Chapter 35 (New)

114K 6.8K 375
                                    

Pagi kini menghampiri Nafiza dan anak-anaknya. Pagi ini Nafiza di sibukkan membuat sarapan untuk ketiga anak-anaknya. Jangan tanya kemana keluarganya, mereka sudah pergi dari semalam ke hotel untuk mengecek persiapan pernikahan dari Fikri dan Aulia.

"Bunda... Arka mau ke sekolah ya?" Ucap Arka yang tiba-tiba ada di belakang Nafiza.

Nafiza membalikkan badannya lalu menatap Arka "Iya." Jawab Nafiza setelah lama terdiam.

Putranya belum mengambil surat pindah jadi Nafiza membiarkan Putranya itu ke sekolahnya sekalian memberi ucapan perpisahaan pada teman-temannya nanti.

"Arka siap-siap ke sekolah, ya. Jangan bangunkan si kembar. Mereka tidak perlu ke sekolah." Ucap Nafiza membuat Arka mengangguk.

Nafiza menghembuskan napasnya pelan melihat punggung kecil milik Arka. Ia bingung setelah nanti anak-anaknya resmi pindah ia tidak tahu harus di pindahkan ke sekolah mana nantinya. Apa Nafiza akan memindahkan mereka keluar negeri ikut dengannya atau mereka akan pindah ke sekolah di mana keluarga Azka berada?

Nafiza yakin jika ia dan Azka sudah berpisah secara resmi nanti. pasti anak-anaknya akan kebingungan dan mungkin akan bertambah bingung jika di antara mereka akan terpisah, jika hak asuh anak-anak terpecah antara Nafiza dan Azka, atau Nafiza akan berpisah dengan mereka karna hak asuh mereka akan jatuh ke Azka nantinya.

Nafiza menggelengkan kepalanya, memikirkan itu membuat kepalanya sakit dan dadanya merasa sesak. Ia tidak bisa terpisah dari putra putrinya karena bagaimanapun Nafiza yang melahirkan dan merawat mereka sendirian.

Cukup lama terdiam di tempat Nafiza tersentak saat ia mendengar suara ketuka pintu. Tanpa memimirkan siapa yang bertamu di pagi buta ini, Nafiza langsung melangkah membukakan pintu untuk si tamu.

"Mas, Azka?" Gumam Nafiza.

Wanita itu terlihat kaget melihat tamu yang datang di pagi buta. Tamu yang tidak terduga, sempat ia mengira yang datang adalah keluarganya tapi nyatanya yang datang....

"Assalamuaikum." Salam Azka.

Azka mendorong pelan Nafiza ke dalam rumah lalu menutup pintu rumah meninggalkan beberapa tetanggga Nafiza yang sedang bergosip di depan rumah Nafiza.

"Selamat pagi, Istriku. jangan lupa jawab salamku." Ucap Azka yang memeluk lalu mengecup dahi Nafiza.

Nafiza hanya terdiam mendengar ucapan Azka. Keberadaan Azka sudah membuat ia kaget di tambah lagi ucapan Azka yang terdengar manis?

"Hey, Jawab salamku." Ucap Azka lagi mengusap wajah Nafiza membuat Nafiza tersentak.

"Waalaikum salam." Jawabnya tanpa sadar.

"Mas... Azka. Sedang apa di sini?" tanya serata mendorong tubuh Azka menjauh darinya.

"Bertemu dengan istriku yang pergi tanpa pamit padaku." jawab Azka dengan entengnya.

Azka menarik Nafiza ke sofa. Jujur saja pria itu merasa lelah karena perjalanannya memakan waktu semalaman.

"Mas... Bukannya akan menikah dengan mbak Aletta?" Gumam Nafiza yang masih bisa di dengar oleh Azka.

"Oh, iya. Aku tahu." Nafiza berdiri lalu berlari kecil ke dalam kamar tak lama kemudian Nafiza keluar dengan membawa amplop putih dan memberikannya pada Azka.

"Na...fi. Sudah ikhlas, mas. Semoga bahagia bersamanya. mas telah memilihnha." ucap Nafiza dengan nada getirnya.

Air mata wanita itu tak lagi bisa di bendung lagi saat ucapan tersebut terlontarkan.

Sakit?
kecewa?
Hancur?

Yah.. Siapa yang tidak akan merasakaan hal tersebut? Apalagi rasa itu terulang-ulang kalli di rasakan wanita itu. Sudah cukup semua yang Nafiza rasakan. Wanita itu merasa lelah, capek dan letih harus merasakan dengan perasaan tersebut. Nafiza lelah dan ia ingin berhenti merasakannya.

Dear Nafiza (Proses Revisi/terbit)Where stories live. Discover now