Extra Part.

189K 8.3K 271
                                    

☆☆☆☆

Alvira terduduk sendiri di Bangku Taman yang ada di belakang rumahnya, gadis yang baru akan beranjak remaja ini duduk sendiri dengan tatapan kosong kedepan dengan rasa takut yang ia miliki. takut jika posisi menjadi anak kesayangan ayah akan terganti dengan posisi calon Adik bayi yang sedikit lagi akan hadir di antara mereka, bukan soal takut terganti 'kan tapi takut jika ia akan di abaik 'kan jika Adik-nya Lahir Nanti

"Vira" sebuah panggilan serta tepukan di bahu-nya membuat Alvira tersentak, ia menatap sang pemanggil tersebut yang ternyata Ayah-nya. Azka.

"Kenapa?" Tanya Azka lembut.

"Kenapa, Vira nggak mau punya Adik?" Lanjut Azka sambil membelai rambut putri-nya.

Vira menatap Ayah-nya dengan mata yang berkaca kaca ia segera memeluk Ayah-nya mencari kenyaman serta ketenangan dalam peluk 'kan Tersebut.

Bukan, bukan tak ingin punya Adik ia hanya takut, takut tidak bisa bermanja manja lagi.  tidak di perhatikan dan tidak di sayang lagi jika adik-nya lahir. dan yang paling ia takuti yaitu terabaikan oleh semua orang, terutama Ayah, Bunda, Abang serta Kakak-nya Nanti.

"Vira nggak mau punya Adik." ucap Alvira

"Kenapa?" Tanya Azka.

"Vira nggak mau Ayah, Bunda, Abang, sama Kakak Varo nggak sayang sama Vira lagi. kalo Adik bayi-nya lahir." Jawab Alvira dengan air mata yang sudah mengalir.

"Kenapa berfikir seperti itu?" Tanya Azka.

"Vira nggak mau jadi seperti teman Vira, punya Adik bayi terus nggak di sayang lagi, sama dan perhatian seperti dia."

"Jangan berfikir begitu, meski Vira sudah Bunda, Ayah dan Lain-nya akan tetap sayang sama Vira meski Adik Bayi-nya lahir" ucap Azka.

"Benar 'kah?" Tanya Vira, ia melepaskan peluk 'kan-nya pada Azka lalu menatap Azka mencari tahu kebenaran atas ucapan Ayah-nya itu dan ia menemukan hal tersebut.

"Iya" Jawab Azka sambil tersenyum, tangan Azka terulur mengusap Air mata Alvira, setelah itu ia mengecup dahi dan kedua mata putri kesayangan-nya.

Yah. Kesayangan karena sampai kapan-pun Alvira akan menjadi kesayang-nya dan kesayangan Keluarga Athala.

"Vira jangan berpikir seperti itu." Pinta Azka.

"Vira jangan meragukan kasih sayang Ayah sama Bunda, karna Ayah dan Bunda akan tetap menyayangi Vira begitupun, Abang Dan Kak Varo" ucap Azka

"Vira liat Abang?, Abang Punya dua Adik tapi Bunda Sama Ayah tetap sayang dan perhatian sama Abang 'kan?"

"Lihat juga ka Varo, meski Alvira selalu bersikap manja sama Bunda. Tapi Ka Varo tidak merasa di abaikan." Ucap Azka membuat Alvira mengangguk.

"Maaf" ucap Alvira.

"Vira buat Ayah sama Bunda sedih karna tak mau menerima calon Adik Vira" jelas Alvira.

"Tidak apapa sayang." ucap Azka.

"Ayah akan memaafkan Asal 'kan kasih Ayah sebuah senyum paling manis milik putri Ayah" pinta Azka dan membuat Alvira tersenyum manis, senyum yang sempat hilang beberapa Bulan ini.

"Sekarang temuin Bunda, kasihan Bunda sedih karna Vira udah nggak mau bermanja manja sama Bunda" ucap Azka.

Alvira mengangguk dan segera meninggal 'kan Azka sendiri di Bangku Taman.
.
.
.
"Bunda." suara Alvira membuat Nafiza yang sedang duduk di sofa sambil menatap kosong kearah TV tersentak, dan menatap putri-nya yang sedang berlari kearah-nya.

"Maaf" ucap Alvira sambil berlutut di depan bundannya dan memeluk perut buncit milik Bunda-nya.

Nafiza tersenyum haru ketika putri-nya. Alvira mau memeluk dan memanggil-nya setelah sekian lama marah karna kehamilan-nya.

Tangan Nafiza terulur memmbelai rambut Alvira, "maaf Vira buat Bunda sedih" ucap Alvira

Alvira melepaskan peluk 'kan-nya pada Nafiza lalu menaatap Nafiza, tangan Alvira terulur menghapus Air mata Nafiza yang jatuh.

"Adek-nya kakak Vira, Kakak Vira minta Maaf yah.." pinta Alvira sambil mencium perut Nafiza.

"Dede-nya udah maafin Kakak Vira" jawab Nafiza dengan suara khas anak anak.

"Asal 'kan kakak Vira memberi 'kan senyum manis-nya" lanjut Nafiza

Alvira menatap Bunda-nya dan memberi 'kan senyum termanis-nya.

"Cieeeeee" ucap Alvro dari arah tangga membuat Alvira dan Nafiza menatapnya

"Ada yang udah baik 'kan Nih." sambung Alvaro.

"Diam Kak.!" Marah Alvira.

"Nanti adik bayi yanng di perut bunda menangis dengar suara kak Varo."

"Mana ada bayi dalam perut nangis" gumam Alvaro

"Sudah selesai aksi ngambek-ya Vir?" Tanya Alvaro sambil mendekat kearah Adik serta Bunda-nya

Alvira menggembungkan kedua pipi-nya karna kesal dengan pertanyaan Alvaro. "Diam Varo.!!!" marah Alvira.

"Kakak, Vira" peringat Nafizah.

"Iya, Kakak" balas Alvira

"Bunda" panggil Alvira sambil menatap Bunda-nya yang sedang terkekeh kecil karna ulah mereka.

"Boleh ngggak, Ka Varo di masukin ulang kedalam perut Bunda?" Tanya Alvira polos.

"Nggak bisalah" ucap Alvaro

"Kalo Aku masuk lagi di dalam perut Bunda, Kamu Juga Harus masuk, karna kita sama. Sama sama keluar berarti harus sama sama masuk" ucap Alvaro dengan tampang serius membuat Adik-nya ber'oh'ria.

"Sekarang Vira udah mau terima kalo punya Adik?" Tanya Alvaro.

Alvira menatap Alvaro lalu mengangguk. "Asal Bunda, Ayah, Abang, dan Kak Varo tetap sayang sama Vira" ucap Alvira, sambil menatap Bunda-nya.

"Bunda akan tetap sayang sama Vira kok. 'Kan, Kasih Bunda pada Anak Anak-nya itu sepanjang masa, tak akan hilang seiring waktu berjalan, meski anaknya ada banyak."ucap Nafiza.

"Begitu-pun Ayah, Ayah Adalah panutan serta pelindung untuk anak anak-nya, baik laki laki mau-pun perempuan"

"Sedang 'kan Abang, dan ka Varo sebagai pelindung untuk Alvira dan Bunda Serta dedek kecil, saat Ayah tak ada di samping kita" lanjut Nafiza.

Alvira menatap Bunda-nya perasaan-nya begitu legah ketika mengetahui, ia tak 'kan di lupakan atau-pun di abaikan oleh semua-nya.

"Jadi, jangan Berfikir Jika Tak ada yang menyayangi Vira jika Adik bayi lahir nanti" ucap Nafiza. Alvira mengangguk dan tersenyum, ia memeluk perut Bunda-nya sambil mengecup-nya

Azka tersenyum dari kejauhan ketika melihat Alvira dan Nafiza kembali dekat Lagi, ia tahu apa yang di resah 'kan oleh Alvira beberapa bulan ini, dan ia tahu alasan kenapa Alvira tak ingin punya Adik.

Wajar Vira merasa takut akan kehilangan kasih sayang dari orangtua-nya atau-pun dari kedua kakak-nya karna ia sudah terbiasa menjadi putri bungsu yang di manja di keluarga Athala.

***

Byebye👋👋👋

Sabtu, 28.04.2018

Dear Nafiza (Proses Revisi/terbit)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora