[22] 𝐎𝐩𝐞𝐧 𝐄𝐲𝐞𝐬

1.1K 182 31
                                    

-
-
-
-

"Chanyeol maafkan aku"

dr. Jonghyun meletakkan jarum suntiknya begitu saja dan beralih memeriksa tangan kanan dari si pemuda Park. Dia melupakan sesuatu untuk melepaskan benda bernama latex yang menyatu hampir menyaru menyerupai kulit aslinya. Siapapun akan meringis ngilu seraya menahan nafas saat tau dibalik latex sewarna kulit itu adalah bekas dari luka bakar yang belum memudar sedikitpun.

Irene membekap mulut menahan keterkejutan. Gadis Bae itu sengaja berbalik menghadap view perumahan dan gedung diluar. Sementara dr. Jonghyun membalut tangan lemah itu lagi. Keduanya bahkan melupakan tujuan awal dr. Lee menginjeksi cairan khusus melalui jarum suntiknya tak lain ialah untuk menunggu sadarnya Chanyeol.

"Kau akan tetap menunggunya disini?"

Irene mengangguk dan bergumam. Saat gadis itu menoleh, dokter tampan itu sudah selesai dengan pekerjaannya. Apa ini artinya Chanyeol akan terbangun? Katakan itu dr. Lee... Irene mengambil tempat disisi ranjang Chanyeol mendudukkan diri pada sebuah kursi dan betapa telatennya dokter pribadi Chanyeol itu. Saat menyeka tisu basah, wajah pucat Chanyeol terlihat lebih jelas lagi dengan guratan urat kebiruan yang bertahan disana.

Sebenarnya itu apa. ..

Irene dengan segala keingintahuannya hanya diam memperhatikan. Dia kemudian mengambil selembar tisu basah dan menyeka bagian wajah Chanyeol yang lain dengan sedikit gemetar. Dingin yang menusuk kulit itu selalu saja dirasakannya.

Dokter jonghyun selesai. Meninggalkan Irene, hanya dirinya menemani Chanyeol disini.

Digenggamnya tangan dingin, meneliti pada wajah yang masih pias. Chanyeol dengan wujud aslinya yang lebih mengerikan dibanding sekarang.

Irene menyesali ketidaktahuannya. Biar bagaimanapun ia hanya seorang manusia. Mana dia paham tentang hal-hal yang dirasakan oleh vampir. Keingintahuannya begitu menumpuk, merindukan buku harian, catatan tentang kesehariannya yang didominasi oleh cerita Chanyeol.

Ada sedikit perasaan dibuang ketika Dr. jonghyun mengabaikannya begitu saja. Begitu banyak pertanyaan yang seharusnya bisa ia jawab. Terkait Chanyeol.

Mengapa pemuda ini ... Irene mengangkat jemari memberanikan diri menyentuh sisi wajah Chanyeol, seolah terlukis guratan kebiruan yang mengingatkannya tentang konstruksi dari nadi.
Ada bayangan menggelap dibawah katupan mata. Bibir pucat yang sedikit mengelupas. Irene menatap lebih lama, mengernyit dalam ketika ia sadari bagian menonjol yang berjarak antara hidung dengan belah bibir, meskipun tidak terlalu kentara.

Itu adalah sepasang taring!

Irene bersyukur tak ada seorang member exo yang tau mengenai ini. Jika ia kembali mengingat sekaratnya Chanyeol ketika di rooftop kala itu, taringnya juga turut tak dapat disembunyikan.
Itu artinya kondisi Chanyeol tidak berubah.

Irene menarik tangannya dan menormalkan posisi ketika terdengar pintu yang terketuk. Ingat bahwa ruang rawat Chanyeol sebelumnya harus melewati pintu utama terlebih dahulu. Irene pikir dokter Lee akan kembali. Tetapi dugaannya salah ketika ketukan itu memintanya untuk bangkit dan yang ia dapati adalah seorang wanita dan pria dengan postur atletis. Menyodorkan sebuah paper bag, yang wanita dengan bahasa inggris mengatakan bahwa itu pesanan dari dr. Jonghyun. Irene mengangguk kemudian mengucapkan terimakasih.
Ada dua helai sweater disana. Irene berpikir memang ini sudah waktunya membersihkan diri. Menggunakan kamar mandi di kamar rawat ini juga tak apa. Dr. Jonghyun sudah memberinya keleluasaan.

Irene melangkah menuju bukaan jendela kemudian jemarinya menutup rapat tirai yang semula terbuka. Tanpa ada keinginan menikmati langit kota berselimut oranye.
Ditatapnya kembali Chanyeol yang terpejam. Hari sudah berganti malam. Dan bahkan pemuda vampir itu belum terbangun juga. Irene beralih dari tatapan sendu sebelum meninggalkan Chanyeol untuk membersihkan diri.
-
-
-
"Pergi! Jangan campuri urusanku dengan Jonghyun hyung!"

Kɪssɪɴɢ Bʟᴏᴏᴅ • 𝐶ℎ𝑎𝑛𝑅𝑒𝑛𝑒Where stories live. Discover now