Chapter. 48

109K 7K 116
                                    

Nafiza menatap senduh laporan kesehatan miliknya, janinnya terancam harus di gugurkan karna efek besar dari pendarahan yang pernah ia alami dulu. pendarahan yang membuat ia koma selama satu bulan setelah melahirkan si kembar.

Air mata Nafiza terjatuh, tangannya mengelus perutnya yang masih rata

"Apapun yang terjadi bunda akan tetap mempertahankanmu, sayang." ucap Nafiza

"Meski harus nyawa bunda taruhannya." sambung Nafiza

Suara pintu yang terbuka membuat Nafiza mengusap air matanya.

"Nafi?" Panggil Azka.

Azka mendekat kearah Nafiza yang duduk di pinggir ranjang.

"Kenapa?" Tanya Azka ketika berada di depan Nafiza, Azka berlutut di depannya dan menghapus sisa air mata Nafiza yang terjatuh tadi.

Nafizah menggeleng kepalanya tanda ia tidak apa apa. Azka mengecup kedua mata Nafiza lalu memeluk perut Nafiza.

"Apa kamu tidak nyaman berada di sini?" Tanya Azka.

Saat ini Nafiza dan Azka berada di kediaman utamaa keluarga Athala, karena akaana adanya acara pernikahan Kevin maka semua berkumpul di Mansion Athala.

"Tidak Mas." jawab Nafiza sambil mengelus rambut Azka.

Azka mendongak menatap Nafiza. "Kalau kamu tidak nyaman di sini. kita akan segera pulang ke rumah" ucapnya.

"Tidak apa Mas. Nafi nyaman di sini" ucap Nafiza meyakinkan Azka.

Nafiza tersenyum meyakinkan Azka, agar tidak pulang ke rumah mereka.

Azka hanya diam dan menatap Nafizah, ia tahu Nafiza sangat tidak nyaman dengan keluarga besar Athala, Karna ada beberapa keluarganya yang tidak sukandengan Nafiza. terutama Opa dari Azka yang sudah dari dulu menentang hubungan mereka dan mendukung Hubungan Azka dan Alettha dulu, dan opanya juga yang menyuruh Azka mengejar Alettha meski opanya tahu Azka sudah menikah dan punya anak.

"Mas ayo kebawa. yang lain pasti sudah menunggu kita" ajak Nafiza.

"Baiklah" ucap Azka.

Azka berdiri dan mengulur tangannya pada Nafiza agar Nafiza berdiri.

Azka langsung merangkul pinggang Nafiza posessif dan berjalan keluar dari kamar mereka.

Opa Azka menatap Kedatangan Azka serta Nafiza sekilas, ia kembali menatap cicit cicitnya termasuk si kembar terutama Alvira yang mengganggu Alvaro, yang sedang bermain di ruangan yang di khususkan untuk tempat bermain cucu serta cicitnya.

Di ruangan tersebut bukan hanya ada anak anak dan opanya Azka tapi ada juga keluarga Lainnya.

"Ka Valo ayo main di depan, Vila mau main Ayunan yang di halaman depan" ajak Alvira.

Alvira menarik tangan Alvaro namun Alvaro tetap diam di tempat dan sibuk dengan mobil mobilan dan yang lainnya

"Ih.. ka Valo" rengek Alvira namun tetap sama

"Bunda... liat ka Valo" tunjuk Alvira

"Kak Valo tidak mau Main sama Vila," adunya pada Nafiza, "meleka juga tidak mau main sama Vila"
Nafiza berjalan mendekat pada Alvira dan menggendong Alvira

"Abang Arka mana?" Tanya Nafiza ketika tak mendapati Anak sulungnya.

"Sama ka Devan di taman belakang" jawab Alvaro tanpa menatap bundanya.

"Ayo Vira main sama bunda aja" ajak Nafiza yang langsung di jawab anggukkan antusias oleh Alvira.

Nafiza merasa tak enak pada opa Azka dan keluarga lainnya karna putrinya yang paling ribut di antara semuanya, di tambah tatapan datar dari opanya Azka membuat Nafiza bertambah tak nyaman.

Dear Nafiza (Proses Revisi/terbit)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon