memilihkan racikan kopi terbaru yang tersedia di cafe itu. Tetapi, sirat kelegaan dari raut milik Park Chanyeol itu adalah satu-satunya yang istimewa.

Sekelebat pertanyaan lagi-lagi mengisi otak kecil Bae Irene. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Chanyeol sunbae? Dia tampak seperti menahan derita namun pandai mengenakan topeng ketenangan.

Irene memejamkan mata erat, pancuran air menerpa wajah gadis itu semakin deras. Jemari mungilnya berusaha menghalau segala pemikiran buruk dengan mengganti mode hangat dari keran. Hari yang melelahkan ini belum berakhir. Pikirnya. Segera dibalutnya tubuh polos dengan piyama mandi, menggelung rambut dengan handuk kecil. Irene memilih setelan untuk latihan malam ini. Sweater oversized hitam dengan celana training berwarna senada.

Lagi-lagi mengingat perilaku Chanyeol terhadapnya membuat lengkungan senyum tak henti turun dari wajah polos gadis Bae.

"Jalanlah lebih dulu. Cepat!" Bariton pria Park memberinya titah diiringi kekehan geli tatkala Irene refleks mengikuti perintah yang terkesan menyeramkan itu. Seperti seorang Sunbae yang membully junior.

"Sudah Sunbae! Terimakasih untuk kopinya."

"Iya Irene. Cepat masuk gedung dan berlatihlah dengan benar." Chanyeol berjalan pelan di balik punggung Irene. Kembali terkekeh ringan. Tautan dalam menghias dahi si Bae saat menyadari kemana arah Chanyeol memandang. Memangnya dia ini terlihat seperti anak kecil ya? Irene mencebik tanpa sadar. Mendengus.

"Ck, kau jelek ketika merengut, Beautiful Stalker." Si pemilik tubuh tinggi malah mengejek dengan bibir tebal terangkat di sisi sudut dan kedua tangan terbenam pada saku celana. Berjalan pelan mengikuti langkah gadis yang jauh beberapa sentimeter di bawahnya. Perbedaan kontras.

"Sunbae!"

"Ternyata seperti ini jadi penguntit" Batin Irene tersentak mendengar gumaman pelan. Meskipun Chanyeol tidak berniat mengatakannya secara langsung, tetapi jarak mereka, belum lagi keadaan yang cukup sepi, membuatnya terdengar jelas.

"Sunbae...." Batin Irene dalam hati.

Lengkungan sabit di bibir Irene memudar mengingat gumam Chanyeol sebelum mereka berpisah memasuki gedung SM. Cap seorang stalker yang di berikan Chanyeol telah menciptakan ganjalan tak nyaman jauh di dalam hatinya.

Irene ingin melupakan hal itu. Dia mengkhianati dirinya sendiri bahwa memang benar ia adalah seorang penguntit. Tetapi kenapa rasanya sangat sulit untuk mengakui? Irene mendeklarasikan dirinya sebagai seorang penggemar berat seorang pria uhm vampir lebih tepatnya, bernama Park Chanyeol, main rapper EXO, memiliki dokter pribadi. Ah siapa nama dokter itu? Lee Jong- jong- in? ah bukan. Lee Jong-Hyun.

Kɪssɪɴɢ Bʟᴏᴏᴅ • 𝐶ℎ𝑎𝑛𝑅𝑒𝑛𝑒Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora