Chapter.07

243K 15.3K 466
                                    

Selamat membaca...

Bosan. Alvaro merasa bosan saat ini karna adik kembarnya tidak masuk ke sekolah. Baru saja tidak bersama dalam beberapa jam, tapi Alvaro sudah merasa ada yang hilang darinya. Ia tidak semangat bermain bahkan belajar.

Alvaro menompang dagunya dengan kedua tangan yang. Ia menatap teman-teman se usianya yang sedang bermain bersama dengan ceriahnya, begitu fokus dengan teman-temannya hingga tidak menyadari kalau ada seorang pria yang menatapnya dari kejauhan dan pria itu sudah melangkah mendekatinya.

"Hey, Nak." Sapa pria asing itu. Pria yang tak lain adalah Azka merasa sedih saat melihat wajah ketakutan dari putranya.

"Jangan takut, Nak." Azka mengusap rambut milik Alvaro dengan lembut tidak lupa menampilkan senyum hangat di wajahnya.

"Kenapa tidak bergabung dengan yang lainnya?" tanya menatap ke arah anak-anak yang sedang bermain.

"Varo, malas Om." jawab Alvaro yang perlahan mulai nyaman dengan usapan Azka di kepalanya.

"Kenapa malas?" tanya Azka lagi. Ia duduk di sebelah Alvaro.

"Malas aja Om, Varo Malas nggak ada ada Vira," jelas Varo membuat Azka terdiam sesaat. Pria itu baru sadar kalau dari tadi ia tidak melihat keberadaan putrinya, Alvira.

"Memangnya, Viranya kemana?" tanya Azka lagi.

"Dedek Vira di rumah. Nggak masuk sekolah, " jawab Alvaro.

Azka lenyeritkan dahinya mendengar jawaban Alvaro. "Kenapa tidam masuk?"

"Sakit."

Azka hanya terdiam mendengar jawaban Alvaro. Perlahan rasa khawatir mulai muncul padanya, Sakit? Putrinya sakit. Apa dia sakit parah atau tidak?

"Om siap? Varo tidak pernah liat Om," Ucap Alvaro membuat Azka tersentak dari rasa khawatirnya.

"Om..." Alvaro menatap intens pada Azka, dahi anak kecil itu mengerut mencoba mengingat pria yang ada di sisinya.

"Om Penculik ya!?" Tuduhnya membuat Azka gelagapan pasalnya setelah menuduhnya sebagai pencuri Alvaro terlihat ingin berteriak.

Azka segera menutup mulut Alvaro membuat anak itu merontah, "Hahaha... bukan, Om. Bukan penculik," ucap Azka lalu melepaskan tangannya yang membekap mulut Alvaro.

"Oh." Singkat padat dan entah jelas atau tidak jawaban Alvaro. Yang pasti jawaban Alvaro membuat Azka terkekeh.

Selama ini Azka yang selalu menggunakan kata 'oh' tapi, Sekarang anaknya menggunakan kata itu untuknya.

Hening.

Tidak ada yang membuka suara. Azka sibuk dengan rasa ke khawatirannya sedangkan Alvaro sedang melihat beberapa teman sebayanya bermain.

"Om kemaari mau jemput anak om?" Azka mengangguk menjawab pertanyaan Alvaro.

"Anak om pasti senang bertemu Om." ucap Alvaro tiba tiba.

Azka tersenyum kaku saat mendengar ucapan Alvaro, "Mungkin..." Gumam Azka yang tak yakin jika anaknya senang atau tidak saat bertemu dengannya.

"Ya, dia pasti senang. Vira sama Varo nggak pernah ketemu ayah, terus nggak pernah di jemput dari sekolah."

Azka terdiam mendengar ucapan Alvaro.

"Memangya ayah kamu kemana?" tanya Azka berusaha menenangkan hatinya.

"Kata Bunda, Ayah Varo kerja jauh." jawab Alvaro membuat Azka diam-diam menghembuskan nafas lega

Setidaknya Nafiza tidak bilang, kalau ia sudah mati.

Dear Nafiza (Proses Revisi/terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang